BAB 2 Suami Sempurnaku
Beberapa minggu setelah kepulangan suami ku dari ibadah umroh ,tak banyak yang berbeda darinya ,hanya ibadah nya yang lebih rajin , selain solat wajib tak lupa solat sunah pun dia kerjakan, baca alquran beserta wirid dan dzikir pagi petang tak luput pula dari rutinitas kesehariannya ,sedekah dan infaq pun tak luput dari perhatiannya.
Dia sering memborong pedagang keliling yang lewat, terlebih jika pedagang nya tua renta. Suamiku juga sering memberi bonus bagi para karyawannya tanpa pandang bulu, bahkan ketika saldo di rekeningnya menipis, dia memintaku untuk mentransfer sejumlah uang untuk salah satu karyawati nya bukan berupa bonus, tapi sekedar uang jajan tambahan bagi anak sang karyawati karena dia seorang single parent. Aku bahagia....karena imamku semakin meningkat keimanan nya, aku pun malu jika tak mampu mengimbangi nya.Aku semakin rajin pergi ke kajian di mashola, tak lupa juga aku perbaki bacaan alquran ku dengan mengikuti tahsin , kelas khusus ibu ibu komplek sekitar rumah ku yang ingin memperbaiki bacaan alquran nya sesuai tajwid .Apalagi Syafia tahun depan akan aku daftarkan ke sekolah tahfidz, tentulah aku harus mempersiapkan diriku untuk bisa mendampinginya belajar dan menghafal alquran . “Abi ,besok umi ijin mau puasa sunah senin kamis ya,” kataku sambil menyuguhkan teh manis untuk suamiku.“MasyaAllah, boleh ....tapi koq mau puasa sunnah pake ijin sama aku?” jawabnya sambil menyeruput teh manis yang kusuguhkan.“Ya kan kata ustadzah, suami mu lebih berhak dari dirimu sendiri ,bahkan dalam perkara ibadah sunnah kita sebagai seorang istri sebaiknya meminta ijin kepada suami terlebih dahulu, khawatirnya suami tidak ridho atau ada keperluan dengan kita sehingga tidak memungkinkan untuk berpuasa, maka mentaati suami lebih utama ketimbang berpuasa sunnah, taat pada suami pahala nya surga,“ jawabku panjang .“MasyaAllah pinter banget istriku sekarang, besok besok kamu ngaji nya tiap hari aja ya biar makin shalihah,“ canda nya sambil tersenyum menggoda. Aku tersipu malu, seketika dia bertanya “Umi mau cepet-cepet masuk surga ga?” tanya nya dengan nada bercanda .“Ih abi, emang nya pengen umi cepet dipanggil Allah apa!” timpalku manja“Bukan begitu, tapi ada loh caranya,” jawabnya.“Apa itu ?” tanyaku penasaran.“Yakin mau tau?” Dia balik bertanya.“Ih nyebelin deh bikin penasaran aja,” aku sedikit merajuk.“gak ah, nanti kamu marah “ katanya ,membuatku semakin penasaran.Kami memang pasangan yang take it easy, serius tapi santai, banyak bercanda satu sama lain dan menyukai suasana yang hangat.Suamiku tak pandai meragkai kalimat manis nan romantis, sesekali aku yang merayu nya agar hubungan kami tak terasa hambar, 6 tahun perjalanan pernikahan kami dan belum ku temukan rintangan berarti. Kata orang di 5 tahun pertama ,pasangan suami istri akan di uji dengan harta atau tahta, atau wanita, atau ketiganya .Tidak, suamiku bukan seorang yang gila harta tahta maupun wanita, aku merasa sangat mengenalnya, aku pun berusaha menjadi istri terbaik bagi nya .Aku hampir tak pernah mengeluh tentang naik turun usaha nya, seringkali aku membantunya dengan bekerja paruh waktu yang bisa ku kerjakan dirumah sambil mengurus anak-anak dan di sela melakukan pekerjaan rumah tanggaku guna mendapat penghasilan tambahan untuk meringankan beban