Mendengar kabar tentang Sahila yang telah bangun dari koma membuat semua anggota keluarga datang membesuknya ke rumah sakit, tak terkecuali Nuha, Darren, Salwa dan Daniel.Niat untuk makan malam di luar dibatalkan sebab mereka langsung pergi ke rumah sakit. Apalagi setelah mendengar kabar dari Aruni via sambungan telepon bahwa kondisi Sahila buruk.Setiba di rumah sakit, suasana penuh duka cita menyelimuti atmosfer di sana. Aruni dengan wajah yang sendu memeluk satu per satu putrinya.“Ummi, bagaimana kondisi Mama Sahila?” tanya Nuha dengan berderai air mata.Aruni mengusap air mata yang jatuh di pipi putrinya. “Bagaimana ya? Ummi bingung menjelaskannya. Mama Sahila sudah siuman tetapi kondisinya masih kritis karena ia mengalami banyak luka dan cedera serius. Ummi merasa dia … doakan saja Nuha! Bacakan alquran.”Aruni menasehati putrinya.Mendengar kata-kata ibunya yang penuh kepasrahan, semakin membuat Nuha tak mampu membendung air matanya.Sebagai suami yang siaga, Darren langsung m
Tubuh Aruni bergetar hebat tatkala mendengar permintaan Sahila yang tak masuk akal. Mendadak ia tak bisa berpikir. Bibirnya terkatup rapat. Ia dilanda bingung. Keringat sebesar biji kopi muncul di pelipisnya. Satu sisi wanita yang jarang bicara itu sudah berjanji akan memenuhi permintaan Sahila. Namun sisi lain ia tak mungkin memenuhi permintaan Sahila untuk yang satu itu-di mana ia harus menikah dengan Naufal, suaminya. Tak pernah terpikirkan lagi bayangan pernikahan di kepalanya karena sudah terlanjur nyaman menyendiri. Sempat, ia goyah ketika H Karim terus gencar mendekatinya. Ia pun sempat meminta petunjuk kepada Allah pada seperempat malam terakhir soal apakah ia akan menerima jodoh lain selain mantan suaminya yang telah tiada. Namun Allah selalu menunjukkannya melalui cara lain. Salwa ialah satu-satunya putrinya yang menolak keras ia untuk menikah lagi. Ia tak mau menerima ayah sambung. Oleh karena itu siapapun pria yang berusaha mendekatinya maka ia harus dihadapkan pada putr
Prosedur pemulangan jenazah dari rumah sakit sudah selesai termasuk surat pernyataan kematian. Selanjutnya, jenazah diboyong ke kediaman utama Naufal untuk disholatkan oleh keluarga besar. Para pelayat pun mulai berdatangan dimulai sanak famili, tetangga, teman hingga kolega. Mereka ikut mengantarkan kepergian Sahila dengan doa yang terus melangit. Tanpa mengambil tempo, jenazah langsung diboyong ke TPU mewah untuk dimakamkan. Siang itu proses pemakaman Sahila telah usai. Satu per satu pelayat pun undur diri.Aruni mendampingi Naufal pergi kembali ke rumah sakit. Sementara itu Kania didampingi suaminya pulang ke rumahnya.Usai pemakaman berlangsung. Naufal masih harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani pengobatan dan terapi. Dengan sabar Aruni menemaninya dan melayaninya seperti sebelumnya ia melayani Kania yang tengah sakit tanpa banyak bicara.Ia bahkan meminta ijin pada Rasyid untuk menemani Naufal selama pengobatan. Rasyid sama sekali tidak keberatan. Ia tinggal bersama Alwi
“Ayo menikah Mister? Yuk kita nikah! Kita pergi jauh …” racau Salwa yang mengalami demam tinggi.“Ish, apa yang kau katakan Sally? Tentu Mas mau lah, sekarang juga mau kalau Ummi setuju. Tinggal telepon penghulu,”Daniel menyahut sembari mengusap punggung gadis itu yang terasa panas.Ia pun mengambil termometer untuk memeriksa suhu tubuhnya. Rupanya suhu tubuhnya mencapai 39° C.“Sayang, kita ke rumah sakit. Panas banget,” imbuh Daniel mengelus pipi gadis itu dengan lembut.Bagaimana lagi, gadis itu mendekatinya hingga ia merasa tak sanggup sekedar membelainya. Jika berada di dekatnya, ia tak bisa benar-benar menahan diri.Daniel pun berinisiatif, mengganti pakaian gadis itu dengan piyama miliknya. Masalahnya bajunya basah karena keringat dan kotor bekas tanah. Ia menyuruh ART wanita melakukannya, tentu saja, ia memakaikan jilbab lagi padanya.“Daniel, Dokter tidak jadi datang. Apa kita bawa ke rumah sakit? Tapi di luar hujan besar. Ada angin topan. Menyeramkan sekali!”Kinan yang mer
“Kania, bangun!” Ustaz Baihaqi membelai lembut pipi istrinya. Sayup-sayup suara azan subuh sudah terdengar. Kania tertidur pulas karena semalaman ia tidak tidur. Ia diam sepanjang hari di kamar ibunya. Bahkan ia mengabaikan suaminya karena saking masih merasa syok akan kepergian ibunya.Beruntung Ustaz Baihaqi yang paham agama dengan sabar terus berada di sisinya, mendampinginya. Ia pun menasehatinya agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan apalagi sampai meraung-raung.Kania mendengar nasehat Ustaz Baihaqi. Ia terlihat lebih tenang dan memilih diam di kamar ibunya. Ia bahkan tertidur sembari memeluk foto ibunya. Pemandangan yang teramat menyayat hati.“Kania!” panggil Ustaz Baihaqi lembut untuk kedua kalinya. Pria dewasa itu bahkan sudah tampil prima dengan setelan kurta dan harum aroma parfum menguar dari tubuhnya. Ia akan menunaikan sholat subuh di masjid terdekat. Ia selalu tampil menawan saat akan beribadah.Menghidu aroma yang wangi dari jarak dekat, Kania terbangun dan me
Seminggu berlalu setelah kepergian Sahila. Aruni memilih menetap di rumahnya di kaki pegunungan. Ia beralasan ada banyak hal yang harus ia urus di sana yaitu pekerjaan dan Rasyid.Selain itu Aruni masih belum bisa menjalani pernikahan itu. Hatinya merasa mencelos saat ia diminta Kania untuk tinggal di kediaman Naufal dan tidur di kamarnya. Kenangan tentang Sahila begitu saja muncul hingga membuat Aruni ternyata belum siap menerima itu semua.Beruntung, Naufal memakluminya dan ia tak memaksakan kehendaknya. Apalagi melihat respon putrinya, Salwa yang terlihat marah. Kali ini Salwa tidak menampakan kemarahannya itu, namun ia memilih mendiamkan ibu dan kakaknya. Salwa marah pada keadaan lalu melampiaskannya pada Aruni dan Nuha. Ia kecewa ibunya menikah lagi. Itu masalahnya.Aruni berusaha menormalkan suasana saat membesuknya di messan. Namun gadis itu memilih menjadi gadis pendiam. Tak lagi periang saat bertemu dengannya.Tak menyerah, Aruni meminta Nuha dan anak-anaknya agar bisa meng
“Papa, apa maksudnya ini?” Kania mencecar ayahnya dengan pertanyaan bernada kesal. Bagaimana tidak kesal, Naufal mengatakan padanya bahwa ia akan mengikuti pengobatan di Singapura namun ternyata ia memergoki ayahnya pergi ke apartemen miliknya. Diam-diam, Kania mengikuti sang ayah karena merasa khawatir. Naufal akan pergi ke bandara tetapi hanya diantar oleh asistennya dan Ziddan sepupunya. “Maaf, Sayang, Papa tidak bermaksud apa-apa.” Naufal berusaha mengendalikan dirinya. Ia menjawab dengan tenang. “Papa, kenapa membohongi Ummi? Papa jangan begitu! Mau tak mau Ummi Aruni sekarang istri Papa. Tanggung jawab Papa! Aku tak mau tahu! Papa sekarang pulang lalu jemput Ummi!” Kania menasehati sang ayah. Ia mengira jika ayahnya menolak pernikahan dengan memilih menyendiri tinggal di apartemennya. “Kania, please! Papa butuh waktu, Nak,” jawab Naufal dengan perasaan sesak. Ia bingung mau menjelaskan apa. Biarlah ia simpan sendiri alasan mengapa ia tinggal di sana sementara waktu. “
“Kemana Ibu?” tanya Darren Dash pada Farah yang tengah asik mendandani Mutia. Kini gadis cantik bermata hazel itu sedang menjadikan Mutia muse untuk perlengkapan make up yang baru dibelinya. Satu set alat make up khusus untuk anak-anak.Mutia hanya pasrah ketika pipinya ditepuk-tepuk dengan dengan compact powder dan ditampar blush on. Beberapa kali ia bersin karena tak sanggup lagi dengan aroma aneka kosmetik yang diaplikasikan pada wajah ayunya.Darren Dash mengangkat sebelah alisnya. Mencoba berpikir tentang apa yang Farah lakukan. Sebelumnya anak gadisnya itu senang menjahit sampai pakaian ibunya menjadi korban karena digunting-gunting menjadi kain perca. Sebelumnya lagi ia tertarik memasak. Ia seringkali membuat kekacauan di dapur. Sekarang ia senang berdandan. Segala hal baru ia coba, tak beda jauh dengan tingkah Asyraf dan Farrel.Melirik Mutia, Darren menahan tawa melihat betapa sabarnya ART yang satu itu dalam menghadapi putrinya.“Ibu di kamar Ayah.”Farah menaruh kuas yang t