Seorang wanita paruh baya berambut bergelombang berwarna brunette turun dari mobil mercy berwarna hitam metalic dengan menenteng tas mahalnya penuh kehati-hatian. Tertegun sejenak, ia menapaki tanah yang berdebu, khawatir mengotori sepatu pump shoes bermerk pula.Tatapannya beredar menyisir seluruh sudut rumah setengah permanen bergaya rustic di hadapannya. Ia terperangah kala melihat pemandangan yang di luar ekspektasinya.Bayangan yang melintas di kepalanya ialah rumah yang akan ia kunjungi sebuah rumah semi permanen berdinding tembok kayu atau anyaman bambu yang membentuk bilik bermotif. Semua imajinasinya terpatahkan ketika di hadapannya sebuah rumah berdesain semi permanen, perpaduan tembok, batu bata merah dan kayu bergaya rustic tampil begitu indah memanjakan mata.Warna-warna natural, wooden mendominasi keseluruhan tampilan rumah tersebut. Hangat ialah kesan pertama ketika bertamu ke sana.Karena tak percaya, wanita yang masih cantik di usia kepala empat tersebut menoleh kemud
Salwa menatap lamat-lamat pria berwajah pucat namun masih terlihat tampan di hadapannya dengan hati yang berkecamuk. Manik mata yang indah menikam, berwarna amber. Helaian rambut menjuntai kusut khas bangun tidur. Kulitnya yang putih bersih tampak pucat bagai kunarpa. Sepintas mirip tokoh anime hidup.Bulir air matanya lolos begitu saja. Padahal ia tadi sempat berlatih untuk menahan tangisannya. Memberikan sugesti pada dirinya sendiri agar tidak bersikap melankolis. Rencana tinggallah rencana, ia tak kuasa menahan tangisannya.Namun pria yang ditangisi malah menatapnya dengan santai bahkan ia menganggap dirinya seperti mimpi.“Gadis nakal! Bahkan dalam hayalanku kau datang,” gerutu Daniel yang mengira jika ia sedang berkhayal.“Astagfirullah,” desis Salwa melihat kelakuan Daniel yang masih mengabaikannya. Air matanya surut.Daniel memalingkan wajahnya dan berusaha tidur kembali karena masih merasa kehadiran Salwa itu bagian dari fantasinya.Sebuah cubitan kecil di lengannya membuat Da
Sebelum kericuhan terjadi,“Wa, gak apa-apa nitip anak-anak? Teteh mau keluar sama Mas Darren. Kencan,” bisiknya ke telinga Salwa. Mereka sedang berkumpul di flat Daniel ketika siang hari. Malam hari mereka bermalam di hotel.“Iya, Teh. Selamat menikmati dating!” sahut Salwa kemudian fokus kembali pada televisi yang menayangkan drama Korea di ruang keluarga. “Si kembar lagi disuapin makan sama Bik Ningsih. Farrel bobo ditemani Mutia,”“Kalau mau makan atau apa, tinggal bilang sama Bik Ningsih. Dia tahu resto dan tempat makan enak delivery juga halal. Dia ‘kan lama tinggal di sini nemenin Daniel.”Salwa kembali mengangguk-angguk. “Gak usah khawatir Teh! Sok aja berangkat!”“Okay, sip! Assalamualaikum!” seru Nuha kemudian berjalan menuju suaminya yang berdiri di ambang pintu, tak sabar ingin segera ngedate berdua meski tak pernah lama karena selalu teringat anak-anak pada akhirnya.Merasa bosan, Salwa memencet-mencet tombol remote televisi berganti-ganti dengan perasaan jenuh sebab dra
“Maaf ya Sayang, kita makan di sini. Harapan kita akan makan di restoran mewah nan romantis tapi …”Darren mengaduk-aduk spaghetti carbonara dalam piring porselen di hadapannya tanpa selera. Mencari restoran mewah halal di sana agaknya sukar. Restoran mewah di sekitar flat rata-rata menyajikan hidangan ala Eropa. Sementara itu tempat makan yang menyediakan menu halal terdekat hanyalah restoran cepat saji.Adapun lokasi restoran mewah nan halal berada jauh dari sana. Mereka harus menempuh puluhan kilometer untuk mencapainya. Darren tak bersedia bepergian jauh meninggalkan anak-anaknya. Kejadian menghilangnya Farah setidaknya membuatnya merasa terpukul dan waspada. Meskipun dalang penculikan telah diringkus pihak berwajib tetapi Darren justru semakin protektif pada keluarga kecilnya.“Tidak apa-apa Mas. Mas sendiri yang tidak mau bepergian jauh, meninggalkan anak-anak.”Nuha menjawab suaminya dengan santai. Ia menikmati setiap momen bersama ayah dari anak-anaknya.“Sayang itu apa? Buru
