Grace membalas, "Tidur bareng kamu sih boleh saja, tapi kamu jangan panggil aku Mama Grace. Rasanya aku jadi tua sekali. Kamu bisa panggil aku Bibi atau langsung panggil nama saja. Gimana menurutmu?"Kezia bertanya lagi, "Aku boleh panggil nama kamu?""Tentu saja. Orang-orang biasanya memanggilku Grace atau langsung nama lengkapku, Grace Lugiman. Kamu lebih suka yang mana?" tanya Grace.Kezia menjawab, "Grace."Grace bertanya lagi, "Kalau begitu, mulai sekarang panggil aku Grace ya. Aku akan tetap panggil kamu Kezia. Setuju?""Kalau nanti kamu nikah sama Papa Harry, aku masih boleh panggil begitu?" tanya Kezia.Grace memberi tahu, "Terserah! Aku sih senang-senang saja.""Kalau begitu, apa kamu bisa temani aku tidur malam ini?" tanya Kezia lagi.Grace membalas, "Tentu saja boleh, tapi kamu harus tanya Papa Harry dulu. Lihat dia izinkan atau nggak."Mendengar itu, Kezia menoleh ke arah Harry yang berdiri di belakang mereka. Namun, wajah pria itu terlihat sedikit muram. Kenapa Harry kelih
"Jangan. Mendengar dongeng darimu, aku takut nanti malah mimpi buruk. Aku heran gimana Kezia bisa mendengarkan sampai selesai," ucap Grace sambil mengusap lembut kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang.Harry sontak bertanya, "Kamu lagi mengejek kemampuan bercerita aku? Berani ya kamu." Sambil mengangkat alis sedikit, pria itu mendekat untuk mencium bibirnya. Namun sebelum sempat melakukannya, Kezia yang sedang tidur tiba-tiba bergumam pelan dan berguling ke sisi lain.Grace langsung panik dan mendorong tubuh Harry menjauh. Dia menegaskan, "Masih ada anak kecil di sini, jangan macam-macam. Ayo, tidur yang benar!"Grace mematikan lampu, memeluk Kezia, dan segera tidur. Kezia pun dengan senang hati mendekat dan masuk ke dalam pelukan Grace. Sementara itu ....Harry malah jadi merasa seperti orang yang tersisih. Padahal mereka tidur bertiga di ranjang yang sama, tetapi dia sama sekali tidak merasa keberadaannya dihargai.Dengan perasaan sedikit kesal, Harry mencoba mendekatkan t
Aryan menggeleng pelan dan ingin menegur Steven, tetapi pada akhirnya tidak mengatakan apa pun. Sang putra juga tidak akan mendengarnya."Baiklah, kita mulai saja. Semua dewan direksi senior Grup Prayogo sudah hadir di sini, begitu pula pengacara sebagai saksi. Langkah selanjutnya adalah pengalihan saham ....""Tunggu sebentar." Tiba-tiba, suara berat dan serak Harry terdengar dari luar pintu, mengejutkan semua orang.Entah apa alasannya, semua orang sedikit bergetar. Mereka menoleh ke arah pintu dan melihat Harry berjalan masuk dengan menggendong seorang anak kecil.Anak itu terlihat sangat manis. Dia memeluk boneka beruang dan memegang sebuah kue kecil dengan tangannya yang lain, mengunyahnya secara perlahan. Saat melihat Aryan di kursi utama, gadis kecil itu memiringkan kepala dan mengamatinya sejenak."Kenapa kamu ke sini?" tanya Steven sambil menatap Harry dengan sebal."Mana mungkin aku nggak datang ke acara sepenting ini? Apa Kak Steven nggak menganggapku sebagai keluarga?" bala
Setelah Titus meninggal dunia, Ellie bersikeras melahirkan Kezia dan membesarkannya sendiri. Aryan bercucuran air mata saat mendengar hal itu.Aryan tidak bisa membayangkan penderitaan sebesar apa yang sudah ditanggung Kezia. Untung saja operasinya berhasil dan anak itu baik-baik saja."Kamu mau ikut Kakek pulang dan makan di rumah, 'kan?" tanya Aryan."Oke, Papa Harry juga bilang kalau Kakek pasti akan menyiapkan banyak makanan enak untuk Kezia," sahut gadis kecil itu."Namamu Kezia, ya? Namamu bagus. Nggak perlu diubah, Kakek suka nama ini," ucap Aryan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah mungil Kezia. Dia benar-benar bahagia.Harry berkata pada Aryan, "Setidaknya 15% saham di tangan Ayah dialokasikan untuk Kak Titus. Dia sudah tiada, tapi masih ada Kezia di sini. Kezia berhak mendapat warisan saham Kak Titus.""Harry, kamu sudah bilang nggak akan berebut hak waris denganku. Jangan ingkar janji!" hardik Steven."Aku memang pernah berkata nggak menginginkan Grup Prayogo, tapi aku ngga
Pada akhirnya, rencana yang disiapkan Steven secara hati-hati masih gagal menyelamatkannya dari perangkap Harry."Sayang sekali, aku selamat. Aku akan hidup dengan baik untuk menggantikan Kak Titus," ucap Harry dengan dingin dan penuh penekanan. Matanya yang menyorot dalam dan kelam begitu menghanyutkan.Tanpa memandang Steven lebih lama, Harry langsung berjalan pergi. Pintu ruang rapat tertutup, meredam raungan frustrasi Steven di dalam.Steven sudah ditundukkan. Target berikutnya adalah Lucia.....Aryan membawa Kezia ke kediaman utama dengan penuh semangat. Dia menyiapkan banyak sekali mainan dan makanan terbaik, memanjakan gadis kecil itu dengan apa pun yang diinginkannya.Saat melihat Kezia, Aryan hanya bisa menghela napas. Perasaannya campur aduk.Alangkah baiknya jika Titus masih hidup. Hidupnya pasti akan dipenuhi kehangatan keluarga bersama istri dan putrinya."Kakek, aku jelek, ya? Kakek menangis terus sejak melihatku ...," ucap Kezia."Nggak, Kezia cantik banget, kok. Anu ..
