"Kak Ellie?"Wanita ini adalah pacar Titus? Mereka berdua hampir melangkah ke pelaminan, tetapi akhirnya harus berpisah selamanya. Harry benar-benar mengakui status "kakak ipar kedua" ini dari lubuk hatinya. Jadi, tentu saja Grace juga harus menghormatinya."Kak Ellie ...." Grace buru-buru membenarkan posisi duduknya, seolah-olah sedang menemui orang tua pasangan."Harry, nggak kusangka kamu seberuntung itu bisa dapat istri secantik ini. Pertemuan pertama kita malah begini, rasanya agak memalukan. Namaku Ellie, panggil saja Kak Ellie.""Aku cari Harry karena ingin minta bantuannya untuk tangani sebuah bisnis yang rumit. Bisnis ini sangat penting bagi Keluarga Wongso. Kamu juga boleh ikut datang bersamanya. Aku harus siapkan hadiah pertemuan untukmu."Grace berkata, "Hah? Aku nggak usah ikutan lagi. Lagi pula, aku nggak fasih bicara bahasa Yusala. Harry ke sana karena mau kerja, untuk apa aku ikut ke sana? Aku juga masih harus ke kampus.""Harry, gimana menurutmu?" tanya Ellie."Kapan k
"Ya, ya. Aku yang takut padamu." Hati Harry dipenuhi kehangatan. Dia mendekapkan Grace ke pelukannya.Harry akan naik pesawat malam hari ini. Grace pun membantunya berkemas. Grace tentu merasa enggan ditinggalkan Harry.Grace mengantar Harry ke bandara. Sebelum memasuki terminal keberangkatan, Harry berkata kepada Grace, "Aku pergi dulu. Jangan lupa menghubungiku nanti. Aku nggak akan bawa Juan kali ini. Dia akan menjagamu di sini.""Sebentar!" Grace mengepalkan tangannya dan memberanikan diri untuk berjinjit dan mengecup bibir Harry. Seketika, wajah Grace memerah."Ini adalah bukti kalau kamu milikku. Aku tahu ada banyak wanita seksi di luar negeri. Tapi, kamu punya calon istri yang menunggumu pulang. Paham?" pesan Grace dengan serius.Sebagai wanita, Grace harus memperingatkan tunangannya untuk tidak bertindak nakal di luar negeri. Harry pun merasa lucu melihat tingkahnya. Harry juga tidak ingin meninggalkan Grace. Dia ingin sekali membawa gadis ini pergi bersamanya."Aku paham." Har
"Kak Dennis," sapa Grace. Dia agak takut untuk melihat mata Dennis. Grace khawatir bahwa Dennis pergi karena dirinya.Namun, Dennis malah terlihat sangat tenang. Dia bertanya seraya tersenyum, "Kenapa tampangmu sedih sekali? Ada yang menindasmu?""Nggak ada," bantah Grace segera.Dennis berucap, "Hannah, kamu masuk dulu. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan dengan Grace.""Oke, aku akan menunggu kalian di dalam," balas Hannah.Setelah itu, Dennis membawa Grace masuk ke hotel. Di lantai dua hotel, ada sebuah restoran. Dikabarkan bahwa koki pastri di sini sangat hebat dan makanannya enak.Dennis tahu bahwa dia menyukai makanan seperti ini, jadi memilih beberapa yang terlihat cantik dan menaruhnya di depan Grace."Cobalah, rasanya enak," ujar Dennis.Grace membalas, "Makasih, Kak Dennis."Dennis memberi tahu, "Begitu teringat bahwa kita nggak akan bertemu selama setengah tahun ke depan, aku cukup nggak rela.""Tapi demi masa depanku sendiri dan juga untuk mengambil alih seluruh Keluarg
Grace ingin membuka jendela untuk menghirup udara segar, tetapi semua jendela terkunci. Dia bertanya, "Nggak buka jendela?""Cuacanya dingin, nyalakan AC saja." Suara sedikit serak terdengar dari depan, disertai beberapa kali batuk. Sepertinya Juan sudah menunggu cukup lama, jadi merasa tidak enak badan.Grace berujar, "Sebenarnya kamu nggak perlu menungguku, tapi Harry malah bersikeras. Nantinya, aku akan minta Harry menaikkan gajimu. Kalau nggak, itu nggak adil untukmu!"Usai Grace berkata begitu, suasana di dalam mobil menjadi sunyi. Malam ini, atmosfer terasa sangat berat. Kelopak matanya juga mulai bergetar tak nyaman.Juan bersikap sangat dingin malam ini. Dia tidak banyak bicara sehingga Grace seolah-olah sedang mengobrol sendirian dengan canggung.Grace pun bertanya, "Juan ... kenapa rasanya kamu berbeda malam ini?"Orang di depan tetap tidak menjawab. Grace merasa sangat cemas. Jendela mobil mereka hanya satu arah. Bisa melihat keluar, tetapi tidak bisa melihat ke dalam.Mobil
