Dennis menarik kursi untuk Grace, lalu Grace tersenyum kepada Dennis dan duduk. Grace merasa agak canggung karena ini bukan rumahnya.Saat makan, Jimmy terus mengambilkan sayur untuk Felicia sambil berujar, "Sayang, ini semua makanan kesukaanmu. Makan lebih banyak. Belakangan ini kamu agak kurus karena sibuk syuting iