Share

Bab 7 Penerimaan

Author: fitrik13
last update Last Updated: 2021-09-12 09:59:35

Sudah hampir seminggu, hubunganku dengan suamiku belum kembali seperti semula, aku yang kini berusaha menghangatkan kembali hubungan kami namun dia nampak masih acuh tak acuh padaku.

Aku mulai tak tahan, biarlah kini aku yang mengalah dan bersimpuh meminta maaf padanya, mungkin beberapa waktu lalu aku bersikap berlebihan dan menyakiti hatinya, dan jika bukan demi Syafia dan Yusuf mungkin aku pun akan tetap bertahan dengan keangkuhan dan egoku, tapi tadak.....aku tak ingin anak-anakku menjadi korban dalam perselisihan ini. Ikatan antara ibu dan anak benar adanya, beberapa hari terakhir ini si kecil Yusuf menjadi lebih rewel, sering menangis tanpa sebab dan tampak gelisah, begitu pun Syafia dia tampak agak murung tak seriang biasanya. Aku ingin kembali menghadirkan senyuman dan canda tawa dirumah ini, menjemput kembali sakinnah mawaddah warrahmah dalam kehidupan rumah tanggaku seperti sebelumnya. Ku coba melawan ego dan legowo untuk meminta maaf pada suamiku.

“Yang....maafin aku ya kalau kemarin-kemarin reaksiku berlebihan atau ada sikap dan perkataanku yang menyakiti hatimu,” aku merajuk sambil mencoba mendekati suamiku yang kurasa mulai menghindariku, ku coba untuk meraih tangannya dan menciumnya lalu menatap wajahnya,

“Hmmmm....,” jawabnya singkat dengan nada malas sambil memalingkan wajah nya dan menghindari tatapanku.

“Tolong jangan bersikap seperti ini sama aku, Aku sedang mencoba untuk melupakan semuanya dan mempertahankan rumah tangga kita,” ujarku dengan nada sedikit tegas, jujur aku masih diselimuti rasa kecewa terlebih dengan sikapnya belakangan ini yang seakan ingin menghukumku dengan sikap acuh nya.

Suamiku menoleh ke arahku dengan tatapan tajam, ada rasa kesal dan benci disana, tatapan yang belum pernah kulihat sebelumnya, tatapannya kali ini membuatku takut dan sedih, kemana kah gerangan suami sempurnaku yang mencintaiku? Yang selama ini hanya menatapku dengan lembut dan penuh cinta.

“Kenapa kamu bersikap seperti ini?aku sungguh ga mengerti,” kataku dengan suara gemetar menahan rasa sedih, takut dan kecewa.

Dia masih terdiam.

“Aku minta maaf, aku ingin kita kembali seperti dulu, jangan bersikap dingin seperti ini padaku,” pinta ku sambil bersimpuh dikaki nya, lututku mulai terasa lemas, tak ada kekuatan yang mampu menopangku, aku merasa seperti berada di ujung jurang dan di terpa angin yang sangat kencang sendirian.

Dia meraih tanganku yang mulai berlutut di hadapannya dan mencoba membuatku tegak berdiri dan membuatku duduk di tepi kasur.

“Aku minta baik-baik sama kamu, tapi kamu membuatku seolah-olah menjadi penjahat sampai mama dan Putri berada dipihakmu dan menasehatiku seolah aku sudah berbuat serong dibelakangmu,” ungkap suamiku.

“Bukankah itu benar? Bukankah kamu menjalin hubungan dengan Utari di kantor tanpa sepengetahuanku dan lalu tanpa berdosa memintaku merestui kalian menikah?” tanya ku dengan nada menahan emosi, aku tak ingin membangunkan Syafia dan Yusuf yang sedang tertidur pulas di larutnya malam ini meski mereka tidur dikamar sebelah.

Suamiku menggelengkan kepala dan tersenyum sinis.

“Jadi kamu menganggap aku punya hubungan dengan Utari? Hubungan kami hanya sebatas rekan kerja” jelasnya padaku.

“Mana mungkin rekan kerja tapi tiba-tiba ingin menikah? Pasti kalian sering berkomunikasi intens kan di kantor?” tanyaku tanpa ragu, aku tak ingin lagi mencoba menerka-nerka jawaban dari setiap pertanyaan yang muncul dibenakku.

“Gak kaya gitu Mi, Utari bahkan hanya sesekali berada di kantor karena dia pekerja freelance, kami jarang bertemu tidak seperti apa yang kamu bayangkan,” ungkap nya

“Lantas bagaimana dia bersedia jadi istri keduamu?” tanyaku lagi.

“Dia belum mau jika tanpa restu mu Mi,” tegas suamiku

“Ya, bagaimana kalian membicarakan ini? Kalian pasti sering bertemu atau mungkin via telepon atau pesan singkat kan?!” tebakku

“Tidak, ada seseorang yang memberitahuku bahwa Utari sedang mencari pendamping hidup, lalu aku berfikir untuk menikahinya karena aku ingin menjaga kehormatannya, aku iba pada kehidupannya yang berat lalu aku minta seseorang itu untuk menyampaikan niatku pada Utari,” ungkap suamiku panjang lebar.

“Oh ternyata ada Mak comblang di kantor kamu? Siapa orangnya?” tanyaku penasaran

“Kamu ga perlu tau, ini bukan salah dia, aku pun tak melakukan dosa disini, aku tidak menjalin hubungan seperti yang kamu tuduhkan dan aku tak pernah berdua-duaan atau telepon dan berkirim pesan mesra,” jelas nya.

“Mana handpone mu biar aku periksa,” pintaku

“Untuk apa?” tanya suamiku

“Untuk meyakinkan aku,” jawabku tegas sambil mencari keberadaan handphone nya dan ketika ku temukan langsung aku cek satu persatu pesan bahkan chat group.

Memang aku tak menemukan hal aneh seperti chat mesra dan yang lainnya, ataukah suamiku sudah menghapusnya? Aaaahhh.....sungguh aku tak tau kebenarannya.

“Coba sekarang tenangkan dirimu dan mulai berfikir jernih, sampai kapan kita akan berselisih seperti ini?” tanya suamiku dengan nada lembut

Aku menghela nafas, mencoba mengontrol emosi ku.

Aku mencoba untuk tenang, niatku membuka pembicaraan malam ini adalah untuk berdamai, bukan untuk memperpanjang dan memperburuk keadaan.

“Lalu sekarang apa?” tanyaku pada suamiku dengan mata memelas berharap dia akan merangkulku dan kami saling bermaafan lalu melupakan masalah ini dan melangkah maju mewujudkan mimpi menua berdua bersama selamanya itu.

“Sekarang aku minta kamu berfikir jernih, jangan cemburu buta, coba buka hatimu dan coba mengenal Utari, siapa tau kau pun tersentuh dan rela menjadikannya sebagai madu mu,” ungkap suamiku polos.

Apa?????setelah semua ini dia masih berusaha untuk mendapat ijin dan restuku??! Ku fikir suamiku sudah merelakan dan melupakan niatnya berpoligami, tapi ternyata tidak.

Ini tak akan berhasil, fikirku.

Jika aku hanya bertanya pada suamiku, aku tak akan menemukan jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang selalu mengganggu ku.

Aku harus bertemu mak comblang itu dan menanyakan sedetail-detailnya tentang kejadian ini. Atau aku harus mencari tahu secara langsung tentang hal ini, tentang kedekatan suamiku dengan Utari, ataukah aku harus bertemu dengan Utari dan menanyakannya secara langsung???Aku tak yakin kalau aku sanggup.

Related chapters

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 8 Penerimaan

    Bab 8 Penerimaan “Baik, tapi ijinkan aku mencari tau yang sebenar-benarnya dan seperti apa sosok Utari,” pintaku “Memang itu yang aku harapkan, aku tidak berselingkuh di belakangmu, aku tidak pernah berdua-dua an seperti yang kamu fikirkan, aku ingin kamu yang mencari tau tentang Utari dan mencoba membuka wawasan tentang poligami. Jangan berfikiran sempit, bukankah dalam surat an nisa ayat 3 dijelaskan bahwa...dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat,” ujar suamiku mengutip sebagian terjemahan surat an nisa ayat 3 “Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, jangan lupa sambungan ayat lengkap nya!!!” seru ku tak mau kalah. “In shaa Allah aku akan berlaku adil,” ujar suami ku dengan rasa penuh percaya diri. “Apa sih alasan

    Last Updated : 2021-09-13
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 9 Investigasi

    “Assalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” sapa ustadzah kepada ibu-ibu yang hadir pengajian rutin mingguan di komplek perumahan tempat tinggal ku.“Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarokatu,” jawab ibu-ibu komplek yang hadir, sekitar 15 orang termasuk aku yang duduk di pojok mushola sambil menggendong Yusuf dipangkuanku.Seperti biasa, sambil menunggu Syafia pulang sekolah Taman kanak-kanak, aku membawa Yusuf ke pengajian rutin di mushola komplek rumah kami, lokasi nya tidak jauh dari TK Syafia. Dari hari senin sampai jumat selalu ada ustadzah yang bergantian mengisi acara pengajian rutin tersebut, tema nya pun berbeda setiap hari, mulai dari parenting, rumah tangga ala nabi, fiqih wanita, tahsin atau memperbaiki bacaan alquran dah tadarus alquran. Biasa nya 2 atau tiga kali dalam sepekan aku menyempatkan menghadiri pengajian rutin tersebut, selain ingin memperbaiki bacaan alquran, mempelajari ilmu agama, bersilaturahim dengan tetangga juga

    Last Updated : 2021-09-18
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 10 Investigasi

    Setelah bu ustadzah Hilya pulang, kata-kata nya seakan tak ikut bersamanya, kata-katanya terngiang di telingaku dan menyadarkan kesalahanku. Terlebih ketika beliau bercerita tentang kisah nabi Muhammad SAW yang sempat mengharamkan madu untuk beliau minum, kala itu beliau meminum madu dari rumah Zainab salah satu isterinya lalu menceritakan betapa nikmat nya madu tersebut kepada Aisyah, Rasulullah juga menceritakan betapa lezat madu tersebut saat bersama Hafsoh, istreri nya yang lain, lalu karena beliau berulang kali mengulang dan memuji madu yang di hidangkan Zainab maka ketika Rasulullah kembali dari rumah Zainab, Aisyah sang isteri pun menyinggung soal madu, begitupun Hafsoh yang bertanya ‘bagaimana madu nya Zainab?’ Rasulullah menyadari bahwa kedua isterinya cemburu maka beliau berkata tidak akan meminum madu lagi, kemudian turunlah firmam Allah surat at tahrim ayat 1يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَ

    Last Updated : 2021-09-19
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 11 Fakta

    “Sebelumnya saya minta maaf Bu, jadi beberapa waktu lalu saya minta tolong Bapak untuk barangkali punya kenalan bujang atau duda yang sedang mencari pasangan, seperti yang Ibu ketahui bahwa Utari anak saya itu janda, saya ingin dia cepet nikah lagi Bu, saya sedih melihat Utari di usia muda nya ini harus jadi single parent untuk anaknya,” ujar bu Jelita dengan mata berkaca“Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak bermagsud menjodohkan Utari dengan bapak, saya hanya meminta bantuan bapak untuk mencarikan jodoh buat putri saya Utari,” sambung bu Jelita kini dengan nada gemetar dan sedikit takut. Mungkin bu Jelita berfikir aku akan marah atau kedatanganku untuk memaki anaknya.Tak lama datang seorang bapak paruh baya masuk ke dalam rumah sambil bergegas dan mengucap salam, ia tampak bingung dan terengah-engah karena berjalan separuh berlari. Bapak itu kemudian duduk di samping bu Jelita.“Ada apa ya Bu?” tanya bapak itu kepada bu

    Last Updated : 2021-09-25
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 12 Fakta

    Air mata mulai mengalir di pipiku, aku tak lagi malu untuk menyembunyikan perasaanku, bu Jelita menyodorkan segelas air putih kepadaku.“Ini bu diminum dulu airnya,” ucap bu Jelita“Terimakasih bu,” jawabku sambil menegak air putih di gelas itu dan menyeka air mataku.“Maaf Pak, Bu, saya sebenarnya sangat terkejut dengan permintaan suami saya ini, saya kesini pun atas ijin suami saya untuk mengenal keluarga Utari sebelum mungkin melamar Utari secara resmi, jujur hati saya masih merasa berat melakukan ini,” ucapku sambil menahan rasa sedihku.“Mohon maaf bu kalau boleh tau, kira-kira kapan bapak mau melamar Utari secara resmi?” tanya pak Somad kepadaku.“Karena sebenarnya ada seorang lelaki teman nya Utari, akhir-akhir ini sering datang antar jemput Utari dan kadang tanpa sepengetahuan kami mereka sering bertemu diluar, saya tidak enak sama tetangga khawatir jadi fitnah, makadari itu saya berhara

    Last Updated : 2021-09-26
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 13 Cinta yang berubah jadi benci

    Benar kata orang yang bilang ‘Cintailah kekasihmu sekedarnya saja karena bisa jadi suatu saat dia akan menjadi musuhmu dan bencilah musuhmu sekedarnya saja bisa jadi suatu saat dia akan menjadi kekasihmu’ Mungkin aku terlalu mencintai suamiku, menganggapnya malaikat yang dikirim Tuhan hanya untukku, membahagiakan aku di dunia ini dan suatu saat bersama lagi di surga, suami sempurna tanpa cela yang ternyata kini menorehkan luka yang teramat dalam. Sepanjang jalan pulang dalam kereta, tak terasa aku menitikan air mata, teringat masa dimana dulu sebelum aku memutuskan untuk menikahi suamiku, bahkan lebih jauh lagi, aku teringat pada masa remajaku dimana saat itu orangtua ku terus bertengkar tiada henti dan akhirnya memutuskan untuk berpisah, mereka sempat bertanya aku akan ikut siapa, sempat terombang-ambing sekian waktu ikut mama dan lalu tinggal bersama ayah dan ibu sambung hingga akhirnya aku putuskan untuk tinggal sendiri di sebuah kost kecil dengan alasan dekat dengan

    Last Updated : 2021-10-02
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 14 Dukungan mertuaku

    “Bi, hari ini aku kerumah Utari,” kataku sambil menyuguhkan secangkir kopi untuk suamiku yang baru saja pulang dari kantor.“Hah? masa? Ngapain kamu kesana?” tanya suamiku dengan nada terheran-heran“Kan kamu yang mengijinkan aku untuk mencari informasi tentang Utari, informasi paling akurat dari mana lagi kalo bukan dari orangtua nya,” ujar ku dengan wajah datar.“Terus disana kamu ngomong apa?sama siapa kesananya?” tanya suamiku mulai penasaran.“Sendiri, aku labrak dia,” jawabku berbohong.“Ah yang bener, aku aja belum pernah ke rumahnya, kamu kan ga tau jalan suka lupa gitu apalagi ketempat baru sendiri kayaknya ga mungkin deh,” ujar suamiku sambil tersenyum lepas, sepertinya dia belum percaya bahwa aku benar-benar dari rumah Utari.“Nih rekaman suara nya.” ucapku sambil menyodorkan handpone dan menekan tombol play pada rekaman suara antara aku, bu Jelita

    Last Updated : 2021-10-03
  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 15 Sisi lain Utari

    Pagi ini suasana rumah sangat ramai namun sepi, ramai karena ibu dan ayah mertua ku juga Putri menginap disini, sepi karena tak ada kehangatan maupun canda tawa, semuanya lebih banyak diam pagi ini.“Ma,Ayah,Putri yuk sarapan dulu udah aku siapkan di meja, aku panggil Abi nya Syafia dulu ya,” ajak ku kepada ibu dan ayah mertuaku juga Putri.“Sini Yusuf nya Put, kamu sarapan aja dulu biar Mbak mandiin Yusuf,” ucapku sambil menggendong Yusuf dari pangkuan Putri. Aku menuju kamar tidur utama hendak memanggil suamiku untuk sarapan bersama.“Bi, aku udah siapkan semua keperluan kamu buat ke kantor, mama ayah dan Putri sudah nunggu kamu di meja makan untuk sarapan, kamu sarapan aja duluan aku mau mandiin Yusuf, tolong pastikan Syafia juga menghabiskan sarapannya karna dia harus sekolah,” kataku kepada suamiku.Dia hanya diam dan mengangguk mengiyakan sambil berpakaian rapi bersiap pergi ke kantor.Sementara mereka sara

    Last Updated : 2021-10-04

Latest chapter

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 29 Pernikahan Utari

    “Hari ini jalan keluar yuk sama anak-anak,” ajak ku kepada suamiku“Ga bisa, Abi mau ada urusan,” jawab suamiku.“Abi mau kemana? Fia ikut, Fia bosen dirumah terus,” rengek Syafia kepada abi nya.“Abi sampe sore loh Fia,” kata suamiku“Gak apa-apa Fia ikut abi aja ya,” pinta Syafia dengan manja.“Ya udah, pake baju yang rapi ya,” kata suamiku.“Umi sama Yusuf ikut?” tanya ku pada suamiku.“Ga usah ya, dirumah aja!!” seru suamiku.Aku memakaikan Syafia baju casual, kaos panjang, celana panjang dan kerudung bahan kaos karena ku fikir suamiku akan membawa Syafia ke kantor atau rumah temannya di hari sabtu ini.“Jangan pake baju itu Mi, yang rapihan dikit, serasiin sama Batik Abi,” pinta suamiku kepadaku.“Rapi banget pake batik kaya mau kondangan,” ejek ku sambil mengganti baju Syafia dengan gamis b

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 28 Membawa kembali cinta itu

    Waktu menunjukan pukul 15.30 WIB, aku sudah selesai menyiapkan segala sesuatu untuk pergi berkencan sore ini dengan suamiku. Aku memakai gaun abaya hitam yang suamiku belikan saat dia Umroh dulu, lengkap dengan pasmina panjang menjuntai warna hitam juga. Aku yakin suamiku akan menyukainya karena dia sangat menyukai warna hitam dan perempuan yang berwajah Timur Tengah, sehingga gaya make up ku pun meniru perempuan ala Timur Tengah, dengan alis hitam lebat, celak mata yang tajam dan hitam, eyeliner di kelopak mata untuk mempertegas riasan mata, mascara hitam agar bulu mataku nampak lentik, lipstik berwarna softpink, aku tak memakai foundation dan bedak berlebihan, apalagi eyeshadow atau brush di pipi, terakhir kali aku memakai riasan itu malah suamiku tak menyukainya. Satu hal lagi, aku melengkapi penampilanku ini dengan cadar hitam agar aku terlihat sangat mirip dengan wanita Arab.Aku pun berangkat dengan ojek online dan sampai pada pukul 15.45WIB.‘Umi udah samp

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 27 Membawa kembali cinta itu