Sopir melewati garis kuning dan berbalik arah. Tidak disangka, di belakang masih ada sebuah mobil Porsche Cayenne yang mengejarnya. Sopir baru paham mereka bukan mengincarnya, melainkan Grace."Berengsek, benar-benar sial. Ternyata kamu diincar banyak orang. Kalian cukup hebat!" ujar sopir. Dia menghentikan mobilnya di tepi jalan, lalu membuka pintu dan membentak, "Cepat turun!"Grace merasa pusing dari tadi. Darah yang mengalir dari dahi masuk ke matanya sehingga pandangannya menjadi kabur. Grace merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Grace menarik gagang pintu, lalu terjatuh dari mobil. Dia ingin kabur. Grace tidak tahu orang yang mengejarnya adalah musuh atau teman. Dia harus melindungi dirinya.Grace menyeka darah di wajahnya dan segera berlari ke depan. Namun, mobil MPV tersebut berhenti. Beberapa pria kekar turun dari mobil.Tak lama kemudian, Grace ditangkap. Dia tidak mampu bertahan lagi. Darah di dahinya terus mengalir. Grace merasa kedinginan karena kehabisan banyak darah.Grac
Grace berucap, "Kemungkinan jatuh di mobil itu."Dennis menimpali, "Nggak masalah. Aku suruh orang belikan ponsel baru untukmu. Ibuku suruh kamu makan. Kita turun sama-sama."Grace bertanya, "Apa aku boleh menelepon Juan untuk memberinya kabar?"Seharusnya Grace turun ke lantai bawah untuk berterima kasih kepada ibu Dennis. Bagaimanapun, ibu Dennis telah menyelamatkannya. Grace tidak mungkin melupakannya.Dennis memberikan ponselnya kepada Grace, lalu Grace menelepon Juan. Dia pun tahu kejadian semalam.Ternyata, semalam Juan terus berjaga di depan pintu hotel. Kemudian, dia melihat seseorang keluar dari hotel. Orang itu memakai baju yang sama dengan Grace, bahkan postur tubuh mereka hampir mirip.Juan tidak melihat orang itu dengan jelas karena gelap. Dia mengira orang itu adalah Grace. Juan terus memanggil orang itu, tetapi dia tidak menyahut.Juan khawatir Grace ditindas di perjamuan. Jadi, Juan segera mengejar orang tersebut. Siapa sangka, dia dipukul hingga pingsan saat berlari sa
Dennis menarik kursi untuk Grace, lalu Grace tersenyum kepada Dennis dan duduk. Grace merasa agak canggung karena ini bukan rumahnya.Saat makan, Jimmy terus mengambilkan sayur untuk Felicia sambil berujar, "Sayang, ini semua makanan kesukaanmu. Makan lebih banyak. Belakangan ini kamu agak kurus karena sibuk syuting iklan."Jimmy tidak peduli dengan keberadaan Dennis dan Grace. Dia tetap bermesraan dengan istrinya. Dennis tersenyum. Dia sudah terbiasa.Jimmy dikenal sebagai suami yang selalu menuruti istrinya, baik di dalam rumah ataupun di luar. Bahkan, orang-orang mengatakan Jimmy adalah suami idaman para wanita.Jimmy punya prinsip. Perintah istri harus didengar, suami harus ikut ke mana pun istri pergi, dan istri tidak boleh disalahkan.Selain itu, suami harus rela menghabiskan uang untuk istri, selalu sabar menunggu istri berdandan, tidak pernah lupa dengan hari ulang tahun istri, dan tetap terima saat dimarahi istri.Felicia yang merasa tidak berdaya berkomentar, "Ada anak-anak d
"Kamu terlalu nggak percaya kepada Dennis. Dia begitu patuh, pasti ...," ujar Jimmy. Dia masih ingin membela Dennis.Namun, Felicia yang gusar menyela, "Dennis itu anakku. Kamu nggak tahu dia begitu keras kepala. Sudah jelas dia ...."Felicia tiba-tiba berhenti bicara. Akhirnya, dia berucap dengan ekspresi lesu, "Sudahlah. Aku cuma bisa bantu dia sekali lagi."Felicia berpesan, "Hanya saja, kamu jangan selidiki kejadian semalam lagi. Takutnya kita akan terlibat kalau tahu terlalu banyak. Ini masalah keluarga Harry, jangan ikut campur. Paham, nggak?"Jimmy menyahut, "Aku paham. Aku akan menuruti semua perintah istriku, jangan marah lagi. Bagaimanapun, Dennis itu anak kita. Nggak mungkin kita mengabaikannya.""Anak ini selalu buat aku khawatir," omel Felicia. Kemudian, dia memejamkan matanya. Mimpi buruk memenuhi benaknya.Kepala Felicia terasa sangat sakit. Akan tetapi, Jimmy sangat pandai memijat sehingga Felicia merasa nyaman. Rasa sakit di kepalanya perlahan mereda.Felicia bersandar
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har
"Menurutmu, kenapa dia sangat menggemaskan? Dia sangat cantik saat marah, bersikap manja, dan percaya diri," tanya Harry."Um ...." Juan merasa frustrasi. Bisakah dia menolak menyaksikan kemesraan Harry dan Grace?....Setelah malam ini, Grace seperti orang yang berbeda. Dia tidak rakus dan menonton drama lagi. Hannah mengajaknya bermain gim saat malam, tetapi Grace menolaknya dengan tegas. Kesehariannya makin sibuk, entah mencoba resep baru di dapur atau mengerjakan tugas kuliahnya.Grace juga tidak meminta Harry membantunya memilih soal-soal latihan. Dia sudah tahu materi mana yang sesuai untuknya. Kali ini, dia benar-benar berencana untuk mengikuti ujian sertifikasi akuntansi, bukan sekadar bicara.Grace mulai belajar setiap pagi dan malam. Peningkatan nilainya memang sedikit, tetapi masih bisa terlihat ada kemajuan.Harry sangat tidak tega. Dia ingin Grace menjadi diri sendiri dengan bahagia tanpa harus melakukan segalanya dengan sempurna. Sayangnya, Grace malah menolak.Grace dudu
"Hah?" Grace menatap Harry dengan heran. "Harry, sejak kapan kamu pintar bicara omong kosong? Kamu bilang mencintaimu adalah sikap yang baik?"Harry berseru, "Kesatuan antara suami istri dan kerukunan keluarga nggak patut dijunjung tinggi?""Hah?" Grace tidak bisa berkata-kata."Jadi, mencintaiku bukan norma budaya dan nggak perlu dipertahankan?" tanya Harry.Grace terdiam. Dia menjadi jengkel karena tidak bisa membantah. Dia berkata, "Aku nggak bisa menang debat denganmu.""Aku berkata apa adanya, tentu saja kamu nggak bisa menang," ucap Harry sambil tersenyum. Dia menarik selembar tisu untuk mengelap mulut Grace.Grace sudah makan banyak di malam hari, tetapi sistem pencernaannya sangat bagus sehingga dia lapar lagi sekarang. Begitu Grace selesai makan, tak disangka bos membawakan seporsi pangsit goreng lagi. Bos tersenyum saat berkata, "Ini sisa hari ini, aku sudah mau tutup toko. Isinya sawi, enak banget. Coba kalian makan.""Bisnismu bisa bangkrut kalau jualan begini!" seru Grace
