"Kebetulan banget, tolongin aku! Sembunyikan aku!" katanya yang terus meronta-ronta meminta aku buat menyelamatkannya.Aku sendiri bingung mau ngapain, aku aja lagi kesusahan, ini malah suruh bantu."Kamu kenapa memangnya? Ada yang lagi ngejar kamu?""Iya, polisi yang lagi tertibkan jalan razia pengemis! Ayok, sembunyikan aku!"Tapi aku memutar ke segala arah dan gak ada tempat yang pas untuk bersembunyi. Apa aku tinggalin aja dia ya? Toh bukan urusan aku juga!Tapi, dari kejauhan aku gak sengaja melihat polisi yang memang lagi menyeret-nyeret para gelandangan itu untuk naik ke atas mobil patroli. Aku sih jadi gak tega liatnya, apalagi ini wanita!"Tolong aku please!" Beruntung, aku selalu bawa jilbab cadangan dalam tas dan langsung aku pakaikan ke perempuan itu. Tak lupa, bedak dan lipstik juga aku poles supaya wajahnya kelihatan lebih bersih."Jalan aja di samping aku, anggap kita sedang berteman dan bercengkrama," kataku menggandeng tangannya dan kita berjalan sambil bersenda gur
MasyaAllah, buat apa sejak tadi aku bimbang, mundar mandir kek setrikaan gak jelas begitu, kalau ujung-ujungnya tetap aja aku pergi ke tempat yang disebutkan sama perempuan tadi.Aku gak tahu ini keputusan yang tepat atau bukan, yang jelas ini keputusan yang bodoh menurut aku. Berdiri di depan gedung tinggi, di antara kerumunan orang-orang aku kelihatan sendirian, kayak anak ayak kehilangan induknya gitu.Dan di sini itu, mau malam, mau siang, sama aja panasnya. Gak berminat tuh keluar malam pakek jaket, yang ada gondolan kipas portabel ke mana-mana udah kayak manusia listrik."Hai Mba!!" Aku tersentak begitu ada seseorang yang menyapa aku dari belakang. Rupanya perempuan yang tadi. Tapi, iya bukan sih? Kok pakaiannya beda banget, dia lebih seksi, memakai riasan yang menor banget, dan jubah hitam yang cuma menutupi bagian belakangnya itu. "Kok bengong, pangling ya liat Sarah pakai baju begini?" "Nama kamu Sarah?""Eh iya, kita belum kenalan ya. Nama aku Sarah, umur aku baru 24 tahu
Tanpa berlama-lama lagi, aku dan perempuan ini segera menuju TKP agar dirinya bisa langsung menjelaskan secara rinci kejadian yang sebenarnya di hari itu.Aku dan dia sama-sama panik, karena tahu bahwa ada orang yang gak bersalah, terseret dalam masalah ini.Sarah tahu betul bahwa pelakunya bukan suamiku."Di sini! Ini lah tempat kita berdua sembunyi dari kejaran polisi malam-malam itu. Aku dan temanku itu panik banget dan akhirnya mencari tempat persembunyian terdekat, terus kita memilih di sini." Dia menunjuk tempat yang diberi garis polisi itu, sambil terus mengingat semua runtutan peristiwa malam itu."Coba Sarah, aku minta tolong untuk kamu ingat-ingat lagi, siapa pelakunya dan kenapa kamu yakin kalau itu orang asli kota Danhat," pintaku pada perempuan itu dengan sangat memohon."Sebentar ya!"Dia memejamkan matanya, berusaha memutar kembali memori malam itu."Aku dan teman gelandangan itu cuma berusaha melarikan diri dari kejaran polisi supaya tidak tertangkap, kita tidak begit
Berdzikir terus, supaya pikiran aku kembali dibersihkan. Aku gak mau su'udzon dulu, mungkin karena aku lagi sensitif maka pikiran aku jadi ke mana-mana. Padahal itu belum tentu benar!Berselisih paham dengan orang lain memang hal biasa kan, tapi kalau misal sampai memfitnahnya sekejam ini, bukan lagi soal berselisih. Tapi udah permusuhan!Aku berserah diri padamu, ya Allah.***Hari ini, agendaku dan Sarah untuk mencari tahu apakah ada kamera pengawas lain selain yang diberikan pihak kepolisian kota Danhat untuk kami. Tapi, berapapun kita memutar wilayah itu, tetap saja hanya ada satu kamera yang menghadap ke sana.Ini bukan Korea Selatan yang setiap jalan dan gang sempit ada kamera, jadi sangat susah sekali bagi kita menemukannya."Mba, sepertinya aku nyerah deh! Kita udahan aja yok!" pinta dia dengan napas yang ngos-ngosan. Aku gin sama, lelah dan banjir keringat di seluruh tubuh. Tapi ini semua gak sebanding dengan nama Akang yang tercoreng akibat tuduhan ini.Aku gak boleh nyerah