    “Bi, jalan-jalan berdua aja yuk,” ajakku kepada suamiku saat kami sedang bersiap tidur.“Kemana?” tanyanya singkat.“Kemana aja gitu, ke pantai boleh ke gunung boleh ke hotel boleh restoran juga ayo yang penting berdua aja,” jawabku sambil menatapnya.“Anak-anak gimana?” tanya suamiku seakan tak ingin mengabulkan permintaanku.“Ya semenara titip mama dulu, umi tuh pengen menghabiskan waktu berdua aja dulu sama abi biar bener-bener melupakan masalah kemarin, emang abi ga ngerasa ya kalo umi masih sakit hati?” tanyaku dengan nada sedikit emosi.“Sakit hati kenapa?” tanya suamiku dengan wajah polos seakan tanpa dosa.“Utari,” jawabku singkat sambil menatapnya tajam.“Ya ampun masih kepikiran aja, kamu sendiri yang rugi kalo masih ngerasa sakit hati,” ujar suamiku sambil memejamkan mata.Aku tak ingin memulai pertengkaran, namun sikap su

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 26 Sahabat yang baik

    “Alhamdulillah kajian pagi ini telah selesai, mari kita tutup dengan membaca istigfar dan doa majelis, Astagfirullahaladziim subhanaka Allahuma wabihamdika Ashadu alla illaha illa anta astagfiruka waatubu ilaih, mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan, wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatu,” Doa bu ustadzah Hilya menutup kajian pagi ini.Seperti biasa setelah kajian usai dan sambil menunggu Syafia pulang sekolah, aku menyempatkan diri untuk menyapa dan berbincang dengan guru sekaligus sahabatku......bu ustadzah Hilya.“MasyaAllah kajian hari ini ngena banget di hati saya bu, tapi bu rasanya koq sulit sekali ya untuk ikhlas dalam menerima ujian dalam hidup ini?” tanyaku kepada bu ustadzah Hilya.“Bukan sulit, tapi memang ga mudah dan proses belajar ikhlas itu butuh waktu seumur hidup,” jawab bu ustadzah Hilya yang selalu bisa menenangkan hatiku.Aku mengangguk dan mencoba memah

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 25 Curiga

    ‘Yang, udah makan siang? Aku ke kantor ya sekarang’ isi pesan singkat yang siang ini ku kirim kepada suamiku. Dia sudah membaca pesanku tapi belum juga membalasnya, aku menunggu sambil mengecek lokasi keberadaannya, dia di kantor.Setelah sepuluh menit suamiku baru membalas pesanku,‘Jangan ke kantor sekarang ya, dirumah aja!’ seru suamiku dalam isi pesan singkatnya.Andai aku bisa meretas cctv di kantor nya atau memasang penyadap suara di meja kerja nya mungkin aku tak akan gelisah atas asumsi ku, mengira-ngira apa yang sedang suamiku lakukan? Bersama siapa?Tak lama kemudian aku kembali mengecek lokasi real time keberadaan suamiku via aplikasi yang sudah aku interegasikan antara handphone ku dan handphone miliknya, aku lihat sebuah pergerakan, dari kantor nya ke arah atas, entah menuju kemana.Aku terus memantau posisi suamiku, aku selalu merefresh aplikasi nya agar mendapat penyegaran dan info akurat mengenai keberadaan s

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 24 Penampilan baru

    Aku mulai melupakan rasa sakit hati dan kecewa pada suamiku tentang niat nya yang sempat ingin menikahi Utari, Utari kini tak lagi bekerja di kantor suamiku, begitu pun ayahnya, no handphone Utari pun sudah ku blokir dari handphone suamiku agar mereka tak lagi bisa berkomunikasi, satu hal yang kini rutin kulakukan adalah berkunjung ke kantor suamiku sepekan sekali, kadang tiap 3 hari aku selalu beralasan ingin mengantar makan siang, sekedar berjalan-jalan dan mampir atau berbagai alasan lainnya aku pastikan di kantor dia tak bisa berbuat macam-macam.Karena semakin sering aku berkunjung ke kantor suamiku, maka aku pun sering mendengar gosip-gosip dari para karyawan, beberapa kali aku mendengar diantara mereka menjadikan aku dan suamiku bahan obrolan mereka, mereka seakan menerka-nerka kisah rumah tangga ku dan berhenti berbicara ketika mereka menyadari keberadaanku. Aku tak ingin membuat keributan dengan mempertanyakan itu semua secara langsung kepada mereka karena aku tau ji