Grace membuka aplikasi itu karena penasaran. Periode menstruasi yang tercatat di aplikasi itu sangat familier. Bukankah ... itu periode menstruasinya? Selain banyak atau sedikit jumlah darah, yang lain tercatat lengkap. Ada juga catatan tentang pola makan dan tidur, suasana hati, dan intentitas olahraga.Grace ceroboh. Dia sering kali lupa dengan siklus mentruasinya. Namun, entah mengapa, selalu ada pembalut dalam tas Grace ketika akan datang bulan. Grace mengira itu sisa dari persediaan sebelumnya yang belum habis terpakai. Jika dipikirkan lagi sekarang, jangan-jangan Harry yang menyiapkannya?Grace bertanya, "Kamu ... kamu catat semua?""Sejak kamu tiba-tiba datang bulan saat pergi ke taman hiburan waktu itu, aku selalu catat. Aplikasi ini praktis banget. Aku akan suruh Grup J.C investasi lain kali," jawab Harry.Grace tidak bisa berkata-kata. Orang kaya memang berbeda. Investasi hanya masalah sepele baginya. Grace mengecek ponsel Harry sekilas dan mengembalikannya, tetapi tidak Har
Tak lama kemudian, mereka tiba di Kedai Pangsit Maman. Bisnisnya sangat ramai, bahkan masih ada antrean di larut malam. Orang yang mengantre di depan mengatakan toko itu akan buka sampai jam setengah satu subuh, barulah mulai ditutup.Grace takjub atas keramaian toko itu. Dia bertanya, "Harry, bisa nggak aku buka toko makanan juga nanti?""Kamu hanya bisa jadi staf. Ada ujian untuk bisa jadi bos," jawab Harry.Grace menyahut, "Oke. Aku pasti lulus."Sesaat kemudian, sudah giliran mereka. Bos memiliki kesan yang mendalam terhadap Harry. Hanya Harry yang memakai setelan jas rapi. Dilihat dari gerak-geriknya, Harry jelas bukan orang biasa. Harry memiliki aura yang mulia dan menonjol di antara yang lain, sulit untuk dilupakan."Kamu datang lagi?" sapa bos dengan sopan dan ramah. Dia adalah seorang pria paruh baya.Harry menjawab, "Ya, bawa pacarku ke sini. Dia suka sekali dengan pangsit goreng kalian.""Benar, benar. Pangsit gorengmu enak banget. Kulitnya tipis, dagingnya banyak. Luarnya g
"Sepertinya ... memang begitu," ucap Grace. Grace berusaha keras mengingat kembali, memang seperti itu. "Lalu ... kali ini gimana? Kalian berpelukan tadi!" kata Grace dengan jengkel."Aku tahu kamu sedang sembunyi. Aku tunggu kamu ambil tindakan. Mana tahu kamu membiarkanku tunggu begitu lama. Aku hampir pingsan karena parfumnya," ujar Harry dengan ekspresi polos sambil menggelengkan kepala.Grace bertanya, "Kamu tahu aku akan ambil tindakan?""Kalau nggak, awas kamu habis pulang," kata Harry dengan nada dingin. Berbeda dengan sikap yang lembut tadi, Harry mengernyit dan mata rampingnya menjadi lebih gelap. "Aku tahu kamu nggak peka. Kalau kamu masih nggak ambil tindakan di saat ini, kamu bukan peka, tapi nggak cinta aku. Menurutmu, kamu pantas mati nggak?" ucap Harry dengan suara dingin dan tegas yang mengguncang hati orang.Benar .... Bagaimana mungkin Grace tidak mengambil tindakan? Harry adalah pria yang dia putuskan untuk menghabiskan waktu bersama selama sisa hidup. Sekalipun
Grace meneguk segelas air lemon tanpa sungkan."Lemonnya segar, baru diperas oleh pelayan tadi. Bisa isi ulang terus," kata Harry dengan suara lembut. Grace-lah yang memberitahunya bahwa minuman gratis juga bisa terasa lezat. Dulu, Harry yang angkuh tidak pernah memperhatikan hal-hal kecil seperti itu. Sekarang, karena Grace, Harry merasa ada banyak hal yang dapat memicu rasa kebahagiaan.Usai minum, Grace menoleh pada Harry dengan marah. Setelah menuntaskan masalah dengan Sherline, sekarang giliran pria bajingan ini.Grace berucap, "Harry, aku kira aku sudah memahamimu dengan sangat baik setelah sekian lama kita bersama. Tapi, sekarang aku baru sadar aku terlalu naif."Grace melanjutkan, "Kalau kamu nggak suka aku atau ingin mencari wanita lain di luar, kamu bisa beri tahu aku. Nggak perlu pura-pura marah dan bilang akan menungguku dua tahun. Kamu nggak merasa kamu munafik? Sudah beri janji, tapi nggak ditepati. Mending nggak usah beri janji!"Grace meneruskan, "Malam ini, kita bicar