"Akh!"Grace ingin membangunkan Harry yang ketiduran. Namun, baru saja dia mendekat, pria itu tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya. Cengkeraman Harry begitu kuat, seakan-akan hendak mematahkan tulangnya.Grace meringis kesakitan dan mencoba menarik tangannya. Hal ini langsung membangunkan Harry. Dia membuka mata dan langsung melepas cengkeramannya.Begitu melihat kilat tajam dan dingin di mata Harry, jantung Grace sontak berdebar kencang. Dia begitu ketakutan hingga terduduk lemas di lantai.Harry mengernyit. Beberapa saat kemudian, dia baru sadar telah bermimpi buruk.Harry buru-buru membantu Grace berdiri. Sikapnya kembali lembut saat dia berkata, "Kamu nggak apa-apa? Apa menakutimu, ya?"Tubuh Grace masih sedikit bergetar saat mengingat tatapan membunuh Harry tadi. Matanya menakutkan sekali, seperti mata iblis."Ka ... kamu mimpi apa barusan?" tanya Grace dengan hati-hati.Raut wajah Harry berubah muram. Bulu mata lentiknya terkulai, menutupi kesuraman di bola matanya. Harry
"Mau bertemu kamu ...." Begitu melihat situasi di dalam ruangan, reaksi pertama Joshua adalah menutup mata Kezia."Anu, maaf mengganggu ...," ucap Joshua sambil buru-buru menutup pintu.Kezia melihat Harry dan Grace berdekatan dan mulut mereka bersentuhan, lalu .... Sebelum dia sempat melihat lebih jelas, dia sudah ditarik keluar oleh pamannya."Paman, Papa Harry lapar, ya? Kenapa Papa Harry gigit Grace?" tanya Kezia."Itu ...."Joshua tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan polos keponakannya.Di dalam ruangan, wajah hingga telinga Grace sudah semerah tomat.Harry tertawa kecil dan berucap dengan nada menggoda, "Sepertinya lain kali aku harus mengunci pintu. Akan merepotkan kalau mereka tiba-tiba masuk dan melihat sesuatu yang nggak seharusnya mereka lihat.""Memalukan banget!" keluh Grace sambil menutupi wajahnya. Pipinya benar-benar merah, seakan-akan semua darah di tubuhnya mengalir ke kepala."Kita sudah tunangan, yang kita lakukan tadi normal, kok. Kamu ke kamar dulu, ak
"Aku sudah mau telat, duluan, ya!" ucap Hannah."A ... aku baru beli sarapan. Bu ... buatmu saja, kamu harus makan makanan yang bergizi setelah terluka. Mu ... mumpung masih panas ...," kata Joshua dengan terbata-bata.Tanpa menunggu pria itu selesai bicara, Hannah langsung menolak dengan tidak sabar, "Latihan bicara yang benar dulu sana, sampai jumpa."Hannah buru-buru pergi, sayangnya ... dia tetap terlambat. Dia terlambat satu menit.Sialan! Jika tahu begini akhirnya, Hannah tidak akan menunggu Joshua menyelesaikan ucapannya yang terbata-bata. Ucapkan selamat tinggal pada bonusnya bulan ini. Dia duduk di kursinya dengan jengkel, berharap bisa memukul Joshua sekarang juga.Awal dan akhir bulan adalah waktu tersibuk di departemen keuangan. Pengeluaran serta gaji ribuan karyawan perlu dihitung dan dilaporkan. Hannah disibukkan dengan pekerjaan. Pada jam makan siang, dia akhirnya bisa beristirahat dan makan di kafetaria bersama rekan kerjanya.Sejak mengetahui latar belakang Hannah, par
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa