Share

Bab 9 Investigasi

Penulis: fitrik13
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-18 11:49:18

“Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” sapa ustadzah kepada ibu-ibu yang hadir pengajian rutin mingguan di komplek perumahan tempat tinggal ku.

“Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarokatu,” jawab ibu-ibu komplek yang hadir, sekitar 15 orang termasuk aku yang duduk di pojok mushola sambil menggendong Yusuf dipangkuanku.

Seperti biasa, sambil menunggu Syafia pulang sekolah Taman kanak-kanak, aku membawa Yusuf ke pengajian rutin di mushola komplek rumah kami, lokasi nya tidak jauh dari TK Syafia. Dari hari senin sampai jumat selalu ada ustadzah yang bergantian mengisi acara pengajian rutin tersebut, tema nya pun berbeda setiap hari, mulai dari parenting, rumah tangga ala nabi, fiqih wanita, tahsin atau memperbaiki bacaan alquran dah tadarus alquran. Biasa nya 2 atau tiga kali dalam sepekan aku menyempatkan menghadiri pengajian rutin tersebut, selain ingin memperbaiki bacaan alquran, mempelajari ilmu agama, bersilaturahim dengan tetangga juga sambil menunggu Syafia pulang dari sekolah TK nya, jika aku tidak menghadiri pengajian rutin tersebut biasanya karena pekerjaan rumah yang belum selesai atau ada pekerjaan freelance yang aku lakukan dan mengejar deadline.

Sudah beberapa minggu ini aku tidak mengikuti pengajian rutin dikarenakan terlarut dalam kesedihanku, aku beranikan diri ku untuk kembali berinteraksi dengan para tetangga meskipun aku tau aku tak pandai dalam menyembunyikan raut wajahku, aku khawatir dari ekspresi ku mereka tau bahwa aku sedang di rundung masalah yang tak ingin aku bagi kepada siapapun, namun jika aku terus mengurung diri dan hanyut dalam kesedihan itu justru akan membuatku semakin hancur. Aku harus bangkit!!! Dan aku memulainya dengan cara lebih mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.

“Alhamdulillah pagi hari ini kita bisa sama-sama berkumpul kembali dalam majelis ilmu, semoga Allah catat sebagai amal shalih dan membawa keberkahan bagi kita semua di dunia dan di akhirat kelak,aamiin,” kata bu ustadzah mengawali kajian pagi ini yang di aamiin kan oleh semua ibu-ibu yang hadir.

“Mari kita lanjutkan kajian kita dengan tema rumah tangga ala nabi, menyambung materi pekan lalu, hari ini saya akan menyampaikan sifat buruk wanita yang wajib dihindari, semoga kita semua tidak termasuk wanita yang memiliki sifat buruk tersebut dan mampu menghindari sifat-sifat tersebut,” ujar bu ustadzah sambil membuka buku catatannya.

“Pekan lalu kita sudah membahas beberapa sifat buruk yang wajib dihindari wanita, diantaranya adalah wanita ananah yaitu wanita yang banyak mengeluh, lalu wanita mananah yaitu wanita yang suka meniadakan usaha dan jasa suami, lalu wanita hananah yaitu wanita yang menginginkan lelaki lain, lalu wanita hadaqah yaitu wanita yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain, hari ini kita akan membahas sifat wanita basaqah yaitu wanita yang suka berhias diri namun bukan untuk suaminya dan wanita syadaqah yaitu wanita yang banyak bicara yang sia-sia,” sambung Bu ustadzah mulai menjelaskan.

“Umi Yusuf koq beberapa hari ini ga keliatan, kemana aja?” tanya bu Tata tetangga sebrang rumahku

“Di dalam rumah aja,” jawabku singkat sambil memberi isyarat bahwa kita harus menghormati pengajian ini dengan tidak mengobrol saat bu ustadzah memberi penjelasan.

“Wanita basaqah yaitu wanita yang suka berhias diri namun bukan untuk suaminya, misalnya dandan cantik dengan alis berjejer bak ulat, lipstik bibir merah merona dan bulu mata lentik lalu selfie dan posting di sosial media untuk mendapat like atau komentar pujian, sifat seperti ini sebaiknya kita hindari karena sebagai istri yang berhak atas kecantikan kita adalah suami kita, jangan sampai terbalik ya....saat keluar rumah dandan cantik,rapi,wangi tapi saat dirumah ada suami kita hanya pakai daster bolong, rambut kuncir acak-acakan dan bau bawang,” ujar bu ustadzah diiringi gelak tawa ibu-ibu yang merasa tersindir halus oleh ucapan bu ustadzah.