suamiku, saat usaha nya turun aku tak mau membebaninya dengan segala kebutuanku, namun ketika dia memberi ku lebih dari yang aku butuhkan maka aku akan menyimpannya sebaik-baiknya.Aku punya beberapa teman yang memiliki usaha, dulu sebelum menikah aku adalah seorang admin sebuah perusahaan retail. Sejak menikah dan memiliki anak aku seorang ibu rumah tangga full time, kadang aku menerima pekerjaan sambilan untuk merekap atau membuat laporan keuangan atau sekedar membuat templete dan design bagi usaha mereka, apapun itu yang penting tidak mengganggu tugas utama ku sebagai seorang istri dan ibu. Suami ku tetap ingin aku berada di rumah ,bahkan dia tidak mengijinkanku membantu pekerjaan nya dan menjalankan usaha nya, maka dari itu aku hanya bisa melakukan pekerjaan sambilan karena hanya itu yang suamiku ijinkan.Aku selalu bersyukur berapa pun yang suamiku berikan ,begitupun sebaliknya . Suamiku tak pernah mengeluh jika harus bekerja keras atau ketika hasil yang dia dapat tidak sesuai dengan keringat yang dia keluarkan. Tahta atau pangkat juga bukan sesuatu yang dia kejar, prinsipnya berapa pun rejeki yang Allah beri wajib di syukuri.Wanita ??! setauku dia belum pernah pacaran sebelum mengenalku, aku adalah wanita pertama yang dekat dengannya lalu dia ajak menikah ,dia pun hampir tak memiliki teman wanita ,sahabat nya semua nya pria ,jika pun ada wanita hanya sebatas rekan kerja atau teman biasa .Tak pernah kulihat atau ku dengar dia berboncengan berdua dengan wanita yang bukan mahrom nya kecuali aku. Dia sangat menghormati wanita dan tau betul bagaimana harus bersikap.Aaahhh....sepertinya kahidupan rumah tangga ku akan mulus dan baik baik saja.Aku dan suamiku akan belajar menjadi orangtua terbaik bagi Syafia dan Yusuf buah cinta kami. Kami akan menua bersama, mengarungi ujian hidup berdua, saling menguatkan dan mengingatkan hingga kelak dipersatukan kembali di surga.“Bahagia banget aku nikah sama kamu bi,“ ucapku lirih berbisik di telinga nya saat malam sebelum menjelang tidur ,kupandangi wajah nya yang kurasa paling tampan di dunia , kuusap rambutnya dan ku kecup keningnya, ia pun tersenyum dan berkata “aku juga bahagia dan bersyukur banget.“
Aku tersipu malu. “Kata orang, kalo kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat NYA,” ujarnya ,belum habis otak ku mencerna perkataan nya lalu dia menambahkan “Iya menambah nikmatNYA dari satu jadi dua, Allah kasih aku satu istri yang baik, aku bersyukur, bisa jadi besok Allah kasih aku istri dua,“katanya sambil tersenyum menggoda .“Ih abi apaan sih gak lucu bercanda nya,“ aku merajuk, tak suka dengan gaya bercandanya “Eh....eehh..., mana senyumnya hilang, tadi katanya bahagia koq sekarang cemberut?!” goda nya Aku membalikan badan dan membelakangi nya, tak ingin di goda dengan candaan seperti itu, aku merayu berharap pujian tapi yang kudapat candaan yang menyebalkan bagiku . Tapi aku tak bisa lama-lama marah padanya, aku menganggap itu hanya candaan untuk mencairkan suasana, aku tau dia tak bisa bersikap romantis juga tak terlalu humoris, tapi sikapnya selalu mampu membuatku tersenyum manis .Subuh pun tiba, aku terbangun ku raba sekelilingku, aku tak menemukan suamiku. Aku bergegas bangun dan mencari keberadaannya, ternyata dia sedang mencuci piring yang tak sempat kuselesaikan semalam karena lelahku .
