"Iya, saya paham. Yuk, kita ke sana!" "Ke mana loh Mas, malam-malam begini?""Ya ke sana, lihat kondisi dia dari dekat. Siapa tahu keluarganya sudah lebih baikan juga, dan kalau kita ke sana, siapa tahu mereka mau berdamai.""Kalau gitu kesannya kita yang salah dong Mas, kita yang minta damai. Kan mereka yang salah!" sahutku yang terasa kurang setuju dengan pendapatnya."Ya tidak apa-apa Rey. Orang kenyataannya saya yang salah kan? Bagaimanapun, saya harus meminta maaf pada orang tuanya," papar Husein yang memang benar apa katanya."Tapi janji ya, sebentar aja. Dan kalau situasinya udah gak aman, mending kita pulang aja.""Iya, saya janji. Pakai baju panjangnya, dan penutup jilbabnya ya. Saya tunggu di depan pintu."Aku mengangguk mengiyakan.Seakan peristiwa beberapa menit yang lalu telah hilang, aku dan Husein bersikap seperti biasa lagi tanpa canggung dan gugup.Sekarang yang kita pikirkan adalah bagaimana menghadapi orang tua Reza, yang aku tahu mamanya begitu judes dan arrogant.
Aku langsung pasang badan buat membela Husein yang disalahin sebelah pihak begini, tanpa dilihat asal muasal penyebabnya dulu.Enak aja main nyalahin suami orang! Gak mikir apa anaknya sendiri yang cari masalah duluan."Gak bisa main disalahkan gitu aja dong Tante. Tante lupa apa yang dilakukan Reza sebelumnya apa. Dia culik aku Tante! Dia melakukan hal yang melanggar hukum. Suami aku cuma membela istrinya, apa itu salah?""Oh ya, siapa bilang? Dia kan ngajak kamu pergi bukan menculiknya. Kamu lupa? Bukannya posisi kamu saat itu pacarnya dia ya?"Wah! Aku dibuat gak bisa berkata-kata sama nenek lampir ini. Pakek sangkut pautkan tentang pacaran sih! Dia gak tau kalau aku udah mutusin Reza sebelumnya. "Kita udah putus ya Tante, dan lagian...." Belum sempat aku melanjutkan ucapan aku, Husein tiba-tiba aja menggenggam tangan aku dan seakan membisikkan kata untuk tidak perlu meneruskannya lagi.Sontak, aku langsung terdiam di saat api yang udah berkobar karena minyak tanah di depan aku i
Udah aku feeling dari awal sih, datang ke sini tuh gak bakal ada hasil apa-apa.Tapi setidaknya Husein sudah menyampaikan permintaan maafnya, sekarang tinggal hukum yang berbicara. Kita tunggu besok, ketika tim dari pengacara Lutfi datang dan membawakan kabar. Untung, beribu-ribu untung memiliki suami seperti Husein. Kenapa aku baru menyadari hal itu sekarang ya Allah?**Pada nanyain ya, tadi malam kita lanjut beribadah atau enggak?Ya enggak lah, jelas! Udah kadung marah dan darah mendidih kek gini, masa disuruh nafsu lagi, ya gak bisa lah.Untungnya Husein gak mempermasalahkan hal itu, dan gak memaksa aku mengulang hal yang gak bisa dimulai lagi dari awal. Momennya kan udah gak sama, sister!"Yuk sarapan," ajaknya saat aku udah selesai mandi dan keluar dari pintu kamar mandi."Mas aja lah, aku lagi gak selera makan nih. Masih jengkel sama ibu-ibu tadi malam. Mau telan makanannya juga rasanya pasti seret banget," sahutku yang memang kelihatan gak bersemangat sama sekali sejak bang
"Kalian kayaknya pengantin baru kan? Saya penasaran aja bagaimana nasib kalian di masa mendatang. Kalian akan abadi atau putus di tengah jalan," terang wanita berpenampilan aneh mirip peramal Mama Lauren.Sekilas aku menoleh dan memperhatikan ekpresi Husein yang mulai senyam-senyum sambil menahan mulutnya untuk menceramahi si peramal itu. Aku pun jadi ikut mengulum senyum."Gak usah Bu, kami gak perlu diramal. Lagian ramalan itu dosa loh, musyrik," kataku menimpali dia.Sebelum Husein yang akan mulai berpidato, lebih baik aku bilang duluan aja kalau percaya ramalan atau percaya pada selain Allah itu musyrik. Nah, perihal rincian hukuman dan akibatnya biar nanti yang di sebelah aku aja yang menjelaskannya. "Ya memang musyrik sih. Tapi setidaknya kalau ada gambaran di masa depan, kan kita bisa lebih waspada dan bersiap dari sekarang. Mau ya, gratis untuk kalian deh!"Maksa banget wanita itu ya ampun.. Lagian ini hotel gede kan? Kok bisa sih ketemu sama orang beginian di sini. Aku memi