Aku pun merasa tersindir, apakah selama ini aku terlalu acuh dengan penampilanku di depan suamiku hingga dia tak tertarik lagi padaku??

Daster bolong memang pakaian dinas ku yang paling aku sukai karena adem dan nyaman juga cepat kering ketika keringat membasai sekujur tubuhku dalam menjalankan kewajibanku sebagai ibu rumah tangga, tak dipungkiri membersihkan rumah, memasak, mendampingi Syafia dan Yusuf bermain sangatlah menguras tenaga dan fikiranku, belum lagi ketika aku harus menyelesaikan deadline pekerjaan freelance ku, aku hampir tak memiliki waktu untuk diriku sendiri, bisa mandi sehari sekali pun aku sudah sangat bersyukur, itu pun hanya 5 menit kurang karena Yusuf selalu menggedor pintu kamar mandi dan selalu ingin bersama dekat denganku.

Skincare yang kubeli pun utuh karena aku sering melupakan untuk memakainya.

Ooohhh.....bagaimana aku lupa bahwa lelaki adalah mahluk visual yang mudah terpikat dari pandangan, selama ini apakah aku terlalu menyepelekan penampilanku di depan suamiku hinggaia terpikat dengan wanita muda nan cantik dan molek dengan usia belia nya itu?!

Air mata kembali menetes di pipiku, aku menunduk dan tak menyadari apa lagi yang dijelaskan oleh bu ustadzah, beberapa pasang mata ibu-ibu di samping kiri kananku memandangiku heran, Oooohhh....aku tak mampu me nutupi kegundahan hatiku, kuseka air mataku tapi air mata terus mengalir, aku khawatir akan semakin banyak orang yang menyadari bahwa rumah tangga ku sedang bermasalah, lalu aku putuskan untuk mundur dari majelis pengajian dan melangkah jauh dari mushola untuk kembali pulang.

Aku kembali kerumah dan mengunci diriku di dalam kamar, aku menangis sejadi-jadinya, sekencang-kencang nya karena tak ada siapapun di rumah kecuali aku dan bayiku Yusuf, mata kecilnya berbinar menatap ku heran dan mengiringi tangisanku dengan tangisan dari mulut kecilnya, sepertinya dia berempati dan merasakan getaran kesedihanku. Ooohh buah hatiku, andai kau tau ibu mu sedang terluka karena memikirkan keinginan abi mu itu, apakah kelak kau akan seperti nya juga? Mengingat kakekmu yang telah lebih dulu berpoligami sejak lama, lalu sekarang abi mu ingin mengikuti jejak nya, apakah kelak kau juga menginginkan lebih dari satu wanita sebagai pendamping hidupmu? Apakah hal ini bisa terjadi turun temurun? AAhhh....aku tak sanggup berfikir, aku hanya sedih. Sangat sedih dengan kenyataan bahwa suamiku ingin berpoligami.

Mulai terlintas difikiranku untuk menggali informasi tentang Utari, seperti apa sebenarnya dia, aku ingin mengorek bahkan aib terkecilnya untuk ku perlihatkan pada suamiku agar dia berpaling dari niatnya untuk menikahi Utari. Tapi kemana bisa kucari informasi??

Sosial media!!! Ya itu dia....hal yang sangat mudah di akses kebanyakan orang untuk mengetahui sosok orang lain, aku mulai berseluncur mencari nya di internet, semua sosial media aku cek atas namanya dan ku temukan, namun aku tak menduga bahwa Utari adalah sosok yang jarang bersosial media, aku hanya menemukan beberapa fotonya saja, tak banyak informasi yang bisa kuperoleh karena kulihat dia jarang memposting dan mempublikasikan hidupnya meskipun akun nya tidak di set sebagai akun pribadi sehingga siapapun bisa mengaksesnya tanpa harus jadi pengikutnya terlebih dahulu.

Apakah aku harus mendatangi kampus tempat dia belajar dan bertanya pada beberapa temannya? Atau ke kantor?

Aaahh tapi itu tidak akan banyak membantu, aku khawatir malah akan menimbulkan gosip.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, ternyata Syafia dan bu ustadzah Hilya yang tadi mengisi pengajian. Aku lupa tak menjemput Syafia sehingga Syafia diantar pulang oleh bu ustadzah Hilya.

“Assalamualaikum umi Yusuf,” sapa bu ustadzah.

Ya aku lebih sering di sapa sebagai umi Yusuf setelah kelahiran anak kedua ku Yusuf karena di komplek sudah ada yang dipanggil umi Syafia, sehingga tetanggaku memanggilku dengan nama Umi Yusuf.

“Waalaikumsalam bu ustadzah, silahkan masuk. Astarfirullah Syafia maaf ya umi lupa jemput, Syafia sekarang masuk, cuci tangan dan ganti baju lalu makan ya,” kataku kepada Syafia sambil mempersilakan bu ustadzah masuk dan duduk.

“Mohon maaf sebelumnya bu, tadi saya lihat ibu pergi dari mushola sebelum pengajian selesai, kenapa bu?” tanya bu ustadzah

Aku terdiam, sejenak berfikir apakah aku akan mencari-cari alasan atau menceritakan masalahku pada bu ustadzah Hilya?!

“Jika ada masalah atau ada yang bisa saya bantu jangan sungkan ya bu,” ujar bu ustadzah Hilya meyakinkanku.

Aku memang sering meminta bimbingan dan nasehat dari bu ustadzah Hilya karena selain umur kami yang tak jauh berbeda juga karena beliau memiliki pemahaman agama yang baik dan mampu memberi saran-saran sesuai syariat agama sehingga aku jauh menjadi lebih tenang dan lebih baik dari sebelumnya. Aku menganggapnya sebagai guru sekaligus sahabatku.

“Maaf bu, sebenarnya saya tidak bisa menutupi bahwa saya sedang punya masalah, suami saya ingin berpoligami bu,” kataku terus terang.

Aku berani membuka masalah ini kepadanya karena aku yakin bu ustadzah Hilya tak akan membuka masalah ini kepada orang lain, beliau sangat amanah dan aku berharap mendapat nasehat dan saran nya dalam menghadapi masalah ini.

“Astagfirullah, yang sabar ya bu in shaa Allah, Allah tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hamba NYA,” ujar bu ustadzah Hilya.

Aku mengangguk mengiyakan lalu bercerita panjang lebar sebanyak informasi yang aku dapat dari suamiku perihal keinginannya untuk berpoligami.

“Jadi gimana menurut Ibu? Apakah saya harus menerimanya atau menentangnya?” tanyaku dengan raut wajah penuh kesedihan yang tak bisa kututupi.

“Sepengetahuan saya hukum poligami itu boleh, bukan sunnah apalagi wajib, itu adalah pilihan suami, sebagai wanita kita tidak bisa menentang hukum Allah, jika Allah membolehkan,menghalalkan atau mengharamkan sesuatu pastilah untuk kebaikan kita,” ujar bu ustadzah Hilya

“Tapi saya belum bisa menerimanya bu,” ucapku sambil terisak

Bu ustadzah Hilya menepuk dan mengusap pundak ku untuk menenangkanku.

“Semoga Ibu diberi kekuatan,ketabahan,keikhlasan dan jalan keluar terbaik ya,” doa bu ustadzah Hilya untuk ku.

“Apakah saya harus mencari tau dulu tentang perempuan itu bu? Apakah saya boleh mencari tahu lewat teman-teman nya atau mungkin keluarga nya?” tanyaku

“Untuk apa bu?” bu ustadzah Hilya bertanya balik padaku

“Supaya tau seperti apa dia sebenarnya,” jawabku

“Dalam Islam tidak boleh hukumnya dalam mencari kesalahan atau membuka aib orang lain terlebih itu sesama muslim,” ujar bu ustadzah Hilya.

Aku tertunduk malu, seakan bu ustadzah Hilya mampu membaca fikiranku, aku fikir dengan mencari tau seperti apa sosok Utari sesungguhnya maka akan kudapati kekurangan nya yang akan aku perlihatkan pada suamiku dan membuat suamiku ilfeel dan mengurungkan niatnya menikahi Utari. Sangat picik memang, apakah cemburu mampu mengambil alih logika para wanita seperti yang sedang ku alami saat ini???

