Nanti happy ending kok ya... Jangan lupa mampir novel baru Thor Istri Rahasia Kepala Sekolah #lomba GN
Daniel merasa ia belum berganti pakaian. Padahal siang tadi ia sudah berganti pakaian dibantu perawat yang sesudahnya memaki-makinya karena Daniel meronta-ronta mirip anak kecil, bersikeras menolaknya. Pakaiannya cepat basah karena keringat. Namun ia kesulitan berganti pakaian karena memakai infusan. ‘Kok aku jadi curiga? Apa iya dia linglung? Tapi kok linglung pengen aku yang mengganti pakaiannya?’ Kepala Salwa berisik dipenuhi banyak prasangka. Ia memicingkan matanya menatap Daniel. “Cepat! Bantu aku!” titahnya bernada serius. Salwa mencoba berpikir. “Ganti kemejanya ya? Atasannya doang ‘kan?” tanya Salwa mengharap. Daniel mengangguk. “Iya, kemejanya saja! Ambil kemeja baru di lemari!” Telunjuk Daniel menuding pada lemari yang berada di ruangan tersebut. Syukurlah, Salwa hanya menggantikan kemejanya saja. Salwa pun mengambil sebuah kemeja baru dan mendekati Daniel. Ia membantu Daniel, membuka kancing kemeja itu dengan perasaan resah gelisah, nyaris menahan nafas. Rasanya
Hacimmm!!! Beberapa kali gadis berhijab biru itu bersin-bersin karena harus beradaptasi dengan suhu udara yang dingin. Hidungnya memerah mirip hidung badut dan wajahnya agak membengkak. Dua lapis pakaian nyatanya tetap tak mampu menghalau udara yang menusuk-nusuk hingga ke tulang belulang. Tak menyerah, ia menggosok-gosokan ke dua tangannya agar menghangatkan tubuhnya. “Ish, dingin,” desisnya di antara gigi-geliginya. Ekor mata Daniel melirik sekilat pada gadis itu. Ia merasa terganggu dengan suaranya yang berisik karena bersin beberapa kali namun merasa iba saat yang sama. “Hei! Kau … Sal … Sal .. Salamander! Kau tidur di sini? Mengapa kau tidur di sini? Kenapa kau tak pulang?” Daniel berdiri dengan menenteng labu infusan menghampiri Salwa yang tengah setia menunggunya, duduk di sofa sembari membaca buku. Sebetulnya ia merasa tak nyaman berada dalam satu ruangan dengan Daniel. Bagaimanapun, mereka bukan mahram. Namun ia merasa lega ketika mendengar sejam yang lalu Michelle men
Tak tahan lagi ingin bertemu …Berjuta kata ingin kuucap …Selama kau pergi tak ada lagi …Teman dalam sepiku …Suara Neng Mas yang di luar nalar sungguh memporakporandakan apa saja yang dilewatinya. Telinga Salwa-yang sedang duduk di sisinya sampai berdenging menahan sakit hingga membuat kepala pening tiada ampun.Niat hati ingin menghibur sahabatnya yang sedang galau, nyatanya malah mengundang maki. Mentang-mentang gadis bertahi lalat itu punya suara bagus mewarisi bapaknya yang seorang ustaz sekaligus qiroat juara se-kabupaten.“Stop! Simon Cowell pasti langsung menyeretmu dari atas panggung! Kau salah masuk kamar. Seharusnya kau masuk audisi pencarian bakat. America's got talent sekalian bawa sampel curut sama kecoa. Soalnya frekuensi suaramu bisa mengusir mereka.”Salwa mencibir sahabatnya agar berhenti menggodanya. Ia merasa gemas, ingin menelan hidup-hidup gadis bertubuh gemuk itu.Kebanyakan makan dan malas berolahraga membuat Neng Mas menjadi wanita gemuk. Salwa melanjutkan
Keesokan harinya Salwa dan Neng Mas sudah bersiap-siap pergi hangout. Mereka akan pergi ke mal dan menonton bioskop. Kali ini Neng Mas berhasil membujuk Salwa untuk melakukan refreshing sebab gadis itu lebih banyak menggunakan waktunya untuk belajar dan belajar.Sumpah demi apa? Apakah demi cepat lulus? Lalu cepat meraih gelar dokter?Rasanya untuk menjadi seorang dokter masih panjang. Mereka baru saja menjalani fase preklinik; kuliah, lalu setelah itu mereka harus mengikuti Koas, Internship dan mengambil spesialis.Neng Mas menggeleng ribut ketika membayangkan proses itu. Daripada mendadak tidak waras karena kebanyakan belajar dan memikirkan jenjang pendidikan yang harus mereka tempuh, lebih baik Neng Mas banyak makan. Begitulah pemikiran gadis berwajah imut tersebut.Sangat bertolak belakang dengan gadis bertahi lalat, ia gadis yang sudah pintar juga ambisius. Dan, belakang cinta pertamanya sedikit banyak mempengaruhi kondisi psikisnya.Kesedihan dan kepahitan yang dialami ketika m
