Seorang wanita tua tampak duduk terpaku di sebuah kursi halte bus yang kosong dengan tatapan kosong. Di tangannya sebuah tas besar dipegang dengan sangat erat sehingga urat-urat tangannya terlihat menyembul di telapak tangannya yang sudah keriput karena usianya sudah senja.Lamunannya buyar tatkala suara klakson sebuah bus menuju luar kota berbunyi beberapa kali. Sangat berisik. Kakinya yang tak lagi gesit kini mengayun dengan langkah lebar menuju anak tangga bus tersebut dengan salah satu tangan menenteng tas besar dan sebelah tangan lainnya berpegangan pada handle besi yang berada di pintu masuk. Wanita itu menolak bantuan kondektur yang berusaha menuntunnya karena dia merasa mampu melakukannya sendiri.Usia boleh senja tetapi tubuhnya masih bugar sehingga dia merasa bisa lakukan apapun yang dia inginkan. Dia pun duduk di bangku kosong yang berada paling belakang karena hanya itu bangku kosong yang tersedia. Dia menaruh tas tersebut ke dalam bagasi kabin lalu duduk dekat jendela da
Di sebuah restoran fine in dining sepasang suami isteri tengah melaksanakan makan malam berdua dalam keheningan. Mereka sama-sama lapar dan hanya berfokus menyantap hidangan yang tersedia di atas meja makan tetapi tanpa diselingi obrolan ringan. Alasan mereka tidak mengobrol ialah karena suasana hati mereka sedang tidak baik-baik saja setelah pertengkaran di dalam mobil yang membawa mereka menuju rumah sakit. Sebuah mobil SUV milik salah satu anggota kepolisian yang bertugas melakukan penangkapan para pelaku jaringan human trafficking. Mereka ialah Muhammad Attar dan Maesarah Basri. Mereka duduk bersebelahan di bangku ke tiga kendaraan beroda empat tersebut sedangkan Mariyam Nuha berada di bangku ke dua ditemani oleh seorang polwan yang menjaganya. Mereka tengah berada dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk mengantarkan Mariyam Nuha yang tak sadarkan diri dan membesuk korban lain yang terluka. “Mas Attar, maafin aku. Aku tak bermaksud menipumu soal pekerjaan yang aku lakukan,” Ma
Nuha berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat. Ingatannya tentang percakapannya dengan Daniel terus berputar mirip piringan hitam pada gramofon. Bisa-bisanya Daniel mengatakan hal yang tak masuk akal padanya.Muhammad Attar masih mencintai Nuha. Oleh karena itu andai Nuha tidak bahagia dengan pernikahannya dengan Darren Dash maka Nuha bisa kembali pada Muhammad Attar, yang tak lain mantan tunangannya. Semudah itukah sebuah keputusan tentang pernikahan dibuat. Nuha menggeleng ribut pada akhirnya.Tangan Nuha meraih knop pintu lalu memutarnya untuk membuka pintu kamar. Dia pun beranjak menuju ranjang king size dan merebahkan tubuhnya yang masih terasa lemas. Nuha ingin minum. Biasanya Bik Sumi yang selalu menyediakan segala keperluannya tetapi tidak kali ini karena Bik Sumi sudah tidak ada.Nuha merasa aneh saat mengingat interogasi yang dilakukan pihak berwajib padanya saat di rumah sakit. Tak ada seorang pun yang membahas soal Bik Sumi. Nuha memang tak melihat langsung sosoknya saa
Aliran darah dalam tubuh Kania seolah berhenti. Wajahnya seketika memucat. Di saat dirinya berada dalam fase hijrah, ingin memperbaiki hidupnya, sebuah ujian menerpa hidupnya. Ujian hidup yang terasa sangat berat manakala mengetahui sebuah rahasia besar tentang sosok ayah yang menurutnya sempurna.Langkah kakinya terayun kendati terasa berat seolah ada bandul berantai yang terikat pada tungkai kakinya. Kania berjalan menghampiri ayahnya ingin mendengar sebuah penjelasan.Sahila menoleh spontan pada putri kesayangannya. Seperti halnya Naufal, Sahila pun merasa terkejut atas kedatangannya.“Papa tolong katakan jika apa yang Papa katakan itu tidaklah benar? Mariyam Nuha temanku, bukan saudariku. Papa hanya memiliki putri semata wayang yaitu diriku, Kania Iqlima Alatas, Papa.”Kania berbicara dengan tersenyum getir. Posisi Naufal kini seperti seekor kerbau yang dicocok hidungnya. Dia tidak bisa lagi melarikan diri dari situasi tersebut. Sudah saatnya Naufal berterus terang tentang rahas
Daniel menghela nafas panjang saat melihat punggung Romi tenggelam di ujung koridor ruang dosen. Dia memilih tak mengejarnya dan masuk ke dalam ruang dosen sebagai tujuan utamanya mengajukan judul skripsi. Kurang dari empat puluh menit Daniel sudah menyelesaikan urusannya dengan sang dosen. Judul skripsi yang diajukan pun sudah diterima. Daniel hanya tinggal mengerjakan penelitian di lapangan dan mulai menyusun skripsi. Daniel pun berkeliling kampus kemudian langkahnya terhenti saat berada di anak tangga menuju tribun. Dia berjalan memasuki area tribun dan melihat teman satu kampusnya sedang mengadakan acara tanding basket. Lapangan basket terlihat penuh dan sesak dijejali oleh para mahasiswa yang meluangkan waktunya untuk menonton pertandingan. Sebuah bola basket melesat ke arah Daniel dan dengan cekatan Daniel meraih bola tersebut sebelum mendarat di perutnya yang masih belum pulih seutuhnya. Dari luar Daniel terlihat sudah sehat dan bisa beraktifitas secara normal, berbeda dengan
Setelah diharuskan bedrest selama satu minggu Nuha akhirnya bisa beraktifitas secara normal. Namun dia belum diperbolehkan kuliah terlebih dahulu karena harus chekup ke dokter dan melakukan konseling dengan psikiater yang menanganinya seperti biasa.Darren mengajak Nuha berobat dan tinggal di apartemen di ibukota. Mereka pergi sangat pagi karena telah mengadakan janji temu dengan Psikiater Davendra pada siang harinya.Kini bukan Nuha yang dikunjungi psikiater Davendra akan tetapi Nuha dan Darren yang mengunjungi mereka di klinik tempat praktik dr Davendra.Hanya butuh waktu kurang lebih dua setengah jam mereka tiba di apartemen mewah milik Darren. Mobil Darren memasuki kawasan apartemen dan dia langsung menyerahkan kunci mobilnya pada petugas valet yang menyambut kedatangannya.Darren turun lebih dulu dari dalam kendaraan mewah yang dibawanya kali ini. Kemudian dia membukakan pintu untuk sang istri. Tangannya langsung meraih tangan lentik istrinya. Tingkah kecil Darren seringkali mem
Hari ini Darren terlihat sumringah. Alasannya karena kondisi Nuha sudah membaik setelah meminum obat-obatan dari psikiater dr . Davendra. Setelah melakukan konsultasi kemarin dr. Davendra mulai mengurangi dosis obat yang harus Nuha minum. Biasanya Nuha meminum obat dua kali dalam sehari, lalu berkurang sehari sekali dan sekarang per dua hari sekali.Kemudian Darren tertawa sendiri sembari menatap gedung-gedung tinggi ibukota dari balkon di mana dia duduk dengan santai, menikmati secangkir kopi panas.Darren teringat perkataan dr. Davendra untuk mengetes Nuha apakah dia sudah tidak trauma lagi pada sosok pria dengan menyuruh Darren untuk menggoda Nuha. Terdengar konyol tetapi perkataan dr. Davendra yang hanya sebuah gurauan ditanggapi serius oleh Darren. Darren akan menggoda Nuha dengan memakai pakaian yang sedikit terbuka. Dia akan melihat respon Nuha apakah dia terlihat tegang atau tergoda.Saat malam menjelang, Darren melihat Nuha yang tengah mengerjakan tugas kuliah yang sempat te
“Hei, Kania mengacaukan pesta. Sungguh memalukan,” seru salah satu tamu yang hadir di acara pesta ulang tahun Violeta Nandini Amarendra. Salah satu mahasiswi universitas Prabu Agung Cakrabuana.“Kalau Violeta tahu, habislah dia,” Salah satu teman gadis itu mengomentari. “Panggil saja security! Seret dia keluar!”Ke dua gadis angkuh yang suka menjilat tersebut menatap jijik pada Kania Iqlima Alatas yang terlihat menyedihkan. Dress yang membalut tubuhnya terlihat basah, wajahnya kotor karena riasannya yang luntur dan rambutnya berantakan karena dia menjambak rambutnya sendiri. Mereka hanya bisa mencibir tanpa melakukan apapun padanya.“Lagian, gak bisa minum. Pake sok-sokan minum,” cibir gadis bergaun putih selutut tadi pada temannya.“Dasar gadis labil! Apa kau tak lihat, minggu yang lalu dia memakai hijab karena suka gaul sama si Nuha. Lihatlah sekarang, dia sudah melepas hijabnya! Malu-maluin agama! Mana minum alkohol lagi. Mending kayak kita, kita mah apa adanya. Gak munafik,” ucap