Bab terkait

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 10 Investigasi

    Setelah bu ustadzah Hilya pulang, kata-kata nya seakan tak ikut bersamanya, kata-katanya terngiang di telingaku dan menyadarkan kesalahanku. Terlebih ketika beliau bercerita tentang kisah nabi Muhammad SAW yang sempat mengharamkan madu untuk beliau minum, kala itu beliau meminum madu dari rumah Zainab salah satu isterinya lalu menceritakan betapa nikmat nya madu tersebut kepada Aisyah, Rasulullah juga menceritakan betapa lezat madu tersebut saat bersama Hafsoh, istreri nya yang lain, lalu karena beliau berulang kali mengulang dan memuji madu yang di hidangkan Zainab maka ketika Rasulullah kembali dari rumah Zainab, Aisyah sang isteri pun menyinggung soal madu, begitupun Hafsoh yang bertanya ‘bagaimana madu nya Zainab?’ Rasulullah menyadari bahwa kedua isterinya cemburu maka beliau berkata tidak akan meminum madu lagi, kemudian turunlah firmam Allah surat at tahrim ayat 1يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَ

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 11 Fakta

    “Sebelumnya saya minta maaf Bu, jadi beberapa waktu lalu saya minta tolong Bapak untuk barangkali punya kenalan bujang atau duda yang sedang mencari pasangan, seperti yang Ibu ketahui bahwa Utari anak saya itu janda, saya ingin dia cepet nikah lagi Bu, saya sedih melihat Utari di usia muda nya ini harus jadi single parent untuk anaknya,” ujar bu Jelita dengan mata berkaca“Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak bermagsud menjodohkan Utari dengan bapak, saya hanya meminta bantuan bapak untuk mencarikan jodoh buat putri saya Utari,” sambung bu Jelita kini dengan nada gemetar dan sedikit takut. Mungkin bu Jelita berfikir aku akan marah atau kedatanganku untuk memaki anaknya.Tak lama datang seorang bapak paruh baya masuk ke dalam rumah sambil bergegas dan mengucap salam, ia tampak bingung dan terengah-engah karena berjalan separuh berlari. Bapak itu kemudian duduk di samping bu Jelita.“Ada apa ya Bu?” tanya bapak itu kepada bu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 12 Fakta

    Air mata mulai mengalir di pipiku, aku tak lagi malu untuk menyembunyikan perasaanku, bu Jelita menyodorkan segelas air putih kepadaku.“Ini bu diminum dulu airnya,” ucap bu Jelita“Terimakasih bu,” jawabku sambil menegak air putih di gelas itu dan menyeka air mataku.“Maaf Pak, Bu, saya sebenarnya sangat terkejut dengan permintaan suami saya ini, saya kesini pun atas ijin suami saya untuk mengenal keluarga Utari sebelum mungkin melamar Utari secara resmi, jujur hati saya masih merasa berat melakukan ini,” ucapku sambil menahan rasa sedihku.“Mohon maaf bu kalau boleh tau, kira-kira kapan bapak mau melamar Utari secara resmi?” tanya pak Somad kepadaku.“Karena sebenarnya ada seorang lelaki teman nya Utari, akhir-akhir ini sering datang antar jemput Utari dan kadang tanpa sepengetahuan kami mereka sering bertemu diluar, saya tidak enak sama tetangga khawatir jadi fitnah, makadari itu saya berhara

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 13 Cinta yang berubah jadi benci

    Benar kata orang yang bilang ‘Cintailah kekasihmu sekedarnya saja karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi musuhmu dan bencilah musuhmu sekedarnya saja bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu’ Mungkin aku terlalu mencintai suamiku, menganggapnya malaikat yang dikirim Tuhan hanya untukku, membahagiakan aku di dunia ini dan suatu saat bersama lagi di surga, suami sempurna tanpa cela yang ternyata kini menorehkan luka yang teramat dalam. Sepanjang jalan pulang dalam kereta, tak terasa aku menitikan air mata, teringat masa dimana dulu sebelum aku memutuskan untuk menikahi suamiku, bahkan lebih jauh lagi, aku teringat pada masa remajaku dimana saat itu orangtua ku terus bertengkar tiada henti dan akhirnya memutuskan untuk berpisah, mereka sempat bertanya aku akan ikut siapa, sempat terombang-ambing sekian waktu ikut mama dan lalu tinggal bersama ayah dan ibu sambung hingga akhirnya aku putuskan untuk tinggal sendiri di sebuah kost kecil dengan alasan dekat dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 14 Dukungan mertuaku