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 23 Hari-hari yang berat

    “Saya terima nikah dan kawinnya Utari binti Somad dengan mas kawin satu unit mobil dan seperangkat alat solat dibayar TUNAI,” ucap seorang pria berpakaian jas resmi rapi berwarna hitam, Suara yang tak asing itu sepertinya suara......Tidak!!! Mas Dhoni!!!“Bagaimana para saksi sah?” tanya seorang penghulu kepada orang orang di sekeliling meja akad nikah itu“SAH,” serentak jawab orang-orang yang berada disitu.Aku berdiri mematung di depan pintu, memastikan siapa pengantin yang telah melaksanakan akad nikah itu, kulihat seorang pengantin wanita berkebaya putih panjang dan memakai kerudung duduk disebelah pengantin pria, pandanganku terhalang oleh dedaunan yang merupakan dekorasi ruangan akad nikah tersebut dan di antara penuh sesak orang yang menyaksikan.Rasa takut, gundah dan sedih menyelimuti hati karna merasa aku sangat mengenal suara itu, aku menguatkan hatiku untuk melangkah dan memastikan ini pernikahan siapa.

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 22 Hari-hari yang berat

    “Umi, Syafia mau makan mie goreng,” pinta Syafia membuyarkan konsentrasi ku saat sedang bekerja di depan laptop.“Syafia makan yang ada di meja makan aja ya, kan Umi sudah masak,” pintaku kepada anakku Syafia sambil melanjutkan pekerjaanku.“Tapi Syafia ga suka lauknya,” rengek Syafia dengan manja sambil menggoyang goyangkan tanganku.“Ya ampun Fia, diem dulu dong ini umi lagi kerja!!!” bentak ku kepada SyafiaSyafia cemberut dan meninggalkan ku, tak lama ku dengar suara tangisan Yusuf. Aku tinggalkan pekerjaanku dan menghampiri Yusuf, ku lihat Syafia duduk di hadapan Yusuf dan memegang mainan Yusuf sementara Yusuf menangis sambil duduk di lantai.“Syafia, kamu bikin adek nangis ya?!” kataku sambil menggendong Yusuf.“Enggak!!! Yusuf jatoh karna mainan ini bukan sama aku,” ujar Syafia sambil ikut menangis.Seketika dunia terasa sempit dan pengap, pekerjaan r

  • Dinikahi untuk diduakan   Bab 21 Pasukan pembela terdepan

    “Dhoni, mama pulang dulu ya, inget kamu jangan berbuat macem-macem dan jangan nyakitin hati istri kamu lagi,” ujar ibu mertuaku kepada suamiku.“Mama juga pulang dulu ya, awas loh Dhoni kalo kamu macem-macem kita ga akan tinggal diam,” ancam mamaku kepada suamiku.Mas Dhoni mengangguk dan mencium tangan mama dan ibu mertuaku“Mau Dhoni anter?“ tanya mas Dhoni kepada mama dan ibu mertuaku.“Anter pake apa? Motor?” sindir mama ku sambil memicingkan mata seakan akan berisyarat merendahkan mas Dhoni dan seakan berkata ‘punya motor aja bangga sok-sok an pengen punya istri dua’ “Mama sama besan mau naik angkutan umum,” ujar ibu mertuaku“Makasih ya Ma, udah nemenin beberapa hari ini,” ujarku kepada mamaku dan ibu mertuaku sambil mencium tangan mereka.Aku mengantar mama dan ibu mertuaku sampai depan rumah dan mereka naik angkutan umum yang berbeda ara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status