Home / Romansa / Dinikahi Om Duda / Antara Hati Nurani dan Orang Tua

Share

Antara Hati Nurani dan Orang Tua

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2021-11-23 19:59:40

"Sudah dipastikan jika aku yang akan memenangkan sidang nanti!"

Semua mata tertuju pada sosok wanita yang baru saja masuk. Siapa lagi kalau bukan Casandra --mantan istri Raffael. 

Raffael beranjak dari duduknya dan menghampiri Aldevaro seraya berkata, "Apa kau tidak kasihan melihatnya? Dia membutuhkan ASI. Aku mohon berilah walau sekali dalam sehari."

Casandra tertawa lepas. "Hey! Sudah aku bilang dari sebelum kita menikah. Jika memiliki anak, tidak akan aku susui," jawab Casandra. "Apalagi aku sudah terkenal sekarang. Lalu bagaimana jika pay*daraku kendur nanti?"

"Kau egois. Kau hanya mementingkan dirimu sendiri. Mana Casandra yang dulu aku kenal. Mana?!" bentak Raffael. 

"Setelah kau mengenal uang kenapa dirimu berubah? Apa tidak cukup uang bulanan yang selalu putraku beri? Sampai-sampai kau lebih memilih pria lain yang bahkan tidak jelas asal-usulnya!" timpal Hanna dengan

emosi.

Ferdy hanya menyimak obrolan mereka sambil memainkan ponselnya, sedangkan Revalina mencoba meninabobokan Aldevaro. 

Casandra mendelik. "Wah ... wah ... ibu dan anak rupanya kompak menghakimiku."

"Cih! Lalu untuk apa kau mengambil Al dariku? Kalau hanya sekadar memberinya susu formula saja aku pun bisa. Bahkan aku bisa menjaganya setiap waktu," kata Raffael. 

Casandra menghampiri bayinya. "Jelas anak ini harta buatku. Bagaimana tidak, papaku akan memberi hartanya jika aku memiliki keturunan laki-laki dan tentunya harus aku urus sendiri. Ups! Bukan aku yang urus, tentunya pembantu nanti, hahaha ...."

Raffael menepis tangan Casandra saat jemari lentiknya mengelus pipi gembul Aldevaro.

"Jangan bermimpi kau akan mendapatkan anakku!" tegas Raffael.

"Dia pun anakku! Aku yang mengandungnya!"

"Kau memang mengandungnya, aku tak menampik. Tapi kelakuanmu sangat tidak pantas disebut ibu kandungnya!"

"Kau!" pekik Casandra kesal. 

Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya Aldevaro yang semula tenang, kini menangis. 

Revalina merasa geram dengan sikap Raffael dan terlebih kepada Casandra. "Astaga! Apa kalian tidak bisa diam? Kenapa kalian berdua sangat egois? Ini anak kalian dan seharusnya kalian rawat berdua!"

"Hei ... siapa kau?" tanya Casandra sambil mendorong pundak Revalina. 

"Jaga sikapmu! Dia calon istriku," tutur Raffael. 

Mata Revalina membulat sempurna saat mendengar penuturan Raffael. 

Melihat sikap Revalina demikian, Raffael merangkul Revalina seraya berbisik, "Jawab saja iya, aku mohon. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu kepada pihak berwajib atas pencemaran nama baik!"

Revalina bergeming. Otaknya berpikir keras. Ia disudutkan dengan dua pilihan. Jika tidak menuruti Raffael, maka ia akan masuk penjara, walau sang ayah bisa mengeluarkan, tetapi nama baiknya tercoreng. Namun, tidak mungkin juga untuknya menikah dengan pria yang baru saja ia kenal. Wanita itu menatap Aldevaro, dalam hatinya merasa kasihan, hati nuraninya merasa terpanggil untuk melindungi. 

"Tidak mungkin!" sanggah Casandra. 

Revalina menarik napasnya dalam-dalam dan berkata, "Tapi sayangnya itu benar, Nona." 

"Perkenalkan, namaku Revalina Anastasya, putri dari Tuan Carlos Diego," sambung Revalina sambil mengulurkan tangan. 

"Apa?!" Casandra tercengang mendengar pengakuan Revalina. 

Lagi, Revalina berbicara, "Anda tahu, kan, siapa Tuan Carlos itu?"

"Hahaha ... tapi sayangnya aku tidak percaya dengan ocehanmu, gadis muda. Siapa saja bisa mengaku jika dia putri Tuan Carlos, termasuk kau! Atau bahkan bisa saja aku mengakui jika Casandra, seorang model terkenal ini adalah putri dari Tuan Carlos," tutur Casandra.

"Terserah! Yang jelas, akan aku pastikan jika di persidangan nanti calon suamiku yang akan menang. 

Mendengar pernyataan Revalina yang sangat meyakinkan, Hanna membuka situs website. Di sana ia menemukan salah satu foto seorang gadis memakai seragam sekolah yang memang mirip dengan gadis di hadapannya sekarang. Setelah ditelusuri lebih lanjut, benar saja, Revalina yang ada di hadapannya adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya nomor satu seantero negeri. Melihat penampilannya yang biasa-biasa saja, memang siapa saja tidak akan menyangka jika ia anak dari seorang konglomerat. 

Wanita paruh baya itu tersenyum dengan apa yang ia lihat. Ia memiliki keyakinan jika gadis itulah jodoh untuk putranya. 

"Aku yakin kau hanya gadis panggilan yang disewa Raffael untuk berpura-pura menjadi istrinya nanti. Untuk apa? Untuk memenangkan kasus hak asuh anak? Kau bodoh, Nona! Atau jangan-jangan ... kau ini hanya mengambil hati mantan suamiku yang kaya raya ini untuk mendapatkan hartanya? Cih! Mur*han sekali!" ejek Casandra. 

Revalina mengalihkan Aldevaro kepada Hanna lalu menghampiri Casandra. 

"Kau sudah menghinaku, Nona. Akan aku pastikan kau tidak akan lolos dariku," ancam Revalina dengan sorot mata tajam. 

"Hahh! Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan orang asing," ucap Casandra. 

"Aku pulang, Sayang. Kita tunggu minggu depan siapa yang akan memenangkan hak asuh anak nanti," tuturnya kepada Raffael kemudian ia pergi. 

Sepeninggal Casandra, ponsel Revalina berdering. Rupanya sang sopir memberitahu bahwa ia sudah ada di basement. 

"Maaf, aku pamit pulang, Tante," ucap Revalina. 

"Iya, hati-hati, Nak."

"Om," sapa Revalina kepada Ferdy. "Sudah tahu apa yang harus Om lakukan, kan?"

"Siap! Tahu, Nona Muda."

Revalina berlalu meninggalkan kantor, menorehkan tanya pada diri Raffael, Kenapa bisa Revalina mengenal Ferdy, seorang pengacara ternama? 

"Kenapa? Jangan bilang kamu tidak tahu siapa gadis itu, Tuan," ujar Ferdy saat Raffael menatapnya. 

Raffael menggeleng. 

"Lihat saja CCTV basement sekarang!" titah Ferdy. 

Raffael mengikuti perintah Ferdy. Dirinya duduk di depan monitor dan melihat rekaman CCTV sekitar basement. 

Di basement, sopir pribadi Revalina menghampiri dan memberikan kunci mobil. 

"Apa kau datang dengan yang lain?" tanya Revalina. 

"Iya, Nona. Seperti biasa, ada dua mobil yang akan mengikuti Anda. 

"Kalau begitu, tolong ambilkan motorku di kampus."

"Laksanakan, Nona."

Sopir pribadi yang merangkap sebagai pengawal Revalina, memerintahkan pengawal lain agar mengikuti majikannya sampai ke rumah, sedangkan dirinya masuk ke dalam mobil lain untuk mengambil motor. 

"Hei, gadis mur*han!" teriak Casandra memanggil. 

Casandra yang semula bersandar pada mobil hitam, kini bersandar pada mobil berwarna metalic super mewah.

"Ada apa?" tanya Revalina santai. 

"Lihat mobilku! Bagus, bukan?" tanya Casandra sambil mengusap kap mobil. "Emm ... mobilmu pasti yang itu. Sungguh tak berkelas," sambungnya sambil menunjuk mobil hitam. 

"Mau bagus mau jelek, kau harus bersyukur, Nona. Jangan sampai mengakui milik orang lain, dong!" sindir Revalina. 

Casandra bertolak pinggang dan berdecak kesal. "Hei, mobil ini milikku!"

"Oh, ya? Tapi ... kenapa kuncinya bisa dalam genggamanku, ya?" Revalina menekan tombol pada kunci dan otomatis pintu mobil tersebut terbuka. 

Casandra melongo dengan mulut menganga. 

"Minggir!" pekik Revalina seraya mengibaskan tangannya agar Casandra menjauhi mobilnya kemudian membuka pintu dan masuk. 

Tin! 

Revalina sengaja menekan klakson pertanda salam pisah kepada Casandra. 

"Ya, Tuhan. Kenapa ada orang sombong seperti Casandra?" ucap Revalina di balik kemudi. 

"Kasihan Aldevaro, punya ibu seperti dia. Pokoknya aku harus membantu Pak Dosen untuk memenangkan hak asuhnya," sambung gadis itu bergumam sambil mengangguk yakin. 

Di kantor, Raffael yang menyaksikan dan mendengar percakapan mantan istri dan muridnya tersenyum puas. 

"Yang dia katakan benar. Revalina adalah putri dari Tuan Carlos. Meskipun  kaya raya dia tidak sombong, bahkan dia paling tidak suka menunjukkan kekayaannya dan motor adalah kendaraan favoritnya. Dia memang manja, terkadang tingkahnya konyol, tetapi jika ada orang yang menindas maka dia akan melawan," tutur Ferdy.

"Dari mana kau tau?" tanya Raffael. 

"Aku adalah salah satu pengacara kepercayaan keluarga Carlos dan cukup dekat dengan keluarganya."

Ferdy mengatakan aneh jika seorang Raffael tidak mengetahui tentang seluk beluk sesama keluarga konglomerat. 

"Ck! Kau pikir aku tukang sensus!" ucap Raffael yang disambut tawa oleh Ferdy. 

***

Tiba di mention, kedatangan Revalina disambut oleh Carlos Diego --papanya, dan Cindy Aurelia --mamanya. 

"Baru pulang, Sayang?" tanya Cindy. 

"Iya, Ma. Ada sesuatu yang terjadi," sahut Revalina sambil mencium pipi sang mama. 

"Apa yang terjadi, Sayang? Katakan!" tanya Carlos cemas. 

"Iih, Papa. Bukan sesuatu yang serius, kok."

"Ya, sudah. Istirahat dulu, sana. Nanti Mama Papa tunggu di ruang kerja," ucap Carlos. 

Revalina mengernyit. "Ruang kerja? Mau ngapain?"

"Nanti juga kamu tau," ucap Cindy.

"Oke. Nanti Rere nyusul."

Revalina menaiki anak tangga menuju kamarnya. Bukannya lekas mandi, gadis itu merebahkan tubuh jangkungnya di atas kasur king size miliknya. 

Matanya menatap langit-langit. Ia mengingat kejadian tadi. 

"Astaga! Bagaimana ini? Masa iya harus menikah dengan Dosen itu?" gumam Revalina. "Aarrrgghh! Dasar bodoh kau Rere! Kenapa tidak mikir dulu, sih?" lanjutnya sambil beranjak untuk menjalankan ritual mandi. 

Tidak berselang lama, Revalina sudah tampak lebih segar dan wangi. Ia menuruni anak tangga menuju ruang kerja Carlos.

"Boleh masuk?" tanya Revalina sambil mengetuk pintu. 

"Masuk aja, Sayang," sahut Cindy. 

Revalina menghampiri dan duduk di tengah-tengah orang tuanya. 

"Tadi kenapa motormu ditinggal di kampus? Dan kenapa tiba-tiba kau ada di luar kota, Nak?" tanya Cindy dengan lembut. 

Revalina menceritakan apa yang telah menimpanya tadi kecuali tentang Aldevaro si bayi gembul. 

Cindy dan Carlos menanggapinya dengan senyuman. 

Hati Revalina gusar. Ia takut, jika orang tuanya tahu tentang masalahnya dengan Raffael. 

"Umurmu berapa?" tanya Carlos. 

Hening. 

Revalina masih bergelut dengan pikirannya. 

Cindy menatap putrinya. Ia merasa heran karena tidak seperti biasanya Revalina tidak fokus dengan apa yang dibicarakan. 

"Sayang," sapa Cindy dengan memegang pundak Revalina. 

Revalina terkesiap. "A-apa, Ma?"

"Papa bertanya, kalau umurmu berapa tahun, Sayang."

"Dua puluh. Kenapa emangnya?" jawab Revalina. 

Carlos mengatakan bahwa putrinya itu harus mulai belajar bisnis dari sekarang karena Revalina adalah pewaris tunggal. 

"Esok lusa, Papa harap kosongkan jadwalmu," pinta Carlos. 

"Memangnya ada acara apa?" tanya Revalina. 

"Papa akan mengenalkan pada seseorang dan dialah yang akan mengajarimu ilmu bisnis nanti."

"Kami sangat berharap kamu bisa dekat dengannya," timpal Cindy

Revalina terpejam. Ia menebak jika dirinya dijodohkan. Urusan dengan dosen saja belum selesai, ditambah dengan keinginan orang tuanya. Satu hari, dua masalah. Lagi, dirinya dihadapkan dengan dua pilihan, ikuti hati nurani atau orang tua. 

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Malu gak tu, kl aku jadi casandra udah nyebur ke laut
goodnovel comment avatar
꧁🌹ɬཞıąʂ℘ıŋą 🌹࿐꧂
Casandra.. sombong amat. ... mana mobil orang di akui lagi.. ...
goodnovel comment avatar
Mery Mariam
nice nice n nice
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dinikahi Om Duda   Diajak Menikah

    Jarum jam sudah menunjuk pada angka sembilan malam. Namun, Revalina enggan untuk terpejam. Miring kanan, miring kiri, bahkan tengkurap sudah ia lakukan. Entah mengapa rasa gelisah kian menggerogoti hati tatkala dirinya mengingat Aldevaro."Ya, Tuhan, kenapa wajah polos bayi itu selalu terngiang di otakku? gumam Revalina.Suara ponsel mengalihkan perhatiannya. Ia beranjak dan mengambil benda pipih itu di atas nakas."Siapa ini?" ucapnya ketika melihat nomor yang tidak ia kenal di layar ponsel.Revalina menolak panggilan. Ia meletakkan kembali ponselnya. Namun, lagi-lagi ponsel itu berdering."Astaga, siapa, sih?" kesalnya sambil meraih ponsel.Revalina mendengkus sebal karena saat ia akan menerima, panggilan itu terputus.Ting!Panggilan masuk berubah menjadi pesan singkat."Tolong angkat teleponnya. Ini aku, Raffael," isi pesannya.Revalina membulatkan matanya saat membaca

    Last Updated : 2021-11-23
  • Dinikahi Om Duda   Bimbang

    Selama di restoran, Revalina belum memberikan jawaban. Ia merasa bingung dan ada rasa sesal dengan ucapannya dan kini menjadi boomerang. Namun, di sisi lain, ia sangat peduli bahkan sayang kepada Aldevaro. Ia tidak ingin putra dari dosen gantengnya berada di tangan yang salah meskipun ibu kandungnya sendiri.Akan tetapi, kalaupun dirinya menerima tawaran untuk menjadi istri sah Raffael, apakah ia sanggup, apakah ia bisa, apakah ia mampu mengurus bayi diusianya yang masih muda? Pertanyaan itu yang bergelayut dalam pikiran Revalina sekarang, dan yang tak kalah penting adalah apakah bisa ia mencintai sosok Raffael, pun sebaliknya.Gadis cantik itu duduk termangu di sofa balkon dengan tangan terus mengaduk segelas susu coklat yang ada dalam genggamannya."Ya, Tuhan ... aku harus bagaimana?" gumam Revalina."Bagaimana apanya, Sayang?" tanya Cindy yang tiba-tiba saja datang sambil menepuk pelan pundak putrinya."Astaga! Mama!" Rev

    Last Updated : 2021-11-23
  • Dinikahi Om Duda   Mendapatkan Restu

    Bulan sudah kembali ke peraduannya. Kini, tinggal mentari pagi yang bertugas memanjakan bumi. Sinarnya begitu hangat menelusup setiap celah."Emmm ...." Revalina bergumam saat sorot matahari mengenai wajahnya."Bangun, Sayang," titah Cindy sambil membuka gorden."Jam berapa ini, Ma?" tanya Revalina dengan mata masih terpejam."Sudah jam enam pagi. Bangun dan bersiaplah. Karena tamu kita akan datang pukul sembilan."Revalina membuka matanya seraya berkata, "Tamu?""Ck! Jangan bilang kamu lupa kalau hari ini kita akan kedatangan sahabat Mama. Mama tidak mau tahu, pokoknya hari ini harus ada di rumah. Titik!" tutur Cindy kemudian pergi."Aarrgggh! Kenapa bisa aku lupa?" ucap Revalina kemudian duduk dan menepuk kening."Ponsel mana ponsel," sambungnya dengan mata dan tangan sibuk mencari benda pipih itu.Revalina meraih tas yang ia simpan di atas nakas. Tangannya dengan lincah merogoh gawa

    Last Updated : 2021-11-24
  • Dinikahi Om Duda   Harus Memilih

    Revalina ragu. Ketika dirinya baru mengenal makhluk yang bernama laki-laki, ia malah dihadapkan dengan pilihan yang rumit. Bukan tidak pernah mengenal, tetapi ia membentengi dirinya sendiri karena enggan seperti Cecilia --sahabatnya, yang terluka karena sosok yang berwujud laki-laki itu.Pewaris tunggal konglomerat itu mulai membuka hati. Ia ingin merasakan mencintai dan dicintai. Kenzie, lelaki pertama yang diberi kesempatan untuk dekat dengan dirinya. Namun, ucap janji kepada Raffael menghancurkan semuanya."Bodoh! Kenapa kemarin mulut ini begitu entengnya mengatakan jika aku bersedia menjadi istri Raffael," sesal Revalina."Kalau tidak mau, tidak usah. Tenang saja, aku tidak akan menuntutmu seperti yang aku katakan waktu lalu," ucap Raffael. "Kalau pun aku kalah dalam persidangan, mungkin memang seharusnya Aldevaro berada di samping ibunya.Revalina terperanjat. Ia tidak menyangka jika Raffael mengikutinya ke taman belakang."T

    Last Updated : 2021-11-24
  • Dinikahi Om Duda   Hitam Di Atas Putih

    Tepat pukul dua belas malam, Revalina tiba di kediaman Xie."Pengamanan di sini memang seperti ini? Dengan mudahnya kita masuk," tanya Revalina kepada sopirnya."Mereka sudah tau kalau kita dari keluarga Tuan Carlos, Nona.""Oo ... seperti itu. Baiklah, kau boleh pulang. Aku akan menginap di sini. Tolong bilang sama Mama, aku lupa membawa ponsel," ucap Revalina kemudian turun dari mobil.Samar terdengar Aldevaro menangis. Gadis itu bergegas menekan bel."Astaga! Lama sekali," gumam Revalina sambil terus menekan bel.Pintu terbuka. Ternyata asisten rumah tangga keluarga Xie yang menyambut Revalina.Tanpa kata, Revalina bergegas masuk. Namun, langkahnya terhenti dan berbalik menatap sang ART yang sedang menatap dirinya heran."Hehe ... antarkan aku ke kamar Aldevaro, Bi.""Oh, mari ikut saya, Non."Revalina mengikuti langkahnya, hingga akhirnya sampai di depan kamar."Den Al ada di sin

    Last Updated : 2021-11-24
  • Dinikahi Om Duda   Pernikahan

    Raffael dan Revalina kembali menemui Hanna di ruang makan.Revalina mengatakan jika dirinya siap menjadi istri Raffael. Pernyataan gadis itu tentu saja membuat Hanna tidak percaya sekaligus senang. Bagaimana tidak? Kemarin, Revalina sudah menolak bahkan enggan menemuinya saat pamit pulang."Kamu seruis, Sayang?" tanya Hanna memastikan.Revalina mengangguk diiringi senyum yang tersungging. "Iya, Tante. Rere siap menjadi ibu sambung dari Mbul. E-eh, maksud Rere Aldevaro."Hanna memeluk Revalina dengan erat dengan rasa haru. Tak terasa bulir bening meluncur bebas jatuh di pipi wanita paruh baya itu.Revalina melerai pelukan. "Tante, kenapa menangis?""Jangan panggil Tante, mulai sekarang panggil Mama saja.""I-iya, Ma-Mama.""Mama senang, Nak. Akhirnya kamu menjadi menantu keluarga Xie. Itu yang papanya Raffael harapkan sebelum kematiannya beberapa tahun lalu."Raffael menunduk mendengar ucapan Hanna. Ya,

    Last Updated : 2021-11-24
  • Dinikahi Om Duda   Anggap Saja Nikah Kontrak!

    Makan malam mewah digelar di kediaman Xie sebagai tanda bersatunya dua keluarga. Senyum bahagia terpancar dari wajah Hanna juga Cindy."Aku bener-bener gak nyangka. Yang semula ingin Raffael mengajarkan bisnis kepada Revalina. Eeh ... malah jadi mantu," ujar Cindy diiringi senyum."Yang jelas aku bahagia. Akhirnya permintaan terakhir suamiku dapat terkabul," timpal Hanna sambil menatap foto besar yang terpajang di tembok.Raffael menggenggam tangan Hanna. "Maafkan El, Ma. Dulu tidak mendengar apa kata Mama dan Papa.""Iya, Nak. Yang penting sekarang kalian sudah bersatu. Sayangi menantu Mama ya? Jaga dia, cintai dia," pinta Hanna.Raffael hanya mengangguk sebagai jawaban."Uuuh ... kamu sudah ngantuk, Sayang? "Kita bobok, yuk!" ucap Revalina saat melihat Aldevaro menguap."Rere tidurin dulu Al, ya? Sepertinya sudah mengantuk," pamit Revalina kepada semua orang kemudian beranjak."Tunggu

    Last Updated : 2021-11-25
  • Dinikahi Om Duda   Egois

    Mobil milik Raffael sudah terparkir di halaman rumah nan luas milik Carlos.Revalina turun terlebih dulu sambil menggendong Aldevaro tanpa sepatah kata.Kedatangan mereka disambut hangat oleh Cindy dan Carlos."Eeh ... cucu Nenek," sapa Cindy sambil mengelus pipi Aldevaro."Ada apa, Sayang? Bukankah pakaian dan barang-barangmu sudah Mama kirim semalam?" sambung Cindy bertanya kepada Revalina."Iiih ... jadi Mama gak mau Rere pulang, gitu?" Bibir Revalina mengerucut kemudian duduk di sofa.Cindy tersenyum. "Bukan begitu juga, Sayang. Udah ah, jangan ngambek. Gak malu apa sama bayinya?"Revalina mengangkat kedua pundaknya."Silakan duduk, Nak Raffael," titah Carlos."Iya, Pa." Raffael duduk di samping Revalina."Aku titip Al dulu," ucap Revalina sambil menyerahkan Aldevaro kepada suaminya."Loh, ke mana, Sayang?" tanya Cindy."Kamar," jawab Revalina

    Last Updated : 2021-11-26

Latest chapter

  • Dinikahi Om Duda   Pernikahan - Ending

    Tidak ingin membuang kesempatan, Casandra mengutarakan keinginannya untuk menjodohkan Elbert dengan Xiera. Pernyataannya itu tentu saja disikapi beragam ekspresi."Bagaimana? Kok, malah diam semua?" tanya Casandra."Emm ... aku gimana suamiku saja," jawab Revalina.Casandra menatap Raffael. "Gimana, Tuan?"Raffael menatap Revalina, Hanna, serta mertuanya bergantian. "Ini soal masa depan. Tidak bisa diputuskan saat ini juga.""Tapi, kau setuju, kan?"Raffael menghela napas. "Belum tentu."Mimik Xiera yang semula berseri, kini murung mendengar jawaban sang papa. "Aku udah kenyang. Maaf, Rara ke kamar dulu." Tanpa menoleh siapapun, gadis itu bergegas menaiki anak tangga.Semua menatap kepergian Xiera tanpa kata."Kamu tidak hanya memiliki Elbert, ada Aldevaro yang harus kamu pikirkan per

  • Dinikahi Om Duda   Pulangnya Xiera dan Elbert

    Sudah dua minggu Xiera dan Elbert di rumah sakit. Penyangga pada leher Xiera pun sudah dilepas, kecuali Elbert. Leher pemuda itu masih memerlukan penyangga karena benturan di kepala yang cukup parah. Dirawat dalam satu kamar tentu saja membuat mereka senang. Setiap hari tak luput dari kata sayang dan saling memberi perhatian. pun dengan Revalina dan Casandra yang makin kompak. Kedua wanita itu mengatur jadwal untuk menunggu putra dan putri mereka.Pagi itu saatnya perban Xiera dibuka. Didampingi Revalina, Xiera tengah duduk bersiap menunggu sang dokter. Sepuluh menit berselang, dokter datang didampingi seorang perawat."Pagi," sapa dokter dan perawat."Pagi, Dok," jawab Revalina dan Xiera kompak."Sekarang kita buka dulu perban nya, ya? Kita lihat sudah kering atau belum," ucap dokter.Xiera mengangguk."Lukanya sudah kering," ucap dokter saat perban itu terbuka.Xiera meminta cermin kepada Re

  • Dinikahi Om Duda   Kuasa Tuhan

    Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Xiera kembali tertidur. Bella memutuskan untuk pulang."Bella pamit, Tante, Nek. Titip salam untuk Xiera," ucapnya kepada Revalina dan Hanna."Pamit, Tuan," lanjutnya kepada Raffael dan ditanggapi anggukkan."Tidak tunggu dulu Al?" tanya Revalina."Biar nanti bertemu di depan saja, Tan."Namun, dari kejauhan Raffael melihat Aldevaro berlari ke arah mereka. Tentu saja semua perhatian menjadi teralih kepada pemuda itu.Melihat mata Aldevaro yang merah, membuat Revalina bertanya, "Ada apa, Al? Kenapa lari-lari?"Napas Aldevaro terengah-engah. Pemuda itu menjatuhkan bokongnya di kursi stainless. "El, Ma ... El ....""Iya, El kenapa, Al?"Aldevaro menangis tersedu-sedu. "El meninggal, Ma."Semua tercengang mendengar jawaban Aldevaro."Ya, Tuhan!" Revalina membekap mulutnya sendiri, sedangkan Hanna dan Raffael saling bertatap dengan panda

  • Dinikahi Om Duda   Kehilangan

    Raffael dan Alex merasa bersyukur karena dalam situasi genting hubungan Casandra dan Revalina membaik. Kini, mereka hanya menunggu kabar baik dari anak masing-masing."Sayang, kapan sampai?" tanya Revalina."Baru aja," jawab Raffael.Casandra bergelayut manja di lengan Alex. Tentu saja membuat Alex merasa heran. Pasalnya, Casandra tidak pernahseperti itu."Bisa barengan, janjian, kah?" tanya Casandra kepada Alex."Kebetulan kami bertemu di parkiran."Akhirnya mereka memutuskan untuk menemui anak mereka masing-masing.Tiba di kamar inap, Raffael tentu saja bertanya bagaimana bisa Revalina dekat dengan Casandra. Sang istri pun menceritakan apa yang ia dan Casandra bicarakan di kantin."Syukurlah. Semoga saja semua itu ke luar dari hatinya.""Ya, semoga.""Selamat siang, Tuan," sapa Bella saat Raffael mendekat ke arah Xiera berbaring. Gadis itu beranjak dari duduknya.&n

  • Dinikahi Om Duda   Restu

    Tiga hari sudah Xiera dan Elbert dirawat. Masa kritis Xiera sudah berlalu, tetapi belum sadarkan diri dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Lain halnya dengan Elbert. Pemuda itu masih berjuang melewati masa kritisnya. Revalina dengan setia menemani putri kesayangannya. Tak peduli lelah dan kantuk menerpa, bahkan mata panda sudah terlihat jelas. Begitupun dengan Casandra. Wanita karir itu memilih menyingkirkan egonya. Ia setia mendampingi sang putra tercinta. Air mata tak henti jatuh di pipi. Alex yang melihat sang istri seperti itu merasa sedih. Namun, rasa syukur tak ia pungkiri karena dengan kejadian itu membuat Casandra sadar bahwa ada seorang anak yang butuh perhatiannya."Siang, Tante," sapa Bella saat masuk ke kamar inap Xiera."Siang, Sayang. Loh, langsung dari sekolah? Apa tidak lelah?"Bella duduk di samping Revalina. "Tidak. Yang lelah justru Tante dan itu gara-gara aku. Sekali lagi maaf, Tan."Revalina tersenyum dan membingkai pipi Bella.

  • Dinikahi Om Duda   Kritis

    Isak tangis Revalina dan Casandra tak terbendung menambah ketegangan. Semua gelisah menunggu hasil pemeriksaan dokter. Kursi stainless yang berjajar rapi tak satu pun mereka duduki. Semua berdiri dilanda kecemasan yang luar biasa."Keluarga pasien," panggil seorang suster.Revalina menghampiri. "Gimana putri saya, Sus?""Bagaimana dengan putraku?" tanya Casandra.Suster itu mengatakan jika Xiera dan Elbert harus segera menjalani operasi. Pendarahan di kepala yang cukup serius membuat hal itu harus dilakukan."Lakukan yang terbaik, Sus. Berapa pun saya akan bayar!" kata Raffael."Cepat lakukan, Sus!" seru Casandra."Silakan urus administrasi dulu, Tuan, Nyonya," kata suster itu, kemudian pergi.Raffael dan Alex bergegas mengurus administrasi.Sambil menangis, Revalina menghubungi kedua orang tuanya. Selain memberitahu kondisi sang putri, pun ia meminta agar Carlos menyiapkan jet p

  • Dinikahi Om Duda   Kejutan Berujung Petaka

    Hari yang dinanti pun tiba. Sedari pagi, Xiera tidak jauh dari Revalina. Pasalnya, gadis itu mendengar jika sang mama akan menghabiskan waktu bersama Cecilia sore nanti. Xiera menduga jika Revalina lupa jika hari itu adalah hari spesialnya. Akan tetapi, bagus menurutnya, karena acara nanti benar-benar menjadi kejutan untuk Revalina, pikirnya.Revalina duduk di karpet berbulu di ruang keluarga sambil menikmati camilan."Kamu kenapa, sih, Sayang? Dari tadi glendotan terus.""Rara kangen sama Mama."Revalina mengernyit. "Kangen?"Xiera mengangguk. "Pokoknya hari ini, Rara mau ditemenin sama Mama.""Yaaah ... tapi, Mama ada janji sama Tante Cecil nanti sore.""Gak! Mama gak boleh pergi. Titik!""Udah, temenin aja anaknya, sih," kata Raffael yang baru saja datang dari dapur."Baiklah."Revalina meraih ponselnya di atas meja. Ia menghubungi Cecilia. Wanita itu berucap maaf dan berjanji akan pergi dengan saha

  • Dinikahi Om Duda   Persiapan

    Dua hari lagi menuju hari Minggu. Aldevaro sudah menyewa salah satu aula di sebuah restoran mewah dan mengajukan konsep yang ia inginkan kepada pihak restoran. Xiera, Bella dan Hanna masih sibuk di butik karena gaun milik Xiera belum rampung. Nenek dua cucu itu tentu saja mendukung apa yang cucu-cucunya rencanakan, bahkan ia pun akan turut serta. Tidak hanya Hanna yang Xiera mintai kerjasama, tetapi Raffael juga. Papa tampan itu tentu saja menyambut dengan antusias rencana anak-anaknya. Terbukti, ia turun tangan dalam hal keuangan.Lain halnya dengan Elbert. Ia terus berusaha membujuk Alex agar mendukung rencananya. Bukan Alex tidak mau, tetapi kondisi Casandra yang sibuk di butik."Please, Dad, please ... terserah Dady mau rayu Mommy seperti apa. Pokoknya El mohon, hari Minggu nanti Mommy harus hadir. Urusan kado biar El yang cari."Alex menghela napas. "Baiklah, Dady usahain. Demi kamu dan demi kebaikan kita bersama.""Yes! Gitu, dong, Dad.

  • Dinikahi Om Duda   Menyusun Rencana

    Waktu bergulir begitu cepat, Aldevaro sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Pemuda tampan itu sudah bertekad ingin menjadi seorang pengusaha seperti Raffael. Jurusan yang ia ambil pun bisnis dan manajemen. Begitu juga dengan Xiera, kini ia duduk di bangku SMA. Ya, mereka memutuskan untuk mengikuti ujian kelas akselerasi. IQ yang mumpuni tentu saja memudahkan mereka untuk mengikuti kelas tersebut. Begitu juga dengan Elbert. Ia mengikuti langkah Aldevaro. Kini, mereka satu fakultas. Namun, tidak dengan Bella. Gadis itu memang memiliki IQ yang sama mumpuni, tetapi dirinya tidak akan melanjutkan ke jenjang kuliah. Selain masalah biaya, ia lebih memilih menggantikan pekerjaan Rudy karena sang ayah sering jatuh sakit."Ma, kapan Rara boleh bawa mobil sendiri?" tanya Xiera disaat menikmati sarapan."Nanti, kalau sudah masuk kuliah.""Rara pengen mobil seperti mobil Abang.""Keren, ya? Iya, kan, iya, dong?" Ald

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status