Pada akhirnya, rencana yang disiapkan Steven secara hati-hati masih gagal menyelamatkannya dari perangkap Harry."Sayang sekali, aku selamat. Aku akan hidup dengan baik untuk menggantikan Kak Titus," ucap Harry dengan dingin dan penuh penekanan. Matanya yang menyorot dalam dan kelam begitu menghanyutkan.Tanpa memandang Steven lebih lama, Harry langsung berjalan pergi. Pintu ruang rapat tertutup, meredam raungan frustrasi Steven di dalam.Steven sudah ditundukkan. Target berikutnya adalah Lucia.....Aryan membawa Kezia ke kediaman utama dengan penuh semangat. Dia menyiapkan banyak sekali mainan dan makanan terbaik, memanjakan gadis kecil itu dengan apa pun yang diinginkannya.Saat melihat Kezia, Aryan hanya bisa menghela napas. Perasaannya campur aduk.Alangkah baiknya jika Titus masih hidup. Hidupnya pasti akan dipenuhi kehangatan keluarga bersama istri dan putrinya."Kakek, aku jelek, ya? Kakek menangis terus sejak melihatku ...," ucap Kezia."Nggak, Kezia cantik banget, kok. Anu ..
"Akh!"Grace ingin membangunkan Harry yang ketiduran. Namun, baru saja dia mendekat, pria itu tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya. Cengkeraman Harry begitu kuat, seakan-akan hendak mematahkan tulangnya.Grace meringis kesakitan dan mencoba menarik tangannya. Hal ini langsung membangunkan Harry. Dia membuka mata dan langsung melepas cengkeramannya.Begitu melihat kilat tajam dan dingin di mata Harry, jantung Grace sontak berdebar kencang. Dia begitu ketakutan hingga terduduk lemas di lantai.Harry mengernyit. Beberapa saat kemudian, dia baru sadar telah bermimpi buruk.Harry buru-buru membantu Grace berdiri. Sikapnya kembali lembut saat dia berkata, "Kamu nggak apa-apa? Apa menakutimu, ya?"Tubuh Grace masih sedikit bergetar saat mengingat tatapan membunuh Harry tadi. Matanya menakutkan sekali, seperti mata iblis."Ka ... kamu mimpi apa barusan?" tanya Grace dengan hati-hati.Raut wajah Harry berubah muram. Bulu mata lentiknya terkulai, menutupi kesuraman di bola matanya. Harry
"Mau bertemu kamu ...." Begitu melihat situasi di dalam ruangan, reaksi pertama Joshua adalah menutup mata Kezia."Anu, maaf mengganggu ...," ucap Joshua sambil buru-buru menutup pintu.Kezia melihat Harry dan Grace berdekatan dan mulut mereka bersentuhan, lalu .... Sebelum dia sempat melihat lebih jelas, dia sudah ditarik keluar oleh pamannya."Paman, Papa Harry lapar, ya? Kenapa Papa Harry gigit Grace?" tanya Kezia."Itu ...."Joshua tidak tahu harus bagaimana menanggapi pertanyaan polos keponakannya.Di dalam ruangan, wajah hingga telinga Grace sudah semerah tomat.Harry tertawa kecil dan berucap dengan nada menggoda, "Sepertinya lain kali aku harus mengunci pintu. Akan merepotkan kalau mereka tiba-tiba masuk dan melihat sesuatu yang nggak seharusnya mereka lihat.""Memalukan banget!" keluh Grace sambil menutupi wajahnya. Pipinya benar-benar merah, seakan-akan semua darah di tubuhnya mengalir ke kepala."Kita sudah tunangan, yang kita lakukan tadi normal, kok. Kamu ke kamar dulu, ak
"Aku sudah mau telat, duluan, ya!" ucap Hannah."A ... aku baru beli sarapan. Bu ... buatmu saja, kamu harus makan makanan yang bergizi setelah terluka. Mu ... mumpung masih panas ...," kata Joshua dengan terbata-bata.Tanpa menunggu pria itu selesai bicara, Hannah langsung menolak dengan tidak sabar, "Latihan bicara yang benar dulu sana, sampai jumpa."Hannah buru-buru pergi, sayangnya ... dia tetap terlambat. Dia terlambat satu menit.Sialan! Jika tahu begini akhirnya, Hannah tidak akan menunggu Joshua menyelesaikan ucapannya yang terbata-bata. Ucapkan selamat tinggal pada bonusnya bulan ini. Dia duduk di kursinya dengan jengkel, berharap bisa memukul Joshua sekarang juga.Awal dan akhir bulan adalah waktu tersibuk di departemen keuangan. Pengeluaran serta gaji ribuan karyawan perlu dihitung dan dilaporkan. Hannah disibukkan dengan pekerjaan. Pada jam makan siang, dia akhirnya bisa beristirahat dan makan di kafetaria bersama rekan kerjanya.Sejak mengetahui latar belakang Hannah, par
"Kalian berdua lumayan serasi, lho. Yang satu ganteng, yang satunya lagi cantik. Entah gimana latar belakang keluarganya. Kalau cukup baik, kamu boleh pertimbangkan untuk bersamanya," ujar si rekan kerja.Hannah menggeleng dan langsung menyanggah, "Kami nggak ada hubungan apa-apa, aku selalu tertimpa musibah setiap bertemu dengannya. Dia juga bukan tipeku. Aku paling nggak suka pria lemah dan nggak jantan sepertinya." Jika suatu hari Joshua selingkuh, dia pasti akan di posisi yang pasif."Serius? Kamu yakin kalian nggak ada hubungan apa pun? Kalau begitu, kami akan mendekatinya. Jarang banget ketemu pria tampan dan polos begini. Jangan sampai kesempatan ini terlewat!"Hannah berucap, "Silakan, nggak perlu segan padaku.""Bagus, kalau kamu mengincar dia, kami nggak akan bisa bersaing. Kurasa dia masih begitu awam dalam cinta. Lihat saja, dia malu-malu setiap melihat wanita. Dia pasti masih perjaka.""Memangnya kenapa kalau masih perjaka? Nggak masalah, aku bisa mengajarinya pelan-pelan!
Pukul 4 sore, Hannah bersiap-siap dan berangkat. Pakaian yang dia kenakan sudah kotor. Lantaran terdesak waktu, dia tidak sempat membeli pakaian baru.Hannah hanya bisa mengganti gaun putih yang dibelikan Joshua. Tidak disangka, ukurannya pas. Pilihan Joshua lumayan bagus."Demi pakaian ini, aku terpaksa memaafkanmu," gumam Hannah.Ketika berkumpul di bawah, Hannah menghela napas lega karena tidak melihat Joshua. Syukurlah dia tidak bertemu dengan pria itu. Jika tidak, dia akan sial lagi.Semua orang segera masuk ke mobil perusahaan. Namun, kepala departemen proyek malah tidak melajukan mobil. Kala ini, Joshua berlari dengan terengah-engah. Dia membeli yoghurt dan beberapa makanan.Joshua menyeka keringat di dahinya sambil berkata, "Makan ini dulu. Nanti kalian pasti nggak akan sempat makan di sana dan langsung minum alkohol sampai melukai lambung. Yoghurt bisa mengatasi efek alkohol. Bagi yang nggak bisa tahan, boleh minum untuk menjaga kesadaran.""Terima kasih, Joshua tampan!""Seja
Setelah beberapa saat, Louis yang menyadari maksud Joshua pun mempersulit keadaan. Louis berdiri dan menyodorkan gelas alkohol ke hadapan Hannah."Morgan, nggak disangka tim proyek kalian ada gadis secantik ini. Kenapa sebelumnya kamu nggak pernah ajak dia minum denganku?""Dia karyawan baru," timpal kepala departemen yang bernama Morgan. Dia terkekeh-kekeh sebelum melanjutkan, "Jangan mempersulitnya. Kita sudah berbisnis begitu lama.""Justru karena sudah berbisnis begitu lama, kita seharusnya bersenang-senang. Kalau nggak minum sampai puas, aku nggak akan keluarkan kontrak."Louis berdiri di depan Hannah. Niatnya sangat jelas.Hannah tahu bahwa dia harus minum. Bisnis ini tidak boleh gagal gara-gara dirinya. Dia berdiri sambil tersenyum santai. Sejak kecil, dia tidak pernah takut kepada siapa pun. Lagi pula, dia hanya harus minum segelas alkohol."Pak Louis, aku wanita, kamu pria. Kalau aku minum segelas, kamu harus minum tiga gelas, dong," tutur Hannah."Kamu memang pandai bicara. A
Setelah diantar pulang oleh Joshua, Hannah naik dan mandi. Dia seketika merasa sangat segar. Ketika dia sedang berbaring di kasur dan hendak tidur, ada sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.Begitu membukanya, ternyata dari nomor tidak dikenal.[ Kamu habis minum alkohol, sebaiknya tidur lebih awal. Kalau nggak mau masak sup pereda pengar, letakkan segelas air di samping tempat tidur. Kamu akan gampang haus saat malam. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian di kafetaria. Aku nggak sengaja. Maafkan aku. ]Hannah sedikit bingung. Mengapa Joshua bisa punya nomor teleponnya?Hannah tidak membalas. Dia tidak ingin terlalu dekat dengan Joshua. Akan tetapi, dia tetap turun untuk mengambil segelas air dan meletakkannya di samping tempat tidur.Mendekati hari kelulusan, Hannah meminta cuti sebulan dari manajernya untuk menyelesaikan skripsi dan sidang kelulusan.Setelah menemui dosen pembimbing, Hannah pergi menemui Grace. Grace baru menyelesaikan kelasnya dan sedang mengerjakan soal. Hanna
Harry segera memapah Joshua. Dia melihat sekujur tubuh Joshua terluka dan sudut bibirnya berdarah. Harry berujar, "Aku antar kamu ke rumah sakit."Joshua menolak, "Nggak usah, cuma luka ringan. Aku nggak apa-apa, nanti aku obati pakai telur rebus. Aku mau sekalian antar Hannah pulang. Dia lagi mabuk, takutnya dia kenapa-kenapa."Joshua merasa tidak berdaya saat melihat Hannah yang tertidur pulas. Harry mengangguk. Dia juga harus mengurus Grace dan Kezia.Harry berpesan, "Kamu telepon Juan saja kalau butuh bantuan. Aku pulang dulu. Kezia tunggu aku di rumah, aku nggak tenang.""Oh, iya. Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Joshua.Harry menjawab, "Bukan cuma Hannah yang mabuk, Grace juga sama. Aku buru-buru datang ke sini dan kebetulan melihat Hannah. Aku nggak menyangka kamu juga di sini, bahkan kamu dihajar sampai babak belur."Joshua bertanya dengan ekspresi lesu, "Apa aku begitu memalukan?"Bahkan Joshua merasa dirinya sangat memalukan. Awalnya, Joshua masih merasa dia tidak terlalu b
Joshua mengorbankan dirinya agar Hannah bisa kabur. Namun, dia tidak bisa menahan pukulan ketiga pria untuk waktu yang lama.Hannah masih bingung. Dia sama sekali tidak mengerti ucapan Joshua. Hannah bertanya, "Kenapa kamu nggak lawan mereka? Tanganmu cuma pajangan, ya?"Pandangan Hannah agak kabur. Setelah beberapa saat, dia baru melihat Joshua sama sekali tidak melawan. Joshua hanya memegang kepalanya untuk menghindari pukulan ketiga pria. Dia mendesak Hannah, "Kamu ... cepat pergi ...."Salah satu pria menyindir, "Pria lemah sepertimu masih berani menyelamatkan wanita cantik? Dasar nggak tahu diri! Wanita cantik ini nggak butuh bantuanmu, kamu nggak usah sok hebat lagi! Kami akan melepaskan kamu, cepat minggir!"Ketiga pria itu sudah puas memukul Joshua dan hendak pergi. Salah satu pria mengamati Hannah dengan ekspresi mesum. Hannah sangat cantik dan postur tubuhnya sangat bagus. Mereka bertiga merasa sangat beruntung.Salah satu pria menggoda, "Cantik, kami antar kamu pulang.""Oke
Hannah berkata, "Aku ... nggak mabuk. Aku mau pulang ...."Sopir menegur, "Kamu dengar, nggak? Wanita cantik ini nggak ada hubungannya denganmu. Kami mau pergi. Kalau kamu tahu diri, jangan halangi kami.""Aku mau lapor polisi!" sergah Joshua. Dia mengeluarkan ponsel, tetapi sopir langsung merebut ponselnya dan membantingnya ke tanah.Sopir itu juga menginjak ponsel Joshua. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan ekspresinya tampak garang. Sopir berujar, "Kamu ini benar-benar nggak tahu diri!"Sopir memerintah rekannya, "Seret dia ke sudut. Jangan terlalu heboh."Joshua membusungkan dadanya, lalu menantang, "Kalian bertiga maju sama-sama. Aku nggak takut dengan 3 pengecut seperti kalian."Joshua takut 2 pria yang lain akan membawa Hannah pergi saat dia menghadapi salah satu dari mereka. Dia tidak ingin mengambil risiko, jadi dia terpaksa menggertak mereka.Ketiga pria itu melihat satu sama lain sambil mengernyit. Mereka mengira Joshua adalah orang hebat. Ketiganya juga tidak berani m
Setelah itu, Hannah berjalan menuju pintu keluar. Baru saja melangkah ke luar, angin dingin langsung menyergapnya. Itu membuatnya pusing dan hampir kehilangan keseimbangan.Hannah berdiri di depan pintu dengan tatapan kosong. Kemudian, matanya tertuju pada tempat sampah hijau di dekat sana. Kebetulan perutnya terasa mual, seperti sedang bergolak hebat. Berhubung tidak tahan lagi, Hannah terhuyung-huyung berjalan menuju tempat sampah dan langsung muntah tanpa henti.Hannah sudah minum terlalu banyak. Sekarang, perutnya terasa sangat sakit, bahkan dia hampir memuntahkan cairan empedu. Setelah muntah cukup lama, barulah tubuhnya terasa sedikit lega. Hannah melanjutkan langkahnya, meskipun masih tidak stabil. Dalam kondisi mabuk seperti itu, dia tidak bisa membedakan mana mobil pribadi dan mana taksi. Ketika melihat sebuah mobil berhenti, dia langsung melambaikan tangannya."Pak ... aku mau pulang ...," ucap Hannah.Di dalam mobil itu, ternyata ada tiga pria. Mereka sedang menuju bar unt
Hannah membawa Grace masuk ke bar tersebut. Bar itu bukan tempat mewah, melainkan penuh dengan suasana lampu berwarna-warni. Musik bahkan diputar sangat keras hingga membuat gendang telinga mereka bergetar hebat.Di tengah ruangan, ada sebuah panggung bundar. Di atasnya, seseorang sedang menari striptis secara terang-terangan. Tarian itu berlanjut hingga si penari hanya mengenakan pakaian dalam, lalu dia mulai menampilkan gerakan tari tiang yang sensual.Grace belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Meski dia pernah bekerja paruh waktu di bar kampus, tamu-tamunya hanyalah mahasiswa yang minum bir atau koktail ringan. Situasi seperti ini benar-benar baru baginya. Itu membuat mulutnya terbuka lebar saking kagetnya."Hannah ... tempat ini nggak terlalu baik. Kalau mau minum, kita beli bir saja terus minum di rumah. Gimana?" tanya Grace dengan ragu."Nggak apa-apa, kita minum sebentar saja. Habis itu pulang," balas Hannah. Berhubung sudah masuk, dia merasa tidak ada alasan
Mendengar kata-kata Robin, sudut bibir Hannah terangkat dan membentuk senyuman pahit. Kalau begitu, kenapa dia tidak bersedia menikahinya padahal dulu Hannah pernah meminta hal tersebut? Hal-hal yang bertentangan dengan perasaan, tetap saja tidak bisa Robin lakukan. Hannah tersenyum sinis, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia berusaha agar Robin tidak menyadari kegelisahannya.Kemudian, Hannah berujar, "Kalau begitu, aku minta kamu janji satu hal padaku. Kalau sudah menemukan Lyla, bawalah dia kembali. Dulu aku nggak sempat menghadiri pernikahanmu, kali ini ... aku mau hadir.""Oke, aku akan melakukannya," balas Robin.Hannah memberi tahu, "Kalau begitu ... aku nggak ada urusan lagi. Jaga dirimu baik-baik ya.""Kamu juga harus jaga dirimu," ucap Robin.Percakapan itu berakhir dengan tergesa-gesa. Hannah memutuskan sambungan telepon. Dia pikir setelah menutup telepon, dia akan menangis sejadi-jadinya.Namun ketika Hannah meraba sudut matanya, tak ada setetes pun a
Hannah selalu dikenal sebagai orang yang tegas. Dia berbicara tanpa basa-basi dan sangat berterus terang.Melihat sikap Joshua yang lambat dan kaku, dia merasa sangat tidak nyaman. Saat Joshua diam, itu masih bisa ditoleransi. Begitu dia berbicara, itu menjadi semacam siksaan bagi Hannah.Hannah tahu cara bicaranya mungkin terdengar kasar, tetapi dia benar-benar tidak ingin bertele-tele dengannya. Lebih baik bicara terus terang saja bahwa Joshua tidak perlu terus bersikap baik padanya hanya karena insiden sebelumnya.Setelah membayar dengan kartu, Hannah langsung meninggalkan mal. Sementara itu, Joshua masih menahan kata-kata yang belum sempat dia ucapkan. Dia sebenarnya ingin memberi tahu Hannah bahwa dia hanya bersikap seperti ini padanya.Entah kenapa, melihat Hannah yang menyelamatkan orang lain dengan penuh keberanian, bahkan terluka karenanya, hatinya terasa tidak nyaman.Joshua merasa, seorang gadis tidak seharusnya begitu kuat. Bukankah lebih baik jika Hannah lebih lemah agar b
"Bu ... bukan begitu. Kamu pernah lihat dia juga .... Kami cu ... cuma rekan kerja saja," jawab Joshua yang tergagap.Mendengar itu, Hannah pun mengangguk. Tampaknya Joshua memang bukan sedang berpura-pura bodoh, melainkan benar-benar tidak paham. Kekurangan dalam kecerdasan emosional pria ini sepertinya tidak bisa diselamatkan lagi."Oke, lanjutkan saja urusanmu. Aku mau pergi jalan-jalan," ucap Hannah."Per ... perlu pesuruh gratis nggak?" tanya Joshua dengan hati-hati. Dia tahu bahwa wanita biasanya akan belanja banyak ketika jalan-jalan, pasti membutuhkan seseorang untuk bantu membawa. Joshua menambahkan, "Soalnya ... nanti aku juga akan ke vila. Aku ... aku bisa sekalian antar Grace pulang."Grace yang mendengar itu langsung mengangguk setuju. Dia membalas, "Benar juga. Dia bisa sekalian antar aku pulang. Jadi, gimana kalau kita bawa Joshua?""Jalan-jalan bawa seorang pria? Bukannya malah jadi nggak nyaman?" tanya Hannah dengan ragu."Nggak kok .... Aku janji bakal bersikap baik,
"Lumayan. Kalau dia berniat mengenal lebih dalam, aku juga nggak akan menolak. Kesanku padanya cukup baik," jawab Hannah dengan tenang.Ketika mencium aroma parfum yang asing, Hannah mencondongkan tubuh sebelum bertanya, "Kamu semprot parfum hari ini? Kenapa tubuhmu wangi?""Memangnya ada?" timpal Grace. Dia mencium tubuhnya dan mengingat sesuatu. Dia menceritakan kejadian saat bertemu dengan Joshua barusan, lalu menunjuk ke arah tempat duduk Joshua."Joshua makan bersama temannya. Aku barusan ketemu dengannya saat ke toilet, jadi aku menyapanya. Gadis itu semprot parfum. Mungkin aromanya menempel di tubuhku karena berdiri di dekatnya," jelas Grace.Hannah menoleh ke arah yang ditunjuk Grace. Terlihat Joshua dan Yoana. Dia seketika paham bahwa Yoana punya perasaan terhadap Joshua. Itu sebabnya Yoana memusuhinya.Pantas saja saat minum alkohol malam itu, Yoana begitu tidak sabar kepada Hannah. Ternyata Yoana menganggap Hannah sebagai saingan cinta."Abaikan mereka. Kita nikmati makanan