Sinar keemasan mentari pagi mulai mengintip di balik awan. Terasa hangat menerpa kulit. Pagi yang hening di resort milik JD Group mulai ramai oleh para pelayan yang berlalu lalang melakukan aktifitas mereka. Ada yang bagian membersihkan ruangan kamar, taman hingga bagian memasak. Harum aroma masakan dan rempah-rempah mulai tercium hingga ke berbagai sudut area resort. Seorang gadis bertubuh tinggi dalam balutan syari berjalan dengan sedikit tergesa-gesa mencari seseorang di lorong bagian belakang resort yang langsung menghadap ke bibir pantai. Hari ini Kania sudah berkemas akan pulang ke Bogor bersama ke dua orang tuanyaKania tidak ikut sarapan bersama keluarga pengantin karena Naufal harus segera pergi ke kantornya mengurus restoran cabang yang beberapa pekan ini dibuka. Kania sesekali turun ikut membantu sang ayah melihat secara langsung saat para chef yang didatangkan langsung dari Istanbul memasak masakan timur tengah.Semenjak Kania menginap di rumah Aruni dan ikut menyibukan d
Kinanti Wicaksono terlihat panik ketika mendengar Daniel tengah mengamuk. Apalagi yang terjadi padanya. Pasti ada sesuatu yang memicunya. Jonathan yang mendengar aduan Riko hanya mendesah pelan. Dia mulai belajar memaklumi perubahan sikap Daniel yang impulsif. Daniel bisa tiba-tiba marah untuk urusan sepele. Salwa menulikan pendengarannya dan kembali melanjutkan sarapannya hingga bersendawa kecil. Bukan ide bagus ketika dia ingin tahu urusan orang. Kemudian matanya tertuju pada sang ibu yang tengah bersedia menunggunya selesai sarapan sembari memainkan ponselnya. “Ummi, kemana Teh Nuha? Aku dari tadi tidak melihatnya. Apa Teh Nuha sudah sarapan? Bagaimana kalau sakit lambung Teh Nuha kambuh,” cerocos Salwa saat baru menyadari sang kakak tak ikut bergabung di meja makan. Jonathan yang masih berada di sana, menghabiskan puding kelapa tanpa gula hanya mengulum senyum melihat tingkah adiknya Nuha yang begitu perhatian. Apakah karena gadis itu perhatian hingga membuat Daniel tertarik pa
Honeymoon sudah usai, kini pengantin pria dan wanita kembali pulang ke kediaman mereka. Baik Darren maupun Nuha kembali melakukan rutinitas seperti biasa. Darren Dash berangkat ke kantor sedangkan Mariyam Nuha pergi kuliah sebagai anak mahasiswi. Karena kesibukan di kantor, Darren belum bisa mengajak Nuha untuk pergi honeymoon ke luar negeri. Dia hanya menghabiskan honeymoon selama satu minggu di resort. Lagipula sebentar lagi mereka juga akan mengadakan resepsi atau pesta pernikahan selanjutnya di hotel pribadi milik JD Group. Ide perayaan di hotel bintang lima tersebut tentu saja berasal dari Jonathan sebab dia ingin mengumumkan kepada semua orang bahwa anak kebanggaannya Darren Dash telah menikah. Dia juga sudah bosan jika harus berhadapan dengan rekan kerjanya yang selalu menawarkan anak gadis mereka agar bisa bersanding dengan Darren. Nuha tidak mengetahui bahwa suaminya tersebut memiliki banyak penggemar yang mengantri dari kalangan putri konglomerat, sesama pengusaha. Darren
27 John St 2nd Floor, TorontoSemua penghuni flat The Rose Residence 401 panik saat tuan muda mengamuk. Baik Riko dan salah satu ART yang bekerja di flat tersebut seperti kebakaran jenggot saat melihat Daniel Dash keluar dari kamar tidurnya dan tak menemukan benda kesayangannya. Saat itu Daniel Dash baru saja pulang dari kegiatannya jogging bersama Michelle di daerah sekitar Royal Alexandra Theatre dan menikmati segarnya udara Kanada di pagi hari. Setelah dia meneguk sebotol air mineral karena kehausan, Daniel memasuki kamar tidurnya dengan bertujuan membersihkan badannya karena keringat yang lengket.Biasanya Daniel akan istirahat sejenak, membiarkan keringat keluar sebelum mandi dan memilih bermain-main dengan mainan barunya. Mainan baru yang menurutnya sangat berarti dan istimewa.“Maaf, Mas Daniel, sebenarnya apa yang Mas Daniel cari?” Dengan suara yang terbata-bata Riko memberanikan diri untuk bertanya perihal apa yang menyebabkan tuan mudanya marah pagi ini. Daniel menatap Rik
Ruangan bercat putih pasi dan beraroma obat-obatan kimia saat itu begitu hening dan menegangkan. Hanya terdengar suara air yang mengalir dalam wastafel. Seorang wanita baru saja membuang sarung tangan lateks ke dalam tong sampah dan mengguyur tangannya dengan sabun cair dengan air yang mengalir.Terdengar suara langkah kakinya menuju seorang perempuan muda yang berdiri mematung dengan wajah tak kalah pucat dengan ruangan tersebut.Dengan jantung yang bertalu dan tubuh yang gemetar, perempuan muda tersebut berjalan menghampiri dokter wanita berparas cantik tersebut setelah berupaya keras mengumpulkan seluruh keberanian yang tersisa.“Maafkan saya Dokter, saya tak bisa melakukan apa yang Dokter minta. Dokter boleh menyuruh saya melakukan apapun selain itu. Saya bisa bekerja melayani Dokter meskipun seumur hidup saya kalau perlu.”Perempuan muda itu memelas dengan berderai air mata. Bagaimanapun dia berhutang budi pada dokter yang menyelamatkannya. Namun untuk menyiram wajah seorang wani
Nuha meneguk salivanya tatkala melihat suami sedang menikmati rujak uleg yang sudah dipesan via gofood’. Saat ini mereka masih berada di dalam kendaraan Darren yang terparkir di area hotel milik perusahaan JD group.Tak butuh waktu lama suaminya menghabiskan rujak tersebut. Hanya dalam hitungan menit rujak tersebut sudah tandas. Sikap Darren kali ini terlihat aneh menurut Nuha. Di luar kebiasaannya.“Mas, sepertinya rujaknya enak. Kenapa tidak menyisakan sedikit untukku?”Nuha menggoda Darren. Sebetulnya dia juga ingin mencicipi rujak tersebut tetapi dia khawatir lambungnya kumat. “Kau tidak boleh makan yang beginian. Ingat lambung!” jawab Darren acuh tak acuh.“Biar aku saja yang buang sampahnya Mas,”Nuha mengambil wadah bekas rujak dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Kemudian dia keluar sebentar mencari tong sampah terdekat masih dalam keadaan bingung. Bagaimana tidak bingung, Darren tipe suami yang menjaga pola makan. Dia jarang sekali makan makanan yang pedas seperti t
Nuha masih merasa bingung dengan sikap Darren akhir-akhir ini. Darren terlihat sedang sakit tetapi tidak mau diajak ke dokter. Nuha menjadi merasa bersalah. Apalagi lusa pesta perayaan mereka akan digelar. Sebelum penyakit Darren bertambah parah maka dia harus segera berobat. Nuha harus membujuk suaminya.Darren seringkali pusing dan sensitif dengan aroma wewangian. Seperti pagi ini, usai Darren mandi maka Nuha akan menyiapkan pakaian kerjanya, memasangkan dasi, menyisir rambutnya dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Nuha sudah bolak balik mencarikan parfum yang cocok untuknya. Namun Darren merasa parfum yang dia miliki baunya tak sedap.“Aku tak mau pake parfum itu, Sayang!” seru Darren dengan wajah yang terlihat ditekuk, raut wajah yang jarang sekali dia tunjukan pada sang istri.“Mas, ini parfum yang biasa Mas pakai! Woody floral musk!”Nuha sampai belepotan mengeja aroma parfum milik sang suami. “Si woody biasa dipakai hari sabtu Mas! Si citrus hari jumat! Um yang gambar badak bu
Setelah mengantar kepergian sang suami ke kantor dan memberikan salam perpisahan yang manis, Nuha merapikan meja makan dan kembali ke kamar tidurnya. Kebetulan hari itu tidak ada jadwal perkuliahan yang harus dia ikuti. Dia akan menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk istirahat begitu kata sang suami sebab lusa acara pesta resepsi pernikahan mereka yang ke dua, di mana pasti akan menguras energi karena harus menyambut tamu undangan seharian.Namun Nuha bukan seseorang yang suka berdiam diri dan menghabiskan waktu dengan kesia-siaan. Dia suka membaca buku dan berdiskusi bersama teman sesama kajian sewaktu sebelum menikah.Sekarang Nuha mulai menikmati peran barunya sebagai seorang istri yang mana membuatnya menghabiskan separoh waktunya di rumah. Dia senang menata kamarnya. Pelayan hanya menjalankan tugasnya membersihkan lantai, mengelap furniture dan menyedot debu.Nuha mengganti sprei dan selimut setiap hari dengan warna lembut. Dia pula menata bantal dengan sangat rapi.