“Abi ngapain?!” tanya ku basa-basi“Udah sana solat sebelum Yusuf bangun nanti susah solat nya kalo Yusuf bangun, abis itu bangunkan Syafia,“ perintahnya.“Abi udah solat? “ tanyaku“Udah dong, tadi mau bangunin kamu ga tega kayaknya pules banget jadi aku cuci piring dulu aja,” jawabnya“MasyaAllah makasih ya sayang,“ kataku sambil beranjak menunaikan solat subuh sebelum pagi menjelang.Hal kecil seperti inilah yang membuatku semakin mencintainya dan semakin bertambah kekagumanku pada sosok sesempurna suamiku .“Belum berangkat bi ? ini sudah jam sembilan loh, biasa nya kamu berangkat pagi jam tujuh atau jam delapan,“ Ujarku
“Iya sebentar lagi, ini lagi nunggu kabar dari temen ,mau meeting obrolin bisnis bareng,“ jawabnya“Ohya mi, temen kamu masih butuh tambahan pekerja freelance ga ? barangkali kamu juga butuh orang buat bisa bantuin kerjaan kamu, design grafis, bikin logo atau input data atau apalah,“ tanya suamiku“Mmhh....kerjaan aku sih masih bisa ku handle, tapi nanti deh aku coba tanya temen siapa tau dia butuh pekerja freelance tambahan, buat apa gitu bi ?” tanyaku penasaran“Itu ....karyawan aku Utari, dia single parent kasian dia harus menafkahi anak dan keluarga nya, belum lagi buat biaya kuliah nya dia yang belum selesai , kalo cuma mengandalkan gaji di tempat aku kasian, makanya kalo ada kerjaan freelance yang bisa dia kerjakan di luar waktu kuliah dan jam kerja nya di tempatku kamu kabarin ya,” jawab suamiku .“Oh gitu ....kalo ga salah kemarin kamu beliin Syafia bapau custom karakter itu dari Utari juga kan?” tanyaku dan di jawab anggukan oleh suamiku.“Hebat ya dia, kuliah, kerja, urus anak dan keluarga, usia berapa tahun sih dia? Seumuran ya sama aku? Suaminya meninggal apa gimana? Jadi pengen ketemu deh sama Utari,” tanya ku panjang lebar penasaran akan sosok Utari yang akhir akhir ini selalu jadi sorotan suamiku.“Kepo.....!!” jawabnya singkat sambil bergegas ke kamar mandi“Eh mau kemana?” tanya ku heran“Pengen setor dulu nih....mules,“ jawabnya sambil menutup pintu kamar mandi Mataku tertuju pada telepon genggam milik suamiku, rasanya aku ingin memeriksa isi gadget nya itu, memastikan sedekat apa hubungan suamiku dengan Utari . Aku terus menatap layar gadget nya tanpa berani membuka nya, aku menggenggam nya ditanganku dan aku berfikir, “Apa boleh membuka dan membaca isi gadget suamiku tanpa sepengetahuannya ?” Ding ....notification percakapan baru muncul di layar gadget suamiku, dari popup layar kulihat pesan dari Utari , rasa penasaranku kian membuncah .“ Bi, umi liat handphone kamu ya!!“ teriak ku dari kamar yang tak jauh dari kamar mandi.“Iya” jawab suamiku dari balik pintu kamar mandi. ‘Selamat pagi pak, mohon maaf hari ini saya tidak bisa masuk kerja karna ada keperluan mendadak, pekerjaan saya akan saya selesaikan besok, mohon pengertiannya dan terimakasih banyak .’ isi pesan Utari pagi ini , rupanya dia ijin libur mendadak, aku baca lagi pesan pesan di atas nya, tak ada yang aneh, tak ada pesan mesra baik dari suamiku maupun dari Utari, isi percakapan mereka hanya sebatas pekerjaan dan tak lebih, aaahhh....aku jadi merasa berdosa sudah menganggap yang macam-macam tentang suamiku dan Utari, mungkin aku hanya cemburu . Tiba-tiba tanpa kusadari suamiku sudah berdiri di belakangku “Lagi baca apa?” tanyanya“Eh enggak, ini Utari ijin ga bisa masuk kerja katanya,” jawabku sedikit gugup“Ooh,” tanggapnya singkat“Aku berangkat dulu ya, aku nunggu temenku di kantor aja deh,” kata suamiku sambil meraih kembali handphone nya itu.“Oke deh,” jawabku “Sore ini sepulang kerja kita ke rumah adik ku Putri ya, mama sama ayah juga mau kesana, kita kumpul!!“ ajak suamiku“Sip deh, berarti umi ga masak buat makan malam nanti ya , pulang abi kerja umi sama anak-anak pasti udah siap” kataku sambil bergelayut manja di pundak suamiku. Sore hari pun tiba, aku sudah menyiapkan anak-anak dan sudah siap untuk pergi, tinggal menunggu suamiku pulang dan menjemput kami .“Abi mana sih mi, ko belum datang juga!!! Syafia kan pengen cepet-cepet ketemu tante Putri,” Syafia merengek tidak sabar.“tunggu ya sayang, abi kan ga pernah ingkar janji, bentar lagi pasti abi pulang jemput kita,” jawabku meyakinkan Syafia“Yusuf juga udah ga sabar pengen ketemu nenek sama kakek ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf , Yusuf menjawab dengan celotehannya seakan mengiyakan perkataanku .“Tuh abi pulang....,” kata syafia berlari girang ke arah abi nya“Assalamualaikum,sudah siap yuk berangkat!!” kata suamiku“Waalaikumsalam,abi ga mau turun dan istirahat dulu?” ajak ku”Langsung aja yuk,tuh anak abi udah cantik dan ganteng gini mau naik motor ke rumh tante ya” jawab suamiku.Kami pun berangkat dengan motor , Bahagia rasanya, walaupun dalam kesederhanaan.Dalam hati aku bergumam “ Ya Allah....rasanya lebih baik hidup sederhana walaupun kekurangan harta tapi dipenuhi cinta, jangan biarkan wanita lain merusak kebahagiaan keluarga kecil kami,“ doa ku dalam hati .“Assalamualaikum tante Putri,“ Syafia turun dari motor dan langsung mengetuk pintu rumah Putri ,tantenya.
“Waalaikumsalam eh cucu kakek udah datang,” Ayah mertuaku membukakan pintu, kami pun masuk kedalam rumah. Putri dan suaminya belum dikaruniai anak di tahun kedua pernikahan mereka, sehingga mereka sangat menyayagi Syafia dan Yusuf . Ayah mertua dan ibu mertua ku pun sangat menyayangi Syafia dan Yusuf , suamiku adalah anak pertama dan Putri adalah anak bungsu, mereka hanya 2 bersaudara .“Ma, aku bingung deh sama abi nya Syafia, dia koq baik banget ya sama orang,” tanyaku pada ibu mertua ku saat kami hanya berdua di dapur dan yang lainnya bercengkrama di ruang keluarga .
“ Kamu tuh ada ada aja,masa suamimu baik kamu bingung,” jawab ibu mertua ku sambil senyum dan geleng geleng kepala“Ya bukan apa-apa ma, tapi aku takut ada wanita lain yang diam diam mencintai suamiku,” curhat ku“Loh koq kamu punya pikiran begitu? Hati-hati jangan berprasangka buruk apalagi pada suami mu,”kata ibu mertua ku menasihatiku sambil menyiapkan minuman.“Ya karna abi nya Syafia itu baik banget sama siapa aja,di kantor nya ada karyawati yang sudah tidak bersuami dan sangat diperhatikan sama abi nya Syafia,ma!” keluhku manja sambil memotong mangga untuk disajikan .Aku memang sedekat itu dengan ibu mertua ku, beliau sangat baik dan sangat menyayangiku.“Udah kamu tenang saja, suami mu itu ga akan macem-macem koq, ga akan tergoda janda atau gadis, dia kan dulu tau rasa sakit mama karena di pologami ayah,” kata ibu mertua ku meyakinkan ku.“Sekarang kita suguhkan ini dan kita nikmati bersama, wes ora mikir macem-macem lagi, percaya saja sama suami mu!” tambah ibu mertuaku Kisah pernikahan orangtua ku dan orangtua suami ku hampir sama, sama-sama pernah di poligami suami mereka, namun beda nya ibu ku memilih berpisah dengan ayahku dan memilih untuk menikah dengan lelaki lain yang tak beristri ketimbang di poligami, dan ibu mertuaku memilih bertahan dalam pernikahan poligami nya yang aku pun tau tak mudah untuk dijalani.Malam itu cuaca nya sangat bagus, udara nya sejuk, bulan bersinar terang dengan hiasan bintang yang bertaburan bagai mutiara yang berkilau. Malam yang indah untuk dinikmati berdua bersama suami, setelah Syafia dan Yusuf tidur aku mengajak suamiku untuk duduk di teras menikmati keindahan malam ini.Ku suguhkan sepiring singkong kukus kesukaan nya tak lupa juga secangkir kopi untuk kami nikmati bersama, yaa... aku lebih suka menyeruput kopi dari cangkir suamiku, selain ingin terkesan romantis juga karna sebetulnya aku tak begitu kuat menikmati kopi, minum sedikit saja auto begadang 2-3 jam, tidurku akan jadi lebih larut.“ Sayang, ini secangkir kopi dan sepiring singkong kukus panas special buat suamiku tercinta,“ rayu ku sambil menyuguhkan nya di meja kecil teras kami, kami duduk berdampingan di kursi bambu panjang yang menghadap ke halaman kecil di depan teras rumah kami.“Makasih sayang, masyaAllah mantap bener ngopi di temenin singkong
“Abi udah jam segini koq ga ke kantor?Abi ga kerja ya? Hari ini abi libur ya?”tanya Syafia kepada abi nya.“Iya sayang, hari ini abi pengen libur,” jawab suamiku“Yeay....jalan jalan yuk bi” ajak Syafia“Nggak ah, abi pengen di rumah aja sama umi,” jawab suamiku sambil melirik ke arah ku seakan jwaban yang sesungguhnya adalah ‘abi ingin memantau umi agar tak pergi dari rumah ini’“Ya udah deh tapi main sama Fia dan Yusuf ya bi,“ ajak Syafia lagi“Oke deh,” suamiku mengiyakan keinginan anaknya itu.Beberapa hari berlalu sejak kejadian malam itu, menyisakan jarak yang cukup lebar antara aku dan suamiku. Aku kini tak seceria dulu, senyum itu masih enggan singgah di wajahku, yang ada hanyalah senyum keterpaksaan didepan anak-anakku. Aku masih menjalankan tugas rumah tanggaku dengan baik dan masih melayani hasrat bercinta suamiku, meski kini aku tak menikmatinya seperti dul
“Menurut kamu gimana Mi?” tanya suamiku dengan polos.“Kenapa sih Bi?” aku bertanya balik, hanya satu kata itu yang mampu ku lontarkan.....kenapa??! Ribuan tanya lainnya berebut untuk keluar dari kepala ku tapi tak mampu keluar dari bibirku yang kelu dan mulai kaku karena rembesan air mata yang sengaja ku tampung.“Aku tuh cuma ingin melindungi dan menjaga kehormatannya, bukankah poligami itu sunah?!” Ungkapnya.“Sejak kapan Kamu mulai menyukainya dan berniat menikahinya? Apa saja yang sudah kamu perbuat dan kamu rencanakan dibelakangku? Apa yang membuatmu tertarik dengannya dan melupakan aku?” Satu persatu pertanyaan itu keluar seiring dengan tangisan yang mulai deras.Suamiku hanya duduk terdiam mendengar semua tanya yang bertubi-tubi menyerangnya.Aku kecewa dengan sikap diam nya, aku berfikir jauh dan menarik kesimpulan sendiri, aku berfikir bahwa mereka telah lama menjalin komunikasi yang intens
Setelah kunjungan Ibu mertua dan Putri kemarin, suamiku menjadi lebih pendiam. Sebelumnya dia memang pendiam, tapi kali ini dia sungguh lebih diam.Apakah dia merasa bersalah? Apakah dia menyadari keinginannya untuk menikahi Utari sangat menyakiti hatiku? Apakah kini dia tak akan memaksaku untuk merestui niat nya berpoligami?Aku memutuskan untuk berusaha bangkit dan melupakan pertengkaran kami kemarin, aku berusaha kembali menjadi seperti sebelumnya, menjadi istri yang melayani segala keperluan suamiku, menjadi ibu yang merawat kedua anak-anakku dan mengurus rumah demi Syafia dan Yusuf.Suamiku mulai berangkat bekerja lagi, tapi dia tak menyentuh sedikitpun kopi dan sarapan yang telah kusediakan.“Bi, kopinya ga diminum?” tanyaku“Nanti aja,” jawabnya singkat sambil melangkah menuju pintu. Aku mengejarnya untuk meraih tangannya dan ku cium.Biasanya sebelum pergi bekerja, Aku mengantar suamiku ke depan pintu, mencium
