Moreno masih mengepalkan tangannya geram karena sikap Adrian yang seenaknya saja membatalkan janjinya, padahal Ilona sudah berdandan begitu cantik. Karena emosinya yang membuncah itu membuat Moreno pun berniat menghampiri Adrian ke ruang VIP, walaupun jujur saja awalnya ia masih belum yakin bahwa
"Kau ...." Ilona langsung mematung begitu kaget melihat Moreno berdiri di depan rumahnya. Begitu juga dengan Moreno yang ikut mematung menatap Ilona karena ternyata Ilona aslinya jauh lebih cantik daripada di foto tadi. "Kau ... sedang menunggu seseorang dengan baju seperti itu?" tanya Moreno
"Bukankah sudah kubilang kalau dia pria brengsek, mengapa kau harus menunggunya seperti ini?" "Apa pedulimu, Reno? Biarkan aku mengurus urusanku sendiri! Lagipula ini sudah sangat malam, pulanglah sana!" Jericko dan Neymar sudah keluar dan berkumpul bersama warga tengah malam itu, sedangkan Moren
Ilona terbangun dari tidurnya pagi itu dengan perasaan yang masih begitu berat karena ingatan tentang ucapan Moreno kemarin. Sungguh, biasanya Ilona tidak pernah merasa sakit hati seperti ini. Sekalipun Ilona disebut tidak punya sopan santun, barbar, menyebalkan, Ilona baik-baik saja dengan semua
Moreno tidak bisa berkonsentrasi bekerja. Sejak menyakiti Ilona semalam, perasaan Moreno tidak pernah baik. "Sial! Mengapa aku harus mengatakan itu? Apa seharusnya aku minta maaf padanya?" Moreno terus mengumpat kesal dan terus gelisah karena rasa bersalah di hatinya. Moreno pun mengetuk-ngetu
"Aku tidak menyangka ternyata pikiran Adrian itu sudah lebih maju, Bos. Ternyata dia malah mendukung kita. Kalau begitu seharusnya sejak awal kita tidak perlu takut padanya." Mendadak Neymar terus mengoceh karena ia ikut senang setelah begitu mudahnya mendapatkan tanda tangan dari seluruh warga. T
"Aku sungguh tidak bisa melanjutkan ini, Bos. Maafkan aku! Aku merasa sangat brengsek, Bos!" Neymar masih terbawa melow saat mereka sudah berada di depan rumah Ilona sambil menunggu Ilona dan Jericko bersiap untuk pergi ke supermarket. Moreno sendiri ni hanya mengembuskan napas panjangnya. "Ak
Wanita di hadapannya bernama Tamara, si tukang bully. Pernah suatu kali wanita itu menyembunyikan sepatu seorang anak di kelas mereka setelah olahraga dan Ilona melihatnya. Saat Ilona melaporkan semua yang sebenarnya, Ilona malah dimusuhi oleh Tamara dan gengnya. Sejak saat itu, Tamara mulai mem