    “Bi, hari ini aku kerumah Utari,” kataku sambil menyuguhkan secangkir kopi untuk suamiku yang baru saja pulang dari kantor.“Hah? masa? Ngapain kamu kesana?” tanya suamiku dengan nada terheran-heran“Kan kamu yang mengijinkan aku untuk mencari informasi tentang Utari, informasi paling akurat dari mana lagi kalo bukan dari orangtua nya,” ujar ku dengan wajah datar.“Terus disana kamu ngomong apa?sama siapa kesananya?” tanya suamiku mulai penasaran.“Sendiri, aku labrak dia,” jawabku berbohong.“Ah yang bener, aku aja belum pernah ke rumahnya, kamu kan ga tau jalan suka lupa gitu apalagi ketempat baru sendiri kayaknya ga mungkin deh,” ujar suamiku sambil tersenyum lepas, sepertinya dia belum percaya bahwa aku benar-benar dari rumah Utari.“Nih rekaman suara nya.” ucapku sambil menyodorkan handpone dan menekan tombol play pada rekaman suara antara aku, bu Jelita

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 15 Sisi lain Utari

    Pagi ini suasana rumah sangat ramai namun sepi, ramai karena ibu dan ayah mertua ku juga Putri menginap disini, sepi karena tak ada kehangatan maupun canda tawa, semuanya lebih banyak diam pagi ini.“Ma,Ayah,Putri yuk sarapan dulu udah aku siapkan di meja, aku panggil Abi nya Syafia dulu ya,” ajak ku kepada ibu dan ayah mertuaku juga Putri.“Sini Yusuf nya Put, kamu sarapan aja dulu biar Mbak mandiin Yusuf,” ucapku sambil menggendong Yusuf dari pangkuan Putri. Aku menuju kamar tidur utama hendak memanggil suamiku untuk sarapan bersama.“Bi, aku udah siapkan semua keperluan kamu buat ke kantor, mama ayah dan Putri sudah nunggu kamu di meja makan untuk sarapan, kamu sarapan aja duluan aku mau mandiin Yusuf, tolong pastikan Syafia juga menghabiskan sarapannya karna dia harus sekolah,” kataku kepada suamiku.Dia hanya diam dan mengangguk mengiyakan sambil berpakaian rapi bersiap pergi ke kantor.Sementara mereka sara

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 16 Me Vs Utari

    “Iya Ma, yang tadi tuh Utari, gak tau tuh kenapa dia marah-marah, udah biarin aja Mah,” jawabku dengan tenang kepada mama dan ibu mertuaku.“Ih dasar bisa-bisa nya dia yang marah-marah, mana sini biar mama telepon,” kata mama ku dengan nada emosi“Udahlah Ma biarin aja, aku permisi ke kamar dulu ya,” ucapku sambil pamit beranjak dari ruang tamu menuju kamar dan membiarkan mama dan ibu mertuaku mengobrol sambil bermain bersama Yusuf.Dada ku berdebar kencang menahan rasa marah campur sedih, aku ingin membela diri dan membalas perlakuan tak sopan Utari padaku, dia lebih muda dariku, dia pegawai bawahan suamiku dikantor, apakah pantas dia memperlakukan aku secara tidak sopan seperti tadi?? Aku berusaha menerima apa yang ingin dia sampaikan dan aku mendengarkan keluhannya, tapi dia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk menjelaskan apapun. Semakin aku menahan diri rasanya semakin kuat dorongan dari dalam untuk menyerang Utari,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 17 Jampi-jampi Utari