Flashback on Dua minggu yang lalu telah terjadi pertemuan keluarga besar di kediaman Jonathan. Jonathan mengundang besannya untuk bersantap malam sekalian membicarakan masalah yang sangat penting. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Jonathan, Kinan, Darren, Nuha dan Aruni. Sebagai kepala keluarga, Jonathan merasa harus berdiskusi perihal permintaan putra bungsunya di depan Aruni. Permintaan Daniel yang ingin melamar putrinya. “Ummi Aruni, saya langsung saja bicara. Saya tak suka basa-basi. Ya … seperti yang sudah saya bicarakan dulu. Kiranya Ummi memahami jika … anak-anak kita rupanya saling menyayangi. Maaf, saya mengira cinta Daniel bertepuk sebelah tangan. Namun, ternyata putrimu juga mencintainya,” ucap Jonathan dengan kekehan berat. Aruni menahan lidah untuk tidak berkomentar dahulu sebelum sempurna kalimat yang Jonathan ucapkan. “Nah, Darren, Nuha, kalian juga bisa lihat jika mereka betul saling menyayangi satu sama lain. Meskipun kalian berusaha memisahkan mereka. Mereka t
Wajah Salwa memberengut setelah kejadian terjebak di dalam lift. Ia nyaris kehilangan kesadarannya dan mengalami halusinasi jika tidak ada Daniel bersamanya.Mungkin jika gadis itu sendirian ia pasti akan mengalami sesak nafas akut seperti dulu ketika dijebak di dalam toilet sempit oleh Violeta.Wajahnya nyaris terbakar, memerah hingga menjalar ke samping telinga. Beruntung tak ada yang melihatnya. Ia malu setengah mati kala Daniel tiba-tiba, tanpa tedeng aling-aling membopong tubuhnya yang lesu dan membawanya ke dalam kendaraannya agar ia istirahat.Salwa berusaha menolak namun sia-sia. Pertama tubuhnya lemas karena syok saat di dalam lift dan ke dua karena kepalanya pusing macam ketiban beton. Ia sedang kedatangan bulan yang lagi-banyak-banyaknya.Dengan telaten Daniel membelikannya air putih dan teh manis serta jamu datang bulan.“Mister, udah! Aku bukan jompo yang harus kaulayani,” seru Salwa sembari memijit pelipisnya yang masih berdenyut.“Gak apa-apa, Sayang! Aku biasa melakuka
Hari itu Daniel menolak ajakan ibunya untuk pergi ke butik mencari pakaian untuk lamaran. Ia tak mau Salwa kecapekan alasannya. Salwa juga sedang kedatangan tamu bulanannya. Kinan pun mafhum dan mengiyakan perkataan putranya. Mereka pun memutuskan untuk pergi ke butik setelah berbincang dengan Aruni, memilih waktu yang tepat. Selama tiga hari Salwa meminta ijin pulang dari pesantren demi mempersiapkan prosesi lamarannya bersama kekasih hati. Ia tak pernah mengira jika jodohnya begitu dekat. Masih seperti mimpi ia akan dilamar oleh lelaki yang menaklukan hatinya. Cinta pertamanya. Selama libur mondok ia tinggal bersama kakaknya karena kuliah terus berlangsung. Sempat terjadi perdebatan antara dua keluarga termasuk calon mempelai dalam menentukan tempat dan konsep diadakan lamaran. Keluarga Jonathan menginginkan prosesi lamaran di hotel dengan mewah dan meriah. Apalagi Daniel merupakan putra bungsunya dan penutup putra mereka. Sementara itu Aruni meminta mengadakan acara lamaran di
Darren dan Daniel menyusul wanita yang mereka sayangi pergi ke butik sepulang dari kantor. Kini mereka terlihat lebih akrab dan dekat. Hubungan yang normal di antara kakak beradik.Salwa kaget ketika mendengar suara lelaki yang kini akan menjadi tunangannya. Ia tak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan bahagia melihat Daniel datang ke sana, ke butik di mana mereka akan memesan busana untuk acara lamaran. Siapapun akan merasa senang jika persiapan hari istimewa mereka dilakukan secara bersama, saling melibatkan satu sama lain dan menyatukan persepsi dari mulai hal kecil.“Aku spontan aja ngelihat gaun ini cantik banget,” kata Salwa sembari meraba gaun berwarna putih berdesain modern ala negeri dongeng. Tak pernah ia melihat gaun pengantin seindah dan sedetail itu dengan butiran payet yang kecil dan rumit namun mewah.Daniel mendekatinya dan ikut menyentuh helaian gaun itu yang terlihat elegan dan mewah kemudian menatap gadis itu dari samping.“Gaun ini akan terlihat indah jika kau yan