Assalamualaikum, Dear fellow reader, Thanks sudah setia membaca kisah ini dan supportnya. Mohon maaf selama ramadhan update satu bab. Ah, ya, I am muslim since my birth ya. Makasih pengertiannya.
Akhirnya Salwa bersedia diantar oleh Raja menuju halte bus. Salwa memang bersikeras ingin menaiki kendaraan umum saja untuk pulang.Soal mobil Daniel, dengan begitu percaya Salwa meminta Raja untuk mengurusnya. Raja berjanji akan menghubungi Riko untuk mengurus mobil Daniel.Salwa pun menaiki mobil milik Raja. Namun saat baru beberapa meter mobil melaju, Salwa merasa mengantuk tiba-tiba.Beberapa kali kepalanya terantuk kaca jendela. Ia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya. Tak terhitung ia menguap. Sesuatu yang tak beres telah terjadi pada tubuhnya. Namun ia tidak tahu mengapa rasa kantuk yang berat menyerangnya begitu saja. Seingatnya semalam ia tidak bergadang. Merasa ada yang salah dengan tubuhnya, Salwa meminta Raja untuk mampir ke sebuah kedai kopi atau warung kopi. Ia butuh kopi untuk menetralisir rasa kantuknya.“Kak Raja, mampir dulu ke warung kopi! Aku tak tahan kantuk. Aku ingin beli kopi.”Salwa meminta Raja penuh harap. Matanya terlihat sayu dan tubuhnya terlihat lesu.
“Kalian bersama Salwa? Ya ampun. Saya sudah mencarinya kemana-mana. Tadi dia kejebak tawuran. Di mana Salwa sekarang?” cecar Daniel langsung menanyakan keberadaan tunangannya pada dua wanita muda-yang berwajah pucat pasi.Di counter kasir Daniel lupa akan mengisi top up e toll di sana. Konsentrasinya pecah, langsung mengingat wanitanya.“Um, iya,” sahut Inez.“Nggak,” sahut Irene.Ke dua wanita tadi menjawab dengan tidak sinkron, semakin membuat Daniel curiga. Apalagi mereka terlihat panik dan berbicara dengan tergeragap.“Di mana Salwa? Tadi aku dengar kalian mengatakan Salwa bersama kalian.”Daniel bertanya kembali karena merasa sangsi akan jawaban mereka.Irene dan Inez saling lirik penuh arti. Beberapa detik mereka termangu karena tak mampu berdusta. ‘Tunggu, Salwa terjebak tawuran. Tapi dia dibawa oleh Kak Raja ke apartemennya. Kak Raja telah memberinya minuman. Dia ingin menjebak Salwa.’Irene mengumpulkan informasi yang memberinya ide cemerlang. Ide yang bisa menyelamatkan mer
“Ampun, Mom!” Daniel memekik tatkala Kinan menjewer telinganya seperti pada anak kecil. Bukan tanpa alasan Kinan marah. Ia mengira jika Daniel telah membawa seorang wanita ke kamarnya. Ia begitu saja terbawa emosi setelah mendengar para ART menggunjingnya.Daniel berusaha melepas cengkraman tangan Kinan yang cukup kuat. Kinan memang masih meragukan perubahan sikap Daniel. Hingga detik itu ia masih merasa sangsi jika Daniel benar-benar telah berubah. Dengan pertimbangan bahwa Daniel itu sosok yang addicted terhadap sesuatu. Secara dulu ia pernah kecanduan obat terlarang dan wanita.“Kenapa kau bawa perempuan sembarangan ke rumah? Dasar anak kurang ajar!” omel Kinan semakin mengencangkan cengkraman tangannya. Telinga Daniel yang putih bersih sampai memerah.Mendengar Kinan mengatakan hal itu, seketika tawa pecah di bibir Daniel.“Apa? Wanita sembarangan?” Daniel tertawa lepas. Barulah setelah melihat Daniel tertawa, Kinan melepas jewerannya.“Maksudmu?” tanya Kinan mengerutkan hidung
“Dokter! Hey, Dokter!”Daniel memanggil Salwa dengan sebutan dokter. Sengaja, ia hanya ingin gadis itu menoleh dan menunggunya. Salwa berjalan begitu cepat mendahuluinya.Saat ini mereka sedang berada di lorong rumah sakit pergi untuk membesuk Naufal dan Sahila. Daniel mengantar Salwa dengan senang hati ke sana. “Um,” gumam Salwa menghentikan langkah kakinya dengan memberengut kesal. Pasalnya, Daniel menjadi pusat atensi karena terkesan sedang mengejar dirinya.Bisakah berjalan bersisian bersama? Daniel menginginkan hal sederhana itu. Mereka berjalan bersisian dan menikmati momen berdua. Bukan tanpa alasan, mereka tidak pernah sengaja memiliki waktu bersama setelah bertunangan, berbeda saat masih mereka sebagai ipar, justru mereka sering memiliki waktu bersama. “Jalannya cepet amat sih, Dok! Mau ke mana emang? Mau ke hatiku?” imbuh Daniel menatap lekat kekasih hati dengan tatapan hangat sehangat terik mentari saat musim semi. Daniel menyematkan senyum yang manis pada gadis itu-yang