"Gemes saya Rey. Jaman canggih begini masih aja ada yang percaya sama takhayul begitu. Kamu jangan sampai ya! Saya akan jauhkan kamu dari hal-hal macam itu." Husein gak melepaskan genggaman tanganku sampai akhirnya kami kembali tiba di depan pintu kamar hotel itu.Itulah beruntungnya punya suami soleh, paket kumplit macam Husein. Dunia dia punya, akhirat juga sudah tercukupi. Tinggal bagaimana akunya aja sekarang, masih tidak ikhlas dengan pernikahan ini atau tidak?**Waktu yang kami tunggu-tunggu itu sudah tiba. Kami menyambut seseorang yang baru saja masuk ke dalam pintu sebuah ruangan sebuah restoran Jepang yang sudah Husein reservasi sebelumnya.Sengaja kami pesan ruangan yang tertutup seperti ini, supaya kami juga lebih leluasa untuk mengobrol. Karena tidak mungkin aku dan Husein mengundang orang lain ke kamar hotel yang hanya boleh jadi tempat private bagi kita berdua."Assalamualaikum ustadz," sapanya sambil mengucap salam.Ternyata dia tidak sendirian, ada seorang wanita d
Aku, Mas Husein dan Pengacara Lutfi berjalan dengan percaya diri, menuju ke ruangan perawatan Reza dengan membawa surat tuntutan yang paling terbaru dan tergreget deh.Sekilas cerita beberapa malam terakhir ini, Husein selalu berdoa dalam sholat tahajjud nya. Aku suka terbangun karena gak sengaja mendengar suara isak tangisnya.Aku gak tahu apa yang dia doakan sehingga keinginannya benar-benar di dengar, dan inilah keajaiban jalur langit.Kita terselamatkan dari segala fitnah sehingga hari ini, tim kuasa hukum kita memutuskan untuk memberikan satu gugatan atas pencemaran nama baik.Sebelum masuk ke dalam ruangan, kita bertiga gak sengaja mendengar suara orang-orang tertawa dari dalam ruangan itu. Asyik sekali kalian bersenang-senang ria begitu, padahal sebentar lagi kalian bakal panik tak tertandingi."Bagaimana Bu Reynata? Sudah siap untuk mensidak mereka?" Aku melamun sebentar, namun keburu tersadar dengan pertanyaan dari pengacara Lutfi."Siap dong, saya sangat siap melumpuhkan kes
"Saya tunggu 1x24 jam surat permintaan damai dari kalian. Saya juga tidak mau repot-repot ke persidangan. Kalau kalian mau damai, kita terima."Baik Ibunya, Reza dan segala pengacara sombong itu dibuat gak bisa berkata-kata lagi atas fakta-fakta dari kita. Mereka membisu, menahan malu yang luar biasa. Mau mengelak apa lagi saudara? Segala bukti kejahatan dia sudah ada sama kita."Dasar anak merepotkan. Urus urusan kamu sendiri! Ibu gak mau tahu dan gak mau urus kasus kamu lagi.Eh, gak nyangka banget tiba-tiba ibunya Reza bilang begitu."Mamaaaa, jangan gitu dong Mah!!" "Pokoknya saya gak urus anak itu lagi Mba. Mau kamu masukan penjara atau enggak, bukan urusan saya!" Ibunya Reza segera pergi meninggalkan ruangan ini begitu selesai bilang gak mau tahu urusan anaknya lagi. "Mahhh!! Mamah jangan tinggalin Reza dong! Pak, ini gimana sama kasus saya? Masih bisa dilanjutkan kan Pak?"Kepanikan Reza sangat jelas terlihat sekali di wajahnya. Antara kasian sama sukuran gitu deh jadinya.
Aku berjalan di belakang Husein yang terlihat sangat terburu-buru untuk masuk ke dalam kamar hotel kami. Langkah nya bener-bener gak biasa, seperti orang yang cemas dan menunggu kepastian.Aku penasaran apa yang dia dengar dari Reza sampai dia kayak orang yang khawatir begitu.Duh, enggak, enggak! Aku gak boleh su'udzon dan membayangkan yang aneh-aneh dulu. Tapi masalahnya mulutnya Reza itu gak pernah bisa dikontrol. Apa yang ada di otaknya, mau itu benar atau enggak, dia keluarkan gitu aja."Mas bentar!" Aku menahan tangannya sebelum dia membuka kartu kunci kamar kita."Mas kenapa sih? Aku sepanjang jalan kepikiran banget Mas. Kalau ada hal yang Mas dengar dan Mas ragu, Mas bisa nanya ke aku langsung."Bukannya menjawab, Husein malah membalikan badannya agar bisa berhadapan denganku."Apa yang harus saya ragukan dari kamu Rey? Masuk yuk!" Husein menarik tanganku dan dalam sekejap, kita berdua sudah ada di dalam kamar.Tapi bagiku sikapnya masih asing banget, gak kayak biasanya deh.
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G