Beranda / Rumah Tangga / Dinikahi untuk diduakan / Bab 14 Dukungan mertuaku

Share

Bab 14 Dukungan mertuaku

Penulis: fitrik13
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-03 09:03:02

“Bi, hari ini aku kerumah Utari,” kataku sambil menyuguhkan secangkir kopi untuk suamiku yang baru saja pulang dari kantor.

“Hah? masa? Ngapain kamu kesana?” tanya suamiku dengan nada terheran-heran

“Kan kamu yang mengijinkan aku untuk mencari informasi tentang Utari, informasi paling akurat dari mana lagi kalo bukan dari orangtua nya,” ujar ku dengan wajah datar.

“Terus disana kamu ngomong apa?sama siapa kesananya?” tanya suamiku mulai penasaran.

“Sendiri, aku labrak dia,” jawabku berbohong.

“Ah yang bener, aku aja belum pernah ke rumahnya, kamu kan ga tau jalan suka lupa gitu apalagi ketempat baru sendiri kayaknya ga mungkin deh,” ujar suamiku sambil tersenyum lepas, sepertinya dia belum percaya bahwa aku benar-benar dari rumah Utari.

“Nih rekaman suara nya.” ucapku sambil menyodorkan handpone dan menekan tombol play pada rekaman suara antara aku, bu Jelita

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 15 Sisi lain Utari

    Pagi ini suasana rumah sangat ramai namun sepi, ramai karena ibu dan ayah mertua ku juga Putri menginap disini, sepi karena tak ada kehangatan maupun canda tawa, semuanya lebih banyak diam pagi ini.“Ma,Ayah,Putri yuk sarapan dulu udah aku siapkan di meja, aku panggil Abi nya Syafia dulu ya,” ajak ku kepada ibu dan ayah mertuaku juga Putri.“Sini Yusuf nya Put, kamu sarapan aja dulu biar Mbak mandiin Yusuf,” ucapku sambil menggendong Yusuf dari pangkuan Putri. Aku menuju kamar tidur utama hendak memanggil suamiku untuk sarapan bersama.“Bi, aku udah siapkan semua keperluan kamu buat ke kantor, mama ayah dan Putri sudah nunggu kamu di meja makan untuk sarapan, kamu sarapan aja duluan aku mau mandiin Yusuf, tolong pastikan Syafia juga menghabiskan sarapannya karna dia harus sekolah,” kataku kepada suamiku.Dia hanya diam dan mengangguk mengiyakan sambil berpakaian rapi bersiap pergi ke kantor.Sementara mereka sara

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 16 Me Vs Utari

    “Iya Ma, yang tadi tuh Utari, gak tau tuh kenapa dia marah-marah, udah biarin aja Mah,” jawabku dengan tenang kepada mama dan ibu mertuaku.“Ih dasar bisa-bisa nya dia yang marah-marah, mana sini biar mama telepon,” kata mama ku dengan nada emosi“Udahlah Ma biarin aja, aku permisi ke kamar dulu ya,” ucapku sambil pamit beranjak dari ruang tamu menuju kamar dan membiarkan mama dan ibu mertuaku mengobrol sambil bermain bersama Yusuf.Dada ku berdebar kencang menahan rasa marah campur sedih, aku ingin membela diri dan membalas perlakuan tak sopan Utari padaku, dia lebih muda dariku, dia pegawai bawahan suamiku dikantor, apakah pantas dia memperlakukan aku secara tidak sopan seperti tadi?? Aku berusaha menerima apa yang ingin dia sampaikan dan aku mendengarkan keluhannya, tapi dia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk menjelaskan apapun. Semakin aku menahan diri rasanya semakin kuat dorongan dari dalam untuk menyerang Utari,

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-05
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 17 Jampi-jampi Utari

    “Ma, aku ijin ke pengajian dulu ya terus mau jemput Syafia,” pamitku kepada mama dan ibu mertuaku. Seperti biasa sebelum menjemput Syafia dari sekolah aku mampir ke pengajian di masjid.Selesai pengajian, setelah ibu-ibu lain meninggalkan masjid, aku menghampiri Bu ustadzah Hilya dan meminta sedikit waktu nya untuk bertanya secara pribadi.“Bu, tentang materi yang baru saja ibu sampaikan mengenai keutamaan istri shalihah, sebenarnya saya ingin bertanya namun khawatir tidak bisa mengendalikan emosi saya ketika bertanya jadi saya menunggu ibu-ibu yang lain pulang untuk menanyakan hal ini secara pribadi,bolehkah?” tanyaku pada Bu ustadzah Hilya“Iya silahkan,” jawabnya sambil tersenyum.“Begini bu, apakah boleh seorang istri meminta talak atau ingin bercerai dari suaminya dengan alasan tak ingin dipoligami?” tanyaku, aku yakin Bu ustadzah Hilya paham arah pembicaraanku.“Astagfirullahaladzim, maaf

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 18 Maaf

    “Assalamualaikum....,” salam suamiku sambil membuka pintu dan masuk rumah.“Waalaikumsalam,” aku, mama dan ibu mertuaku kompak membalas salam.Aku menghampiri suamiku, mencium tangannya dan mengambil tas nya lalu menyimpan di tempatnya. Suamiku menghampiri dan mencium tangan ibu nya dan mamaku.“Mau aku bikinin kopi atau teh?” tawarku pada suamiku“Teh aja,” jawabnya singkat.“Ma, aku dikamar ya,” ijin suamiku pada ibu nya dan mamaku.Mamaku memalingkan wajah nya berpura-pura tidak mendengar sedangkan ibu mertua ku hanya mengangguk acuh.“Aduh besan maaf ya, saya koq masih kesel aja sama Dhoni, bawaannya pengen ngambek mulu,” ujar mamaku kepada ibu mertuaku karena merasa tidak enak dengan sikapnya terhadap suamiku.“Ga apa-apa besan, saya juga masih mbatin koq, pengen ngedumel juga rasanya, sebel!” Ujar ibu mertua ku seiya sekata dengan mama ku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 19 Interospeksi diri

    Setelah kejadian tadi malam, aku jadi lebih banyak diam.Malu kepada mama dan ibu mertuaku karna aku bersikap tantrum, malu kepada suamiku karena tidak mampu menyembunyikan masalah kami di depan orangtua kami. Aku tak ingin membebani orangtua dan mertua ku dengan masalah yang sedang aku hadapi saat ini, sudut pandang dan cara mereka membantu menyelesaikan masalah pun berbeda dengan ku, aku khawatir mereka terjerumus pada kesyirikan jika lebih memilih percaya pada orang pintar atau sejenisnya, dan aku takut akan mengikuti jejak mereka untuk lebih mempercayai hal mistis dibanding dengan logika. Aku sering merenung dan menilai diriku sendiri, meskipun suamiku tak menjabarkan tentang kekuranganku, aku berusaha mencari sisi lain dari diriku yang mungkin tidak disukai oleh suamiku, aku pun banyak membaca artikel tentang pernikahan, perceraian dan poligami. Aku ingin mengambil pelajaran dari kisah-kisah yang kubaca. Banyak kisah yang kubaca dan rata-rata para suami menyalahkan istri

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 20 Ketenangan hati

    Suamiku memelukku erat seakan mampu memahami perasaanku, aku terhanyut dalam tangis dipelukannya, berharap dia mampu memahami kegundahanku.“Aku mencoba melakukan yang terbaik untukmu, kamu tau aku ga sanggup menghadapi ini, tapi aku mencoba menerima ini semua untuk kamu,” ujarku sambil metapnya dengan mataku yang mulai sembab.“Tapi dia tidak lebih baik dariku, apa yang kamu lihat dari Utari sampai kamu ingin memperistrinya?” tanyaku dengan tangis yang semakin deras.Suamiku menghapus air mataku, dan berkata “Abi ga akan menikahi Utari, jangan sedih lagi ya, Abi ga sanggup lihat Umi begini terus”Mendengar ucapan nya itu malah membuat air mata ku terjun bebas mengalir lebih deras, ada rasa bahagia tapi juga tak percaya akhirnya suamiku membatalkan niatnya untuk berpoligami.“Serius??” tanya ku meminta kepastian dan kesungguhan ucapannya itu.“Ya, aku yakin karena aku baru tau kebenaranny

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 21 Pasukan pembela terdepan

    “Dhoni, mama pulang dulu ya, inget kamu jangan berbuat macem-macem dan jangan nyakitin hati istri kamu lagi,” ujar ibu mertuaku kepada suamiku.“Mama juga pulang dulu ya, awas loh Dhoni kalo kamu macem-macem kita ga akan tinggal diam,” ancam mamaku kepada suamiku.Mas Dhoni mengangguk dan mencium tangan mama dan ibu mertuaku“Mau Dhoni anter?“ tanya mas Dhoni kepada mama dan ibu mertuaku.“Anter pake apa? Motor?” sindir mama ku sambil memicingkan mata seakan akan berisyarat merendahkan mas Dhoni dan seakan berkata ‘punya motor aja bangga sok-sok an pengen punya istri dua’ “Mama sama besan mau naik angkutan umum,” ujar ibu mertuaku“Makasih ya Ma, udah nemenin beberapa hari ini,” ujarku kepada mamaku dan ibu mertuaku sambil mencium tangan mereka.Aku mengantar mama dan ibu mertuaku sampai depan rumah dan mereka naik angkutan umum yang berbeda ara