    “Ma, aku ijin ke pengajian dulu ya terus mau jemput Syafia,” pamitku kepada mama dan ibu mertuaku. Seperti biasa sebelum menjemput Syafia dari sekolah aku mampir ke pengajian di masjid.Selesai pengajian, setelah ibu-ibu lain meninggalkan masjid, aku menghampiri Bu ustadzah Hilya dan meminta sedikit waktu nya untuk bertanya secara pribadi.“Bu, tentang materi yang baru saja ibu sampaikan mengenai keutamaan istri shalihah, sebenarnya saya ingin bertanya namun khawatir tidak bisa mengendalikan emosi saya ketika bertanya jadi saya menunggu ibu-ibu yang lain pulang untuk menanyakan hal ini secara pribadi,bolehkah?” tanyaku pada Bu ustadzah Hilya“Iya silahkan,” jawabnya sambil tersenyum.“Begini bu, apakah boleh seorang istri meminta talak atau ingin bercerai dari suaminya dengan alasan tak ingin dipoligami?” tanyaku, aku yakin Bu ustadzah Hilya paham arah pembicaraanku.“Astagfirullahaladzim, maaf

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10

Bab terbaru

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 29 Pernikahan Utari

    “Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 28 Membawa kembali cinta itu

    Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 27 Membawa kembali cinta itu

    “Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 26 Sahabat yang baik

    “Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 25 Curiga

    ‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 24 Penampilan baru

    Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 23 Hari-hari yang berat

    “Saya terima nikah dan kawinnya Utari binti Somad dengan mas kawin satu unit mobil dan seperangkat alat solat dibayar TUNAI,” ucap seorang pria berpakaian jas resmi rapi berwarna hitam, Suara yang tak asing itu sepertinya suara......Tidak!!! Mas Dhoni!!!“Bagaimana para saksi sah?” tanya seorang penghulu kepada orang orang di sekeliling meja akad nikah itu“SAH,” serentak jawab orang-orang yang berada disitu.Aku berdiri mematung di depan pintu, memastikan siapa pengantin yang telah melaksanakan akad nikah itu, kulihat seorang pengantin wanita berkebaya putih panjang dan memakai kerudung duduk disebelah pengantin pria, pandanganku terhalang oleh dedaunan yang merupakan dekorasi ruangan akad nikah tersebut dan di antara penuh sesak orang yang menyaksikan.Rasa takut, gundah dan sedih menyelimuti hati karna merasa aku sangat mengenal suara itu, aku menguatkan hatiku untuk melangkah dan memastikan ini pernikahan siapa.

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 22 Hari-hari yang berat

    “Umi, Syafia mau makan mie goreng,” pinta Syafia membuyarkan konsentrasi ku saat sedang bekerja di depan laptop.“Syafia makan yang ada di meja makan aja ya, kan Umi sudah masak,” pintaku kepada anakku Syafia sambil melanjutkan pekerjaanku.“Tapi Syafia ga suka lauknya,” rengek Syafia dengan manja sambil menggoyang goyangkan tanganku.“Ya ampun Fia, diem dulu dong ini umi lagi kerja!!!” bentak ku kepada SyafiaSyafia cemberut dan meninggalkan ku, tak lama ku dengar suara tangisan Yusuf. Aku tinggalkan pekerjaanku dan menghampiri Yusuf, ku lihat Syafia duduk di hadapan Yusuf dan memegang mainan Yusuf sementara Yusuf menangis sambil duduk di lantai.“Syafia, kamu bikin adek nangis ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf.“Enggak!!! Yusuf jatoh karna mainan ini bukan sama aku,” ujar Syafia sambil ikut menangis.Seketika dunia terasa sempit dan pengap, pekerjaan r

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 21 Pasukan pembela terdepan

    “Dhoni, mama pulang dulu ya, inget kamu jangan berbuat macem-macem dan jangan nyakitin hati istri kamu lagi,” ujar ibu mertuaku kepada suamiku.“Mama juga pulang dulu ya, awas loh Dhoni kalo kamu macem-macem kita ga akan tinggal diam,” ancam mamaku kepada suamiku.Mas Dhoni mengangguk dan mencium tangan mama dan ibu mertuaku“Mau Dhoni anter?“ tanya mas Dhoni kepada mama dan ibu mertuaku.“Anter pake apa? Motor?” sindir mama ku sambil memicingkan mata seakan akan berisyarat merendahkan mas Dhoni dan seakan berkata ‘punya motor aja bangga sok-sok an pengen punya istri dua’ “Mama sama besan mau naik angkutan umum,” ujar ibu mertuaku“Makasih ya Ma, udah nemenin beberapa hari ini,” ujarku kepada mamaku dan ibu mertuaku sambil mencium tangan mereka.Aku mengantar mama dan ibu mertuaku sampai depan rumah dan mereka naik angkutan umum yang berbeda ara

DMCA.com Protection Status