Sudah hampir seminggu, hubunganku dengan suamiku belum kembali seperti semula, aku yang kini berusaha menghangatkan kembali hubungan kami namun dia nampak masih acuh tak acuh padaku.Aku mulai tak tahan, biarlah kini aku yang mengalah dan bersimpuh meminta maaf padanya, mungkin beberapa waktu lalu aku bersikap berlebihan dan menyakiti hatinya, dan jika bukan demi Syafia dan Yusuf mungkin aku pun akan tetap bertahan dengan keangkuhan dan egoku, tapi tadak.....aku tak ingin anak-anakku menjadi korban dalam perselisihan ini. Ikatan antara ibu dan anak benar adanya, beberapa hari terakhir ini si kecil Yusuf menjadi lebih rewel, sering menangis tanpa sebab dan tampak gelisah, begitu pun Syafia dia tampak agak murung tak seriang biasanya. Aku ingin kembali menghadirkan senyuman dan canda tawa dirumah ini, menjemput kembali sakinnah mawaddah warrahmah dalam kehidupan rumah tanggaku seperti sebelumnya. Ku coba melawan ego dan legowo untuk meminta maaf pada suamiku.“Yang
Bab 8 Penerimaan “Baik, tapi ijinkan aku mencari tau yang sebenar-benarnya dan seperti apa sosok Utari,” pintaku “Memang itu yang aku harapkan, aku tidak berselingkuh di belakangmu, aku tidak pernah berdua-dua an seperti yang kamu fikirkan, aku ingin kamu yang mencari tau tentang Utari dan mencoba membuka wawasan tentang poligami. Jangan berfikiran sempit, bukankah dalam surat an nisa ayat 3 dijelaskan bahwa...dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat,” ujar suamiku mengutip sebagian terjemahan surat an nisa ayat 3 “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, jangan lupa sambungan ayat lengkap nya!!!” seru ku tak mau kalah. “In shaa Allah aku akan berlaku adil,” ujar suami ku dengan rasa penuh percaya diri. “Apa sih alasan
“Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” sapa ustadzah kepada ibu-ibu yang hadir pengajian rutin mingguan di komplek perumahan tempat tinggal ku.“Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarokatu,” jawab ibu-ibu komplek yang hadir, sekitar 15 orang termasuk aku yang duduk di pojok mushola sambil menggendong Yusuf dipangkuanku.Seperti biasa, sambil menunggu Syafia pulang sekolah Taman kanak-kanak, aku membawa Yusuf ke pengajian rutin di mushola komplek rumah kami, lokasi nya tidak jauh dari TK Syafia. Dari hari senin sampai jumat selalu ada ustadzah yang bergantian mengisi acara pengajian rutin tersebut, tema nya pun berbeda setiap hari, mulai dari parenting, rumah tangga ala nabi, fiqih wanita, tahsin atau memperbaiki bacaan alquran dah tadarus alquran. Biasa nya 2 atau tiga kali dalam sepekan aku menyempatkan menghadiri pengajian rutin tersebut, selain ingin memperbaiki bacaan alquran, mempelajari ilmu agama, bersilaturahim dengan tetangga juga
Setelah bu ustadzah Hilya pulang, kata-kata nya seakan tak ikut bersamanya, kata-katanya terngiang di telingaku dan menyadarkan kesalahanku. Terlebih ketika beliau bercerita tentang kisah nabi Muhammad SAW yang sempat mengharamkan madu untuk beliau minum, kala itu beliau meminum madu dari rumah Zainab salah satu isterinya lalu menceritakan betapa nikmat nya madu tersebut kepada Aisyah, Rasulullah juga menceritakan betapa lezat madu tersebut saat bersama Hafsoh, istreri nya yang lain, lalu karena beliau berulang kali mengulang dan memuji madu yang di hidangkan Zainab maka ketika Rasulullah kembali dari rumah Zainab, Aisyah sang isteri pun menyinggung soal madu, begitupun Hafsoh yang bertanya ‘bagaimana madu nya Zainab?’ Rasulullah menyadari bahwa kedua isterinya cemburu maka beliau berkata tidak akan meminum madu lagi, kemudian turunlah firmam Allah surat at tahrim ayat 1يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَ
“Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b
Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp
“Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su
“Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah
‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s
Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji
“Saya terima nikah dan kawinnya Utari binti Somad dengan mas kawin satu unit mobil dan seperangkat alat solat dibayar TUNAI,” ucap seorang pria berpakaian jas resmi rapi berwarna hitam, Suara yang tak asing itu sepertinya suara......Tidak!!! Mas Dhoni!!!“Bagaimana para saksi sah?” tanya seorang penghulu kepada orang orang di sekeliling meja akad nikah itu“SAH,” serentak jawab orang-orang yang berada disitu.Aku berdiri mematung di depan pintu, memastikan siapa pengantin yang telah melaksanakan akad nikah itu, kulihat seorang pengantin wanita berkebaya putih panjang dan memakai kerudung duduk disebelah pengantin pria, pandanganku terhalang oleh dedaunan yang merupakan dekorasi ruangan akad nikah tersebut dan di antara penuh sesak orang yang menyaksikan.Rasa takut, gundah dan sedih menyelimuti hati karna merasa aku sangat mengenal suara itu, aku menguatkan hatiku untuk melangkah dan memastikan ini pernikahan siapa.
“Umi, Syafia mau makan mie goreng,” pinta Syafia membuyarkan konsentrasi ku saat sedang bekerja di depan laptop.“Syafia makan yang ada di meja makan aja ya, kan Umi sudah masak,” pintaku kepada anakku Syafia sambil melanjutkan pekerjaanku.“Tapi Syafia ga suka lauknya,” rengek Syafia dengan manja sambil menggoyang goyangkan tanganku.“Ya ampun Fia, diem dulu dong ini umi lagi kerja!!!” bentak ku kepada SyafiaSyafia cemberut dan meninggalkan ku, tak lama ku dengar suara tangisan Yusuf. Aku tinggalkan pekerjaanku dan menghampiri Yusuf, ku lihat Syafia duduk di hadapan Yusuf dan memegang mainan Yusuf sementara Yusuf menangis sambil duduk di lantai.“Syafia, kamu bikin adek nangis ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf.“Enggak!!! Yusuf jatoh karna mainan ini bukan sama aku,” ujar Syafia sambil ikut menangis.Seketika dunia terasa sempit dan pengap, pekerjaan r
“Dhoni, mama pulang dulu ya, inget kamu jangan berbuat macem-macem dan jangan nyakitin hati istri kamu lagi,” ujar ibu mertuaku kepada suamiku.“Mama juga pulang dulu ya, awas loh Dhoni kalo kamu macem-macem kita ga akan tinggal diam,” ancam mamaku kepada suamiku.Mas Dhoni mengangguk dan mencium tangan mama dan ibu mertuaku“Mau Dhoni anter?“ tanya mas Dhoni kepada mama dan ibu mertuaku.“Anter pake apa? Motor?” sindir mama ku sambil memicingkan mata seakan akan berisyarat merendahkan mas Dhoni dan seakan berkata ‘punya motor aja bangga sok-sok an pengen punya istri dua’ “Mama sama besan mau naik angkutan umum,” ujar ibu mertuaku“Makasih ya Ma, udah nemenin beberapa hari ini,” ujarku kepada mamaku dan ibu mertuaku sambil mencium tangan mereka.Aku mengantar mama dan ibu mertuaku sampai depan rumah dan mereka naik angkutan umum yang berbeda ara