"Kok diam, ayok Sarah! Kita tinggal selangkah lagi untuk dapat kebenaran itu!" Aku kembali ke dekat tubuh Sarah dan menarik satu tangannya untuk ku ajak berdiri.Tapi dia masih terdiam dan menatap aku dengan sinis. "Kenapa aku harus capek-capek lakuin ini untuk bantu kamu?" tanya dia sangat mencekam.Deg!!! Kenapa tiba-tiba dia berkata itu, apa aku punya salah?"Kamu kenapa bicara begitu Sar? Aku punya salah pada kamu? Aku minta maaf karena bikin kamu lelah, tapi ini semua aku lakukan untuk....""Untuk kepentingan keluarga kamu aja kan? Setelah kebenaran terungkap, kamu senang, suami kamu bebas, dan kalian berkumpul untuk hidup bahagia lagi? Iya kan?"Tentu saja loh, ah! Untuk apalagi aku capek-capek seperti ini, ya jelas aku ingin keluarga aku bahagia. Memangnya salah?"Kamu kenapa Sarah? Iya ok, dari alasan yang kamu ucapkan semua benar. Memangnya apa salah aku kalau aku ingin bahagia lagi dengan keluarga aku?" Aku gak bisa kalau menyinggung tentang kebahagiaan, air mataku langsun
Hikkss...hikkss.. Mewek banget aku hari ini, patah hati terbesar sebagai seorang istri. Tidak bisa berpikir normal kalau disuruh yang namanya berbagi suami.Ya iya lah, siapa yang mau? Tiba-tiba aku pulang ke Indonesia terus bawain calon istri baru buat Akang? Lebih baik....Tidak ada yang lebih baik juga, aku pun gak mau Akang selamanya ada di penjara atau memiliki gelar mantan narapidana yang tidak terhormat. Membayangkannya aja membuat aku sesak!Ini sudah mau mendekati sidang, tinggal tiga hari lagi. Aku sudah hampir saja berhasil, tapi perempuan itu??Aarrggghhh!!!!! Aku memukuli bantal berkali-kali seakan itu adalah wajah si perempuan itu! Jahat, kamu jahat banget sih, Sarah!Aku sama sekali gak kepikiran kalau kamu sampai mau menikah sama suami aku! Masih jutaan laki-laki yang jomblo, kenapa milih suami orang?Aku gak habis pikir! Sekarang pilihannya antara setuju suamiku menikah lagi atau membiarkan dia mendekam di penjara dan anak-anak aku akan menanggung rasa malu nantinya
"Halo Pak Lutfi, tadi ada telepon ya?" Nada bicara ini, sengaja aku bikin seperti sedang meledek."MasyaAllah Bu, hampir aja saya ikut tidur di dalam sel, gara-gara ponsel saya disita sama seseorang. Bisa dihitung kan, berapa panggilan masuk ke nomor Ibu?" Ini, antara aku pengen ketawa atau sedih sih, soalnya aku merasa sedang melucu dan menyedihkan dalam waktu yang sama."Saya tahu Pak, ponsel saya sampai panas. Hampir meledak!"Dia terkekeh lirih, "bagaimana Bu? Apa yang terjadi? Tadi ketika ibu meminta video rekaman CCTV, tidak ada kabar lagi hingga malam ini. Ibu baik-baik saja, kan?" Pertanyaan dari Pak Lutfi rasanya gak bisa aku jawab dengan cepat. Dikatakan aku baik-baik aja, dari mana? Hatiku hancur lebur!Tapi mau bilang aku kenapa-kenapa, pasti akan mengkhawatirkan keluarga semua termasuk Akang. Aku gak mau nambah-nambah beban buat mereka!Biarin lah, untuk kali ini aku yang mengalah. Ingat tidak? Saat-saat pertama menikah, betapa besar pengorbanan Akang yang selalu mengalah
Singkat cerita, pada akhirnya Sarah sudah percaya dengan ucapanku dan akhirnya dia bersedia membantu aku untuk mencari pemilik dari toko baju itu. Kita hanya membutuhkan rekaman dari kamera yang tersimpan di truk itu.Dia meminta bantuan dari kenalannya yang bekerja di tempat tersebut, ajaibnya dalam kurun waktu kurang dari satu jam, kita sudah diberikan alamat di mana toko itu pindah.Lihat kan? Ternyata segampang ini untuk mendapatkan alamat pemilik dari toko baju, ketika akhirnya aku memutuskan untuk mengalah. Memang benar kan? Allah itu baik, membantuku dengan jalan yang sangat mudah."Aku deg-degan Mba, ini saatnya kita mengetahui kebenaran yang sesungguhnya!""Mba juga, Sarah, video ini yang pada akhirnya membuka jalan kebenaran itu!"Begitu tombol play ditekan, nampak lah pemandangan jalan raya yang sepi dari pukul 21.47 saat truk itu tiba untuk mengangkut barang. Kita mempercepat tayangan ke pukul 23.00 di mana suamiku sedang berjalan di sekitar area tersebut. Sayangnya truk