“Makasih,” imbuh seorang gadis berkerudung berwarna putih dan mengenakan seragam rumah sakit.“Hum, sama-sama,” sahut pemuda dengan setelan kurta itu mengangguk. Ia mengira jika calon istrinya berterima kasih padanya karena telah membesuknya. Ternyata, pria itu keliru. Gadis itu mengatakan ucapan terima kasih untuk hal lain.Mereka tengah berada di taman rumah sakit. Wanita muda itu merasa jenuh berada di dalam ruangan sehingga ia dibantu perawat untuk berjalan-jalan.Namun saat ia sendirian, seorang pemuda alim yang tak lain calon suaminya menghampirinya. Gadis itu sempat terkejut karena mengira jika pria itu sudah pulang namun ternyata pria itu mencarinya karena ingin menyerahkan sesuatu padanya. Sebuah buku motivasi.Mereka adalah sepasang kekasih, Kania dan Ustaz Baihaqi.Kania mengulum senyum saat mendengar jawaban Ustaz Baihaqi. Pria itu bahkan tak berani menatapnya. Sayang, Salwa mengatakan padanya bahwa ustaz itu sangat menyebalkan dan menjengkelkan. Ia tidak menyukainya sec
“Halo! Kak Raja!”Salwa mengulum senyum saat ia menyapa Raja yang berada di hadapannya.Saat Salwa mencari Daniel, ia justru menemukan Raja yang sedang berjalan di sebuah lorong yang sepi rumah sakit. Awalnya ia ingin sekali menghukum Raja atas apa yang ia lakukan padanya. Namun ia berupaya keras mengendalikan dirinya. Akal warasnya masih bekerja. Ia masih berada di rumah sakit. Tak mungkin berbuat keributan di sana. Bisa-bisa ia diseret oleh pihak keamanan atau dilaporkan pada pihak berwajib. Awalnya ...Salwa berpura-pura tidak mengingat kejadian di mana akan dijebak oleh Raja kemarin. Sehingga ia akan bersikap seperti biasa pada pemuda tampan bermuka dua yang tengah berdiri pongah di hadapannya.Tunggu, wajah Raja lebam bekas dipukul.‘Hum, mungkin Kak Romi yang memukulnya. Belum seberapa,’ batin Salwa.“Kak Raja, makasih kemarin sudah menolongku.”Salwa membuka suara, penasaran ingin melihat reaksinya. Padahal dalam hati ia mengumpat habis-habisan pemuda itu.Raja tertawa menden
Salwa tak berniat menceritakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Raja pada Daniel Dash. Kecurigaan dan kecemburuan dirinya pada Daniel akibat cerita yang ia dengar dari Raja.Ia masih menimang-nimang karena takut jika Daniel akan menghukum Raja. Ia takut jika Daniel akan melewati batas dan berurusan dengan hukum. Bukan tanpa alasan ia melakukannya. Daniel akan seperti orang tidak waras saat marah.Namun ia mempunyai strategi untuk mengantisipasi masalah tersebut. Ia ingin Daniel tak lagi bekerja sama dengan Raja. Ia ingin Daniel mengelola kafe mandiri, tanpa campur tangan pria bermuka dua itu. Ia akan membicarakan hal itu pada waktu yang tepat.“Jadi, sebetulnya kenapa Sally marah bangetbpada Mas? Mas kan sudah minta maaf. Mas hanya bercanda,” tanya Daniel setelah melihat suasana hati Salwa melunak.Siapa yang tidak meleleh hatinya ketika mendengar suara merdu seorang pria tampan menyanyikan lagu cinta untuknya. Namun wanita tetap saja wanita yang selalu memiliki hobi mencari per
Mendengar kabar tentang Sahila yang telah bangun dari koma membuat semua anggota keluarga datang membesuknya ke rumah sakit, tak terkecuali Nuha, Darren, Salwa dan Daniel.Niat untuk makan malam di luar dibatalkan sebab mereka langsung pergi ke rumah sakit. Apalagi setelah mendengar kabar dari Aruni via sambungan telepon bahwa kondisi Sahila buruk.Setiba di rumah sakit, suasana penuh duka cita menyelimuti atmosfer di sana. Aruni dengan wajah yang sendu memeluk satu per satu putrinya.“Ummi, bagaimana kondisi Mama Sahila?” tanya Nuha dengan berderai air mata.Aruni mengusap air mata yang jatuh di pipi putrinya. “Bagaimana ya? Ummi bingung menjelaskannya. Mama Sahila sudah siuman tetapi kondisinya masih kritis karena ia mengalami banyak luka dan cedera serius. Ummi merasa dia … doakan saja Nuha! Bacakan alquran.”Aruni menasehati putrinya.Mendengar kata-kata ibunya yang penuh kepasrahan, semakin membuat Nuha tak mampu membendung air matanya.Sebagai suami yang siaga, Darren langsung m