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 22 Hari-hari yang berat

    “Umi, Syafia mau makan mie goreng,” pinta Syafia membuyarkan konsentrasi ku saat sedang bekerja di depan laptop.“Syafia makan yang ada di meja makan aja ya, kan Umi sudah masak,” pintaku kepada anakku Syafia sambil melanjutkan pekerjaanku.“Tapi Syafia ga suka lauknya,” rengek Syafia dengan manja sambil menggoyang goyangkan tanganku.“Ya ampun Fia, diem dulu dong ini umi lagi kerja!!!” bentak ku kepada SyafiaSyafia cemberut dan meninggalkan ku, tak lama ku dengar suara tangisan Yusuf. Aku tinggalkan pekerjaanku dan menghampiri Yusuf, ku lihat Syafia duduk di hadapan Yusuf dan memegang mainan Yusuf sementara Yusuf menangis sambil duduk di lantai.“Syafia, kamu bikin adek nangis ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf.“Enggak!!! Yusuf jatoh karna mainan ini bukan sama aku,” ujar Syafia sambil ikut menangis.Seketika dunia terasa sempit dan pengap, pekerjaan r

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16

Bab terbaru

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 29 Pernikahan Utari

    “Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 28 Membawa kembali cinta itu

    Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 27 Membawa kembali cinta itu

    “Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 26 Sahabat yang baik

    “Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 25 Curiga

    ‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 24 Penampilan baru

    Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 23 Hari-hari yang berat

    “Saya terima nikah dan kawinnya Utari binti Somad dengan mas kawin satu unit mobil dan seperangkat alat solat dibayar TUNAI,” ucap seorang pria berpakaian jas resmi rapi berwarna hitam, Suara yang tak asing itu sepertinya suara......Tidak!!! Mas Dhoni!!!“Bagaimana para saksi sah?” tanya seorang penghulu kepada orang orang di sekeliling meja akad nikah itu“SAH,” serentak jawab orang-orang yang berada disitu.Aku berdiri mematung di depan pintu, memastikan siapa pengantin yang telah melaksanakan akad nikah itu, kulihat seorang pengantin wanita berkebaya putih panjang dan memakai kerudung duduk disebelah pengantin pria, pandanganku terhalang oleh dedaunan yang merupakan dekorasi ruangan akad nikah tersebut dan di antara penuh sesak orang yang menyaksikan.Rasa takut, gundah dan sedih menyelimuti hati karna merasa aku sangat mengenal suara itu, aku menguatkan hatiku untuk melangkah dan memastikan ini pernikahan siapa.

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 22 Hari-hari yang berat

    “Umi, Syafia mau makan mie goreng,” pinta Syafia membuyarkan konsentrasi ku saat sedang bekerja di depan laptop.“Syafia makan yang ada di meja makan aja ya, kan Umi sudah masak,” pintaku kepada anakku Syafia sambil melanjutkan pekerjaanku.“Tapi Syafia ga suka lauknya,” rengek Syafia dengan manja sambil menggoyang goyangkan tanganku.“Ya ampun Fia, diem dulu dong ini umi lagi kerja!!!” bentak ku kepada SyafiaSyafia cemberut dan meninggalkan ku, tak lama ku dengar suara tangisan Yusuf. Aku tinggalkan pekerjaanku dan menghampiri Yusuf, ku lihat Syafia duduk di hadapan Yusuf dan memegang mainan Yusuf sementara Yusuf menangis sambil duduk di lantai.“Syafia, kamu bikin adek nangis ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf.“Enggak!!! Yusuf jatoh karna mainan ini bukan sama aku,” ujar Syafia sambil ikut menangis.Seketika dunia terasa sempit dan pengap, pekerjaan r

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 21 Pasukan pembela terdepan

    “Dhoni, mama pulang dulu ya, inget kamu jangan berbuat macem-macem dan jangan nyakitin hati istri kamu lagi,” ujar ibu mertuaku kepada suamiku.“Mama juga pulang dulu ya, awas loh Dhoni kalo kamu macem-macem kita ga akan tinggal diam,” ancam mamaku kepada suamiku.Mas Dhoni mengangguk dan mencium tangan mama dan ibu mertuaku“Mau Dhoni anter?“ tanya mas Dhoni kepada mama dan ibu mertuaku.“Anter pake apa? Motor?” sindir mama ku sambil memicingkan mata seakan akan berisyarat merendahkan mas Dhoni dan seakan berkata ‘punya motor aja bangga sok-sok an pengen punya istri dua’ “Mama sama besan mau naik angkutan umum,” ujar ibu mertuaku“Makasih ya Ma, udah nemenin beberapa hari ini,” ujarku kepada mamaku dan ibu mertuaku sambil mencium tangan mereka.Aku mengantar mama dan ibu mertuaku sampai depan rumah dan mereka naik angkutan umum yang berbeda ara

DMCA.com Protection Status