Kalau sudah begini, apa yang seharusnya kita lakukan? Siapa yang mau disalahkan?Tentu bukan Reza atau Husein, melainkan diri aku sendiri. Semua berawal dari aku yang gak jujur pada Husein tentang siapa Reza, dan hubungan ku dengannya. Aku menutupi hal itu, sampai bisa ngasih celah laki-laki itu buat merusak rumah tangga aku.Kalau Husein, malam itu ketika dia menghajar Reza habis-habisan karena merupakan insting seorang suami pas melihat istrinya dicelakai orang lain. Apa Husein juga dikatakan salah?Aku bingung, tapi aku sudah melihat Husein dengan wajah yang lebih tenang. Apa dia sudah dapat langkah yang musti dia lakukan pada kasus ini?"Jadi apa yang harus saya lakukan Pak?" tanya Husein, memecah keheningan di ruangan ini beberapa detik yang lalu."Begini Pak, jika Bapak keberatan dengan gugatan ibunda pelaku, Bapak juga bisa mengajukan banding saat persidangan. Silakan meminta bantuan seseorang yang paham hukum, seperti pengacara yang akan menerangkan langkah selanjutnya," te
"Kok dicium sih?" Aku bertanya dengan nada bingung."Emang kenapa? Gak boleh ya?""Bukan gak boleh Mas, tapi kan timingnya gak pas!" gerutunya dan ku yakin muka ini merahnya udah gak karu-karuan."Gak pas bagaimana? Nah sudah terdengar suara adzan ashar, saya ke mushola dulu ya, mau menunaikan sholat ashar."Aku mengangguk lemah.Udah bikin aku ngefreez gini, malah seenaknya ninggalin sendirian? Aku yakin, di balik pintu luar, kamu pasti lagi nahan gugup yang luar biasa juga kan?Dan aku udah bener-bener sendirian di kamar. "Gara-gara dia kan aku sampai lupa mau melakukan apa ke ibunya Reza! Awas aja, aku gak bakal tinggal diam," kecamku dengan serius.Sambil sesekali memegang bibirku yang udah dikecup sama suami polosku.**"Assalamualaikum," ucap seseorang yang baru aja masuk ke dalam kamar.Sebelumnya orang itu memang sudah janjian lebih dulu untuk membantu menyelesaikan masalah kami. Seorang pengacara, yakni teman komunitas Husein yang sama-sama penyuka mobil sport. Emang bukan
"Jadi begini, ada dua cara yang bisa kita lakukan untuk melawan mereka. Pertama dengan banding dan mengajukan keberatan atas tuntutan dari pelaku. Kita sertakan semua bukti dan argumentasi yang dikuatkan. Tapi cara ini peluang menangnya hanya 45%, karena posisi antum memang sulit, tapi bisa kita perkuat nanti. ""Ya kalau memang begitu kenyataannya, saya bisa menerima segala hasil dan keputusannya kelak, karena memang saya bersalah," sahut Husein memberikan pendapatnya."Tunggu dulu, ada cara yang kedua. Cara itu kami sebut memecahkan satu bagian dari sebab. Cara ini lumayan sulit, tapi ingsyallah saya yakini akan cepat selesainya."Aku dan Mas Husein saling bertatapan, menerebos sorot mata masing-masing yang barangkali bisa memberikan jawaban apa yang dimaksud oleh pengacara Lutfi."Apa itu akhi?" tanya Husein mewakili rasa penasaran ku."Saya membaca berkas dari kepolisian bahwa alasan saudara Reza bisa memawa istri antum pergi ke Jakarta karena ancaman sebuah video. Benar demikian?
Sekarang, saatnya aku bertanya sama Husein, selanjutnya kita harus seperti apa. Maksud aku, kita gak mungkin bulak-balik Jakarta ke Bandung untuk mengurus kasus ini. Setidaknya kita harus menetap sementara di Jakarta sampai semuanya selesai."Mas, sini aku mau bicara!" Aku menyuruhnya duduk di sampingku. Dia pun segera menutup pintu dan duduk persis seperti yang aku pinta."Kenapa. Ada yang mau kamu sampaikan?""Iya ada, kayaknya kita musti cari alasan deh ke bapak dan ibu soal ini.Ya maksud aku kan gak mungkin nih kita pulang pergi dari Bandung ke Jakarta terus untuk memenuhi panggilan sidang. Setidaknya kita tunggu aja dulu di Jakarta sampai temennya Mas memberikan informasi lagi."Bentar, kenapa aku yang nanya malah aku yang deg-degan gini sih?Mana wajah dia pas lagi ganteng-gantengnya lagi! Untung gak sampai aku caplok bibirnya.Aku menarik napas dan coba berbicara lagi."Jadi, maksud aku Mas udah punya alasan ke mereka dan bilang kalau kita gak bisa pulang cepat-cepat. Kalau k
Oke!Seperti apa kata aku tadi bahwa sekarang bukan saatnya menolak dan pilih-pilih alasan. Menurut siapapun, yang paling masuk akal adalah alasan bulan madu. Orang tua mananpun pasti gak akan melarang anaknya untuk berbulan madu, karena itu memang kodratnya pasangan suami istri yang baru menikah.Tetapi, aku sama Husein kan beda. Kita gak seperti pasangan suami-istri pada umumnya. Apa itu bulan madu?Gak ada dalam kamus kita berdua. Eh, gak tahu deh kalau dia, dan untuk keadaan genting kayak gini, udah pasti aku harus nurut apa katanya. Lagi pula, itu hanya alasan kan? Urusan mau dilakukan atau enggaknya, terserah nanti.Tapi, tadinkan kata Husein dia gak mau sepenuhnya berbohong? Berarti tandanya???Aku bergidik sambil menggeleng-gelengkan kepala, membayangkan apa yang gak boleh dibayangkan."Kenapa Rey?" Akhirnya Husein memecahkan pikiranku yang kotor itu."Eh, enggak Mas. Gak apa-apa," sahutku kelabakan."Kamu lagi mikirin apa? Masih ragu ya? Kan saya tadi udah bilang, kalau gak
Pasti jantung kita bedua lagi aerobik deh sekarang!! Kebayang kan, rasa nervous jadi aku sekarang? "Mas?" Aku memegang pundaknya, dan dia terperanjat seketika persis habis liat hantu di siang bolong."Ah, maaf. Aku kaget!" katanya memalingkan wajahnya lagi.Aku melongo dan habis itu gak bisa nahan tawa. Bener apa kataku kan? Dia lagi terserang nervous. Padahal dia yang ngajak, justru dia yang panik sendiri, dan begitu aku pegang telapak tangannya, itu tuh dingin banget.Padahal di lift kan gak ada AC."Mas, kenapa? Tangannya dingin banget?" tanyaku pura-pura gak paham. Aslinya pengen ketawa yang lebar deh, dia lucu banget grogi sampai sebegininya.Tapi bagus kan? Itu menandakan bahwa dia memang gak pernah melakukan hal begini sama wanita manapun."Saya gak apa-apa," jawabnya melepaskan tanganku. Berbarengan dengan pintu lift yang terbuka, lalu dia segera keluar dari kotak besi itu.'Ada-ada aja suamiku,' ucapku dalam hati.Aku ikut berjalan di belakangnya dan kami pun sampai di kama
Aku merapikan wajah sekali lagi di depan cermin, barangkali ada sisa-sisa air mata di pipi. Yah walaupun mata bengkak dan idung penuh dengan cairan, tapi setidaknya dia gak anggap aku habis banjir air mata. Anggap aja mau berak, ngedennya susah!Aku keluar dari kamar mandi, dan menyusul Husein yang lagi duduk di kursi meja kamar hotel. Dia sedang membaca kitabnya yang selalu dia bawa di kantong jok mobilnya."Sudah nangisnya?"Entah itu pertanyaan atau olokkan, keduanya hampir terlihat mirip."Hah, enggak kok! Siapa yang habis nangis," sahutku dengan cepat."Jawaban enggak untuk mata dan hidung memerah itu tuh gimana? Suara kamu nyaring banget tadi, pegawai hotel aja sampai pada datengan tuh nanyain kenapa perempuan berpidato sambil nangis di kamar mandi." Dia nyengir habis bilang begitu."Ish, kan malah diolokin! Aku tuh tadi, cuma lagi keinget momen akting aja di kamar mandi. Ya cengeng kan sifatnya wanita!" Aku malah pasang badan membela kebohongan ku sendiri. "Oh ya Mas, aku bol
"Mas gombal deh!""Ih, apaan itu gombal? Dalam Islam, gombal itu sama aja dengan ghuluw, atau melebih-lebihkan sesuatu dan itu hukumnya haram.Rosulullah saja pernah bersabda : Jauhilah sikap berlebihan dalam beragama, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hancur karena sikap berlebihan dalam agama. Hadis ini shohih, riwayat dari Imam Ahmad," terangnya, paket lengkap dengan hadis."Ih, Mas gak romantis.""Mau romantis yang seperti apa?"Glek!! Makin dikeroyok entar aku ini sama kegantengan dan ke-gentel-annya.Aku mengalihkan perhatiannya dengan menggeser-geser foto itu lagi, sampai akhirnya entah kenapa tangan aku tiba-tiba membeku ketika kedua mata aku melihat foto yang satu ini.'Foto ini kan?' Aku bertanya-tanya dalam hati."Kenapa Rey, kok diam?""Mas, ini kapan Mas ambil foto ini?" tanyaku ketika memperlihatkan foto saat aku sedang dirias di salon waktu aku menemani dia ke undangan."Eh, sini kembalikan!" Dia berusaha mengambil ponsel itu di tanganku, tapi buru-buru ku tarik da
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G