Cuaca malam hari semakin dingin. Beruntung Daniel memberikan syal miliknya pada Salwa. Salwa baru sadar jika pemuda yang menyebalkan setiap kali bertatap muka tersebut ternyata begitu perhatian. Mungkin selama ini Daniel memperhatikan gerak-geriknya dalam diam. Kata-kata ledekan dan gurauan yang acapkali dilontarkan olehnya ialah hanya semacam kamuflase untuk menutupi perasaan sesungguhnya dirinya padanya.Pipi Salwa langsung merona mengingat perhatian yang diberikan olehnya. Namun sekelebat bayangan ibunya begitu saja menghapus jejak semua bayangan manis tersebut. Ia tak boleh terlena dengan perhatian yang diberikan oleh lawan jenis sebab perhatian mereka saat ini ibarat godaan semu. Tak boleh terbuai, begitulah benak Salwa pada akhirnya.Saat Salwa terbangun dari lamunannya, ia mendengar beberapa kali Michelle menguap. Mungkin karena saking mengantuk sehingga menyebabkannya tak bisa menahannya. Terdengar pula Kinan beberapa kali menawarkan dirinya untuk mengemudikan mobil tersebut
Hiyaa …Salwa memekik mengerahkan seluruh kekuatan yang ia miliki untuk melawan serangan membabi buta dari para perampok.Meskipun ia tengah merasa kelaparan dan kedinginan karena suhu udara yang mendadak semakin dingin, ia merasa benar-benar muntab pada aksi para penjahat apalagi penjahat wanita. Ia sangat membenci pelaku pelecehan seksual. Kekuatannya terhimpun begitu saja.Posisinya ia berada di tengah, dikepung oleh ke empat perampok. Namun Salwa memiliki insting yang tajam sehingga ia bisa mengenal siapa lawan yang benar-benar lihai. Terjebak di antara para pria dewasa berwajah sangar dan bertubuh liat, Salwa sempat mendengus kasar. Namun ia pernah melakukan latihan bersama pesilat lain, dikepung oleh sepuluh orang sekaligus.Saat tersadar, ia hanya melakukan pertahanan diri dengan menangkis kemudian menyerang yang dilakukannya dengan tangan kosong. Ada satu orang pria dewasa yang mungkin pemimpin dari perampok tersebut, ia pria dengan tubuh penuh tato mirip yakuza. Ia mengacun
Akhirnya malam yang tragis itu bisa dilewati berkat perantara gadis bertahi lalat. Kinan mengusap dadanya beberapa kali tatkala mengingat kejadian pelecehan yang dilakukan oleh salah satu perampok.Dari parasnya mereka sepertinya bukan asli orang Kanada. Mereka berwajah eksotis dan lebih mirip imigran dari Mexico. Mereka juga terkadang berbicara dalam bahasa Spanyol dan bahasa Inggris dengan dialek asing.Beberapa kali Kinan menyeruput teh jasmin hangat untuk melupakan kejadian itu. Ingatannya masih utuh ketika tangan si perampok mencoba menggerayangi bagian aset berharganya dengan cara paksa. Belum lagi pria yang lainnya berusaha menciuminya. Kemudian ia mulai mengingat kejadian apa yang menimpa Nuha. Mungkin ketika Darren melakukan pelecehan padanya waktu itu dalam kondisi setengah sadar. Berbeda dengan Nuha yang berada dalam kondisi sadar. Pasti Nuha sangat terluka. Ia yang hanya baru diraba-raba saja merasa sedemikian trauma.Kinan mengembuskan nafasnya panjang. Ia bisa merasakan
Ripley's Aquarium, Toronto“Cumi-cumi!” seru Farah ketika ia berhenti dan melihat ada sekelompok makhluk laut melintas di hadapannya, sebuah kaca raksasa yang menjadi pembatas manusia dan biota laut.Telapak tangannya menempel pada kaca tersebut macam lem gajah. Matanya yang bulat besar tetapi berwarna hazel mirip sang ayah bergerak-gerak mengikuti gerakan melayang-layang binatang kecil itu yang menghadapnya. Seolah binatang yang terlihat lentur tersebut ingin berkenalan dengan anak perempuan yang begitu kritis tersebut.“Sally, look! Itu cumi-cumi! Squid like Squidward on Spongebob! Yeay! He smiles at me! Hallo!” ujarnya kegirangan menyapa makhluk laut seperti menyapa pada manusia. Begitulah anak kecil. Tampaknya, semua indah di mata mereka.“Mana Aunty lihat,” Salwa sebagai tante yang baik, selalu mengasuh anak dari kakaknya tersebut.Sebetulnya ia kurang menyukai anak-anak karena merepotkan tetapi ketika mengenal anak-anak kembar kakaknya, ia seolah menemukan dunia yang menyenang