Dalam waktu kurang dari setengah jam, Harry sudah bangun. Begitu melihat Robin, dia sontak menyerbu ke arahnya."Kalau kamu masih menganggapku sebagai sahabat, sebaiknya jangan menghalangiku," ujar Harry."Ya sudah, kamu pergi saja. Biar aku yang menjaga Grace," balas Robin."Apa maksudmu?" tanya Harry."Kondisinya sudah aman dan berangsur membaik. Demamnya juga sudah reda. Tapi, masih butuh beberapa hari sebelum dia siuman," jelas Lyla yang mendorong pintu dan masuk.Begitu mendengarnya, Harry langsung menyerbu ke unit perawatan intensif tanpa sempat memakai sepatunya. Grace masih diobservasi, jadi belum dipindahkan ke bangsal. Asalkan Grace bisa siuman, Harry pun bisa tenang.Di atas ranjang, tampak Grace yang rona wajahnya sudah jauh lebih baik. Wajahnya tidak terlihat begitu merah lagi karena demamnya sudah reda. Bibirnya masih pucat, tetapi tidak sekering tadi lagi.Harry tentu senang melihat hasil ini. Dia terus duduk di samping ranjang untuk berjaga. Saat ini, Lyla datang dan be
Lyla tidak tahu apakah hasil seperti ini bagus atau tidak. Dia hanya berharap mereka semua bisa hidup dengan baik.Lyla meninggalkan unit perawatan intensif dan bertemu dengan Robin. "Aku mau cari Juan. Kalau bicara di telepon, takutnya dia nggak ngerti.""Biar kuantar," ujar Robin."Aku seharusnya ke rumahmu minggu ini, tapi malah terjadi masalah. Aku nggak bisa meninggalkan rumah sakit. Takutnya ...," ucap Lyla dengan canggung."Aku tahu kamu akan bicara begitu. Aku sudah menjelaskan semuanya kok. Paman bilang dia sudah merasa sangat puas tanpa perlu melihatmu. Dia menyuruhku mengunjungi ayahmu dulu. Setelah masalah ini beres, kamu bawa aku ke rumahmu saja," sela Robin."Ayahku mungkin agak galak," gumam Lyla."Kudengar anak perempuan seperti bunga yang dirawat dengan hati-hati. Setelah tumbuh dengan indah, mereka malah akan dibawa pergi oleh suami. Wajar kalau ayahmu galak," sahut Robin.Lyla tak kuasa menahan tawa. Sejak tadi, suasana hatinya sangat buruk. Setelah memastikan Grace
Lyla tidak pernah memberinya tekanan apa pun. Wanita ini selalu mendukungnya dari belakang. Selain Lyla, Robin tidak tahu dirinya harus menikahi wanita mana lagi. Robin bisa berkorban untuk Hannah, lantas apa yang bisa dia berikan untuk Lyla yang selalu mendukungnya?"Aku ...." Suara Robin terdengar rendah. Lyla menatapnya lekat-lekat dengan jantung yang berdebar-debar."Aku nggak pintar berkata-kata. Aku takut aku mengatakan sesuatu yang kamu nggak suka. Tapi, aku sudah merenungkan pertanyaanmu. Karena sudah memilihmu dan kita akan menikah, aku pasti akan menjadi suami dan ayah yang baik.""Aku akan setia padamu dan pernikahan kita. Aku rasa, yang bisa kuberikan padamu hanya seluruh jiwa dan ragaku," jelas Robin.Begitu mendengarnya, Lyla merasa sangat terharu. Pada saat yang sama, dia merasa aneh karena Robin seolah-olah sedang menyatakan sumpah militer dan bukan mengungkapkan perasaannya."Sebenarnya kamu setia padaku atau cuma ingin menjalankan kewajiban? Aku nggak ingin jawaban ya
Grace dan Harry sama-sama orang yang keras kepala. Mereka tidak akan melepaskan orang yang mereka cintai dan hanya akan jatuh makin dalam.Hannah tahu dirinya tidak akan bisa membujuk mereka. Hanya saja, dia merasa tidak tega melihat Grace seperti ini."Sebenarnya ada bagusnya kalau dia agak bodoh. Dia bisa melupakan masalah dengan cepat. Dia sekarat hari ini, tapi sudah bisa aktif besok. Ini bukan hal yang buruk.""Dulu aku merasa dia bodoh, jadi selalu membantu dan melindunginya. Sekarang sudah waktunya kamu yang melakukan semua itu. Dia takut sakit, takut gelap, takut lapar, dan takut kesepian.""Kadang dia suka menangis dan merajuk, tapi mudah saja dibujuk. Kamu cukup memberinya permen. Harry, kamu harus memperlakukannya dengan baik. Aku tahu kamu meremehkan statusku. Anggap saja aku memohon kepadamu sebagai adik Robin," pinta Hannah.Hannah merasa sedih melihat situasi Grace. Grace yang begitu lugu malah terlibat dalam lingkungan yang begitu rumit dan menolak untuk melepaskan diri
Grace menghela napas lega. Dia bertanya dengan suara serak, "Ini ... mimpi atau kenyataan?""Kenyataan. Kamu sudah siuman, aku ada di sisimu!" sahut Harry dengan gembira."Berarti rasa laparku juga nyata. Aku boleh makan sesuatu nggak? Aku juga mau minum," ujar Grace.Selama koma, Grace diinfus dan tidak merasakan apa-apa. Begitu bangun, perutnya terasa sangat kosong.Harry merasa lega mendengar Grace berbicara seperti itu. Wanita yang dicintainya akhirnya kembali. Karena baru siuman, Grace belum boleh sembarangan makan. Harry menyiapkan bubur untuknya.Begitu mencium aroma bubur, Grace langsung merasa makin lapar. Perutnya sampai keroncongan. Harry sampai tidak tahu harus merasa kesal atau lucu melihatnya.Grace menjulurkan tangannya dengan terburu-buru. Ketika hendak mengambil mangkuk bubur, tangannya tiba-tiba ditepuk oleh Harry. "Aduh ....""Biar kusuapi. Kamu diam di tempat," ujar Harry sambil membantu Grace duduk di ranjang.Kepala Grace masih diperban. Dia bisa merasakan sakit d
"Kamu begitu memercayaiku, tapi aku tetap terlambat. Aku memang berengsek." Harry masih menyalahkan diri sendiri. Dia menjulurkan tangannya untuk mengelus wajah mungil Grace yang tampak lebih tirus dari biasanya.Grace menatap mata Harry yang mendalam, merasa dirinya begitu lemah di hadapan Harry. Akan tetapi, hanya ada dirinya di mata Harry."Kuharap ... kamu baik-baik saja untuk selamanya. Biar aku yang terkena masalah," ujar Grace."Jangan bicara sembarangan. Aku pria. Aku yang harus melindungimu dari apa pun," balas Harry."Tapi, aku nggak keberatan kok," ucap Grace dengan tegas sambil menunduk sedikit. Harry menatap Grace lekat-lekat, merasa hatinya dipenuhi kehangatan."Kamu sangat kuat. Kamu pasti bisa bertahan kalau aku kenapa-napa. Sementara itu, aku lemah. Aku pasti kalang kabut kalau kamu kenapa-napa. Aku cuma bisa memohon pada orang dan dewa. Aku nggak bisa menahan pukulan sebesar itu. Lebih baik badanku yang sakit daripada hatiku ...."Sebelum Grace selesai berbicara, Harr
Merusak suasana saja ...."Di otakmu cuma ada makanan ya? Kamu nggak peduli padaku?" tegur Harry."Kamu juga makanan di mataku," sahut Grace."Oh ya?""Ya! Kamu sangat menggiurkan! Tapi, aku nggak bisa melihatmu kalau kamu memelukku. Lebih baik biarkan aku makan sambil memandangmu. Begini baru benar.""Otakmu memang dipenuhi ide busuk."Harry tersenyum lebar sambil menatap wajah mungil Grace. Dalam hatinya, dia bertekad akan membawa Grace pergi setelah membalaskan dendam kakaknya.Mereka akan pergi ke tempat yang Grace sukai dan melewati kehidupan yang diinginkannya. Dulu Harry mengejar keuntungan, tetapi sekarang dia hanya ingin mengejar cintanya.Grace diopname selama 10 hari. Semua orang datang menjenguknya, termasuk anggota Keluarga Lugiman. Kali ini, Viktor bersikap lebih lembut padanya, seolah-olah tidak pernah terjadi masalah di ruang rias.Grace tahu ayahnya ini hanya bersandiwara, tetapi tidak menyangka sandiwaranya akan begitu luar biasa. Grace tetap bersikap tenang seperti b
Hari ini, Grace akhirnya keluar dari rumah sakit. Namun, dia merasa tidak senang.Harry datang menjemputnya. Pemulihan Grace sangat bagus. Jahitan di belakang kepalanya sudah dilepas. Jika ditutup dengan rambut, bekas jahitannya tidak akan terlihat. Luka-lukanya juga sudah membaik, kecuali memar di beberapa bagian tubuh.Dokter menyarankan Grace untuk diopname beberapa hari lagi, tetapi Grace tidak suka suasana di rumah sakit. Dia merengek supaya dipulangkan.Ketika melihat Grace murung, Harry ingin menepuk kepalanya, tetapi khawatir gadis ini kesakitan. Harry pun menurunkan tangannya dan bertanya, "Kenapa murung begini? Bukannya kamu yang mau pulang?""Aku tentu senang karena sudah bisa pulang. Tapi, cuma tersisa belasan hari sebelum ujian. Aku ketinggalan banyak pelajaran. Gimana ini?" keluh Grace.Kemudian, Grace menatap Harry dengan tatapan penuh harap sambil memelas, "Bos, tolong ajariku aku ya? Kamu guru yang hebat. Sebagai muridmu, aku pasti bisa sehebat kamu.""Masa? Aku takut
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar