Harry memutuskan untuk berhenti berenang. Dia menahan napas, lalu membiarkan dirinya tenggelam lebih dalam.Akhirnya, dia melihat bayangan tubuh di dasar air. Grace tampak begitu tenang seolah-olah sedang tidur. Dia berharap Grace benar-benar hanya tertidur. Dengan bersusah payah, Harry mendekat dan merengkuh Grace ke dalam pelukannya.Grace tidak boleh mati. Dia harus menyelamatkan Grace!Namun, bayangan insiden empat tahun yang lalu kembali menghantui pikirannya, membuat kepalanya terasa seolah-olah akan pecah. Dia menggenggam erat Grace dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya menekan kepalanya yang berdenyut kesakitan.'Kak Titus .... Kalau arwahmu benar-benar ada di laut ini, dulu kamu nggak biarkan aku mati di sini, sekarang juga nggak akan membiarkanku mati di sini. Aku nggak boleh mati, Grace juga nggak boleh!'Mungkin karena niatnya untuk menyelamatkan Grace begitu kuat, perlahan-lahan tubuhnya mulai bisa bergerak lebih bebas. Dia segera mempercepat gerakannya dan berenang
Harry duduk di kapal cepat sambil memeluk Grace erat-erat. Meskipun sudah diselimuti dengan pakaian tebal, tubuhnya tetap terasa sangat dingin.Hidungnya terus mencium bau anyir. Darah segar terus mengalir dari bagian belakang kepala Grace. Wajahnya tampak begitu pucat dan sekujur tubuhnya terasa begitu ringan. Grace terbaring diam di pelukan Harry dengan napas yang semakin lemah.Jantung Harry terasa seperti tercekik. Setiap kali Grace tidak mengembuskan napas, Harry juga tak berani bernapas terlalu kuat. Dia hanya berharap mereka bisa tiba di daratan secepat mungkin! Grace tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Saat mereka mencapai daratan, ambulans yang sudah dipanggil sebelumnya juga sudah tiba. Grace segera dibawa ke rumah sakit. Dia dipasangkan masker oksigen dan dilarikan ke ruang operasi dengan tergesa-gesa.Pintu ruang operasi tertutup dan lampu di luar pintu pun menyala. Harry berdiri di depan pintu dengan tubuhnya yang kaku. Air dari pakaiannya masih menetes dengan perlahan.L
Harry hanya ingin menunggu Grace kembali dengan selamat.Saat fajar menyingsing, lampu di ruang operasi akhirnya padam. Dokter keluar dengan keringat mengalir di wajahnya. Harry langsung maju dan mencengkeram tangan dokter dengan erat."Gimana keadaannya?""Saat ini pasien sangat nggak stabil dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk dipantau selama 24 jam. Kalau selama 24 jam tanda-tanda vitalnya nggak membaik ... keadaannya akan sangat kritis ...."Dokter berusaha menyampaikan kabar ini sehalus mungkin. Dia tidak berani langsung mengatakan bahwa jika tidak ada perkembangan, mereka harus bersiap untuk kemungkinan yang terburuk. Namun, saat memikirkan bahwa orang di depannya ini adalah Harry, dia buru-buru mengubah nada bicaranya."Aku nggak mau dengar jawaban yang ambigu. Aku mau jawaban pasti!" Harry yang telah menahan emosinya semalaman, kini akhirnya meledak. Kini dia telah kehilangan akal sehatnya sepenuhnya.Sepasang matanya tampak memerah, seolah-olah menunjukkan b
Harry mengenakan pakaian steril dan masuk ke ruang perawatan intensif. Grace terbaring di sana dengan mengenakan pakaian rumah sakit bergaris biru-putih dan masker oksigen. Di sampingnya, layar monitor menunjukkan grafik yang bergerak perlahan dengan suara detak jantung yang teratur.Harry duduk di samping tempat tidur, lalu meraih tangan Grace dengan hati-hati. Tangan Grace terasa sangat dingin. Grace selalu takut kedinginan. Itulah sebabnya setiap malam saat mereka tidur, Grace selalu masuk ke pelukan Harry untuk mencari kehangatan.Namun kini, Grace terbaring diam di tempat tidur. Dia tidak lagi manja seperti kucing yang suka mengganggu Harry dan meminta perhatian. Baru satu jam yang lalu, Grace masih tersenyum dan berisik dengan tingkah lakunya yang unik. Kenapa dalam waktu sesingkat ini, Grace berubah menjadi begitu tenang dan tidak tersenyum sama sekali?Harry mengulurkan tangan untuk menyibak rambut yang menutupi dahi Grace yang lembut. Wajah Grace sangat mungil, dengan pipinya
Malaikat maut berjalan ke hadapannya dan berkata, "Grace, ajalmu sudah tiba. Ayo ikut kami.""Tunggu, aku ini orang baik. Seumur hidup ini aku nggak pernah melakukan kejahatan apa pun dan selalu berbuat baik seperti membantu nenek menyeberangi jalan dan sebagainya ...."Malaikat maut bertanya, "Bantu nenek nyeberangi jalan?""Bukan itu poin utamanya. Maksudnya, bukannya seharusnya aku ke surga? Kenapa malah ke neraka?" tanya Grace."Kenapa malah jadi kamu yang mengatur tugas kami?" ucap malaikat maut dengan sinis."Benar juga.""Apa kamu masih ada keinginan yang belum terkabulkan? Bisa sampaikan sekarang, meski nggak ada gunanya juga sih."Keinginan? Grace terus berpikir apakah dia punya keinginan? Satu-satunya hal yang tidak bisa direlakannya adalah Harry. Kalau dia sudah meninggal, bagaimana dengan Harry?Grace mengira dirinya akan ketakutan hingga kedua kakinya gemetaran dan menangis tersedu-sedu saat bertemu dengan malaikat maut. Namun tak disangka, dia malah setenang itu.Jika ora
"Aku tahu kamu takut gelap. Kamu pasti takut setengah mati di bawah sana. Kalau kamu takut, tunggu aku sebentar. Sekalipun harus menghancurkan Grup J.C, aku tetap akan membuat orang itu menanggung konsekuensinya.""Setelah membalaskan dendam kakakku, aku akan langsung mencarimu. Kamu harus jalan lebih lambat. Aku takut aku nggak sempat mengejarmu.""Di kehidupan mendatang, kamu harus tetap jadi perempuan ya. Kamu harus jadi perempuan yang bodoh dan polos. Aku tetap akan mencarimu. Tapi, aku janji nggak akan melibatkanmu dalam lingkungan yang begitu rumit. Aku akan memberimu lingkungan yang tenang seperti yang kamu mau.""Maaf, semua ini salahku. Aku janji akan menebus semua kesalahanku di kehidupan mendatang."Pada akhirnya, 24 jam telah berlalu. Harry menatap jam di dinding dengan sedih. Setelah berusaha sampai sekarang, dia akhirnya tidak tahan lagi dan terduduk di lantai.Robin dan Lyla hendak memapahnya. Namun, Harry mengangkat tangannya untuk menolak, "Nggak usah."Harry menatap G
Dalam waktu kurang dari setengah jam, Harry sudah bangun. Begitu melihat Robin, dia sontak menyerbu ke arahnya."Kalau kamu masih menganggapku sebagai sahabat, sebaiknya jangan menghalangiku," ujar Harry."Ya sudah, kamu pergi saja. Biar aku yang menjaga Grace," balas Robin."Apa maksudmu?" tanya Harry."Kondisinya sudah aman dan berangsur membaik. Demamnya juga sudah reda. Tapi, masih butuh beberapa hari sebelum dia siuman," jelas Lyla yang mendorong pintu dan masuk.Begitu mendengarnya, Harry langsung menyerbu ke unit perawatan intensif tanpa sempat memakai sepatunya. Grace masih diobservasi, jadi belum dipindahkan ke bangsal. Asalkan Grace bisa siuman, Harry pun bisa tenang.Di atas ranjang, tampak Grace yang rona wajahnya sudah jauh lebih baik. Wajahnya tidak terlihat begitu merah lagi karena demamnya sudah reda. Bibirnya masih pucat, tetapi tidak sekering tadi lagi.Harry tentu senang melihat hasil ini. Dia terus duduk di samping ranjang untuk berjaga. Saat ini, Lyla datang dan be
Lyla tidak tahu apakah hasil seperti ini bagus atau tidak. Dia hanya berharap mereka semua bisa hidup dengan baik.Lyla meninggalkan unit perawatan intensif dan bertemu dengan Robin. "Aku mau cari Juan. Kalau bicara di telepon, takutnya dia nggak ngerti.""Biar kuantar," ujar Robin."Aku seharusnya ke rumahmu minggu ini, tapi malah terjadi masalah. Aku nggak bisa meninggalkan rumah sakit. Takutnya ...," ucap Lyla dengan canggung."Aku tahu kamu akan bicara begitu. Aku sudah menjelaskan semuanya kok. Paman bilang dia sudah merasa sangat puas tanpa perlu melihatmu. Dia menyuruhku mengunjungi ayahmu dulu. Setelah masalah ini beres, kamu bawa aku ke rumahmu saja," sela Robin."Ayahku mungkin agak galak," gumam Lyla."Kudengar anak perempuan seperti bunga yang dirawat dengan hati-hati. Setelah tumbuh dengan indah, mereka malah akan dibawa pergi oleh suami. Wajar kalau ayahmu galak," sahut Robin.Lyla tak kuasa menahan tawa. Sejak tadi, suasana hatinya sangat buruk. Setelah memastikan Grace
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar