Penampilan Hannah sangat berkelas dan anggun. Riasannya yang tipis membuatnya terlihat makin sempurna."Hannah, kamu cantik sekali!" seru Grace."Aku sudah tahu tanpa kamu puji," balas Hannah."Pasangan kencanmu sudah datang belum?" tanya Grace."Itu, pria yang duduk di dekat jendela. Dia berambut cepak dan pakai kaus hitam," jawab Hannah.Grace menoleh ke arah pria itu. Punggung pria itu terlihat tegap dan berotot. Kesannya sangat gagah. Pria itu mengenakan kaus lengan pendek. Otot-otot di lengannya tampak menonjol. Jantan sekali!"Aku sudah lihat. Dia tampan nggak?" tanya Grace."Aku juga nggak tahu. Ayo, kita masuk. Nggak baik kalau terlambat," timpal Hannah. Dia menarik Grace ke dalam.Grace akhirnya melihat wajah pria itu. Garis wajahnya sangat tegas. Tatapannya juga tajam dan kuat. Parasnya lumayan tampan, hanya saja warna kulitnya sedikit gelap. Tampaknya dia sering latihan di lapangan."Siapa yang bernama Hannah?" tanya pria itu dengan sopan."Aku Hannah. Kamu Ferio, putranya P
"Lumayan. Kalau dia berniat mengenal lebih dalam, aku juga nggak akan menolak. Kesanku padanya cukup baik," jawab Hannah dengan tenang.Ketika mencium aroma parfum yang asing, Hannah mencondongkan tubuh sebelum bertanya, "Kamu semprot parfum hari ini? Kenapa tubuhmu wangi?""Memangnya ada?" timpal Grace. Dia mencium tubuhnya dan mengingat sesuatu. Dia menceritakan kejadian saat bertemu dengan Joshua barusan, lalu menunjuk ke arah tempat duduk Joshua."Joshua makan bersama temannya. Aku barusan ketemu dengannya saat ke toilet, jadi aku menyapanya. Gadis itu semprot parfum. Mungkin aromanya menempel di tubuhku karena berdiri di dekatnya," jelas Grace.Hannah menoleh ke arah yang ditunjuk Grace. Terlihat Joshua dan Yoana. Dia seketika paham bahwa Yoana punya perasaan terhadap Joshua. Itu sebabnya Yoana memusuhinya.Pantas saja saat minum alkohol malam itu, Yoana begitu tidak sabar kepada Hannah. Ternyata Yoana menganggap Hannah sebagai saingan cinta."Abaikan mereka. Kita nikmati makanan
"Bu ... bukan begitu. Kamu pernah lihat dia juga .... Kami cu ... cuma rekan kerja saja," jawab Joshua yang tergagap.Mendengar itu, Hannah pun mengangguk. Tampaknya Joshua memang bukan sedang berpura-pura bodoh, melainkan benar-benar tidak paham. Kekurangan dalam kecerdasan emosional pria ini sepertinya tidak bisa diselamatkan lagi."Oke, lanjutkan saja urusanmu. Aku mau pergi jalan-jalan," ucap Hannah."Per ... perlu pesuruh gratis nggak?" tanya Joshua dengan hati-hati. Dia tahu bahwa wanita biasanya akan belanja banyak ketika jalan-jalan, pasti membutuhkan seseorang untuk bantu membawa. Joshua menambahkan, "Soalnya ... nanti aku juga akan ke vila. Aku ... aku bisa sekalian antar Grace pulang."Grace yang mendengar itu langsung mengangguk setuju. Dia membalas, "Benar juga. Dia bisa sekalian antar aku pulang. Jadi, gimana kalau kita bawa Joshua?""Jalan-jalan bawa seorang pria? Bukannya malah jadi nggak nyaman?" tanya Hannah dengan ragu."Nggak kok .... Aku janji bakal bersikap baik,
Hannah selalu dikenal sebagai orang yang tegas. Dia berbicara tanpa basa-basi dan sangat berterus terang.Melihat sikap Joshua yang lambat dan kaku, dia merasa sangat tidak nyaman. Saat Joshua diam, itu masih bisa ditoleransi. Begitu dia berbicara, itu menjadi semacam siksaan bagi Hannah.Hannah tahu cara bicaranya mungkin terdengar kasar, tetapi dia benar-benar tidak ingin bertele-tele dengannya. Lebih baik bicara terus terang saja bahwa Joshua tidak perlu terus bersikap baik padanya hanya karena insiden sebelumnya.Setelah membayar dengan kartu, Hannah langsung meninggalkan mal. Sementara itu, Joshua masih menahan kata-kata yang belum sempat dia ucapkan. Dia sebenarnya ingin memberi tahu Hannah bahwa dia hanya bersikap seperti ini padanya.Entah kenapa, melihat Hannah yang menyelamatkan orang lain dengan penuh keberanian, bahkan terluka karenanya, hatinya terasa tidak nyaman.Joshua merasa, seorang gadis tidak seharusnya begitu kuat. Bukankah lebih baik jika Hannah lebih lemah agar b
Mendengar kata-kata Robin, sudut bibir Hannah terangkat dan membentuk senyuman pahit. Kalau begitu, kenapa dia tidak bersedia menikahinya padahal dulu Hannah pernah meminta hal tersebut? Hal-hal yang bertentangan dengan perasaan, tetap saja tidak bisa Robin lakukan. Hannah tersenyum sinis, lalu menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia berusaha agar Robin tidak menyadari kegelisahannya.Kemudian, Hannah berujar, "Kalau begitu, aku minta kamu janji satu hal padaku. Kalau sudah menemukan Lyla, bawalah dia kembali. Dulu aku nggak sempat menghadiri pernikahanmu, kali ini ... aku mau hadir.""Oke, aku akan melakukannya," balas Robin.Hannah memberi tahu, "Kalau begitu ... aku nggak ada urusan lagi. Jaga dirimu baik-baik ya.""Kamu juga harus jaga dirimu," ucap Robin.Percakapan itu berakhir dengan tergesa-gesa. Hannah memutuskan sambungan telepon. Dia pikir setelah menutup telepon, dia akan menangis sejadi-jadinya.Namun ketika Hannah meraba sudut matanya, tak ada setetes pun a
Hannah membawa Grace masuk ke bar tersebut. Bar itu bukan tempat mewah, melainkan penuh dengan suasana lampu berwarna-warni. Musik bahkan diputar sangat keras hingga membuat gendang telinga mereka bergetar hebat.Di tengah ruangan, ada sebuah panggung bundar. Di atasnya, seseorang sedang menari striptis secara terang-terangan. Tarian itu berlanjut hingga si penari hanya mengenakan pakaian dalam, lalu dia mulai menampilkan gerakan tari tiang yang sensual.Grace belum pernah melihat pemandangan seperti ini sebelumnya. Meski dia pernah bekerja paruh waktu di bar kampus, tamu-tamunya hanyalah mahasiswa yang minum bir atau koktail ringan. Situasi seperti ini benar-benar baru baginya. Itu membuat mulutnya terbuka lebar saking kagetnya."Hannah ... tempat ini nggak terlalu baik. Kalau mau minum, kita beli bir saja terus minum di rumah. Gimana?" tanya Grace dengan ragu."Nggak apa-apa, kita minum sebentar saja. Habis itu pulang," balas Hannah. Berhubung sudah masuk, dia merasa tidak ada alasan
Setelah itu, Hannah berjalan menuju pintu keluar. Baru saja melangkah ke luar, angin dingin langsung menyergapnya. Itu membuatnya pusing dan hampir kehilangan keseimbangan.Hannah berdiri di depan pintu dengan tatapan kosong. Kemudian, matanya tertuju pada tempat sampah hijau di dekat sana. Kebetulan perutnya terasa mual, seperti sedang bergolak hebat. Berhubung tidak tahan lagi, Hannah terhuyung-huyung berjalan menuju tempat sampah dan langsung muntah tanpa henti.Hannah sudah minum terlalu banyak. Sekarang, perutnya terasa sangat sakit, bahkan dia hampir memuntahkan cairan empedu. Setelah muntah cukup lama, barulah tubuhnya terasa sedikit lega. Hannah melanjutkan langkahnya, meskipun masih tidak stabil. Dalam kondisi mabuk seperti itu, dia tidak bisa membedakan mana mobil pribadi dan mana taksi. Ketika melihat sebuah mobil berhenti, dia langsung melambaikan tangannya."Pak ... aku mau pulang ...," ucap Hannah.Di dalam mobil itu, ternyata ada tiga pria. Mereka sedang menuju bar unt
Hannah berkata, "Aku ... nggak mabuk. Aku mau pulang ...."Sopir menegur, "Kamu dengar, nggak? Wanita cantik ini nggak ada hubungannya denganmu. Kami mau pergi. Kalau kamu tahu diri, jangan halangi kami.""Aku mau lapor polisi!" sergah Joshua. Dia mengeluarkan ponsel, tetapi sopir langsung merebut ponselnya dan membantingnya ke tanah.Sopir itu juga menginjak ponsel Joshua. Dia mengepalkan tangannya dengan erat dan ekspresinya tampak garang. Sopir berujar, "Kamu ini benar-benar nggak tahu diri!"Sopir memerintah rekannya, "Seret dia ke sudut. Jangan terlalu heboh."Joshua membusungkan dadanya, lalu menantang, "Kalian bertiga maju sama-sama. Aku nggak takut dengan 3 pengecut seperti kalian."Joshua takut 2 pria yang lain akan membawa Hannah pergi saat dia menghadapi salah satu dari mereka. Dia tidak ingin mengambil risiko, jadi dia terpaksa menggertak mereka.Ketiga pria itu melihat satu sama lain sambil mengernyit. Mereka mengira Joshua adalah orang hebat. Ketiganya juga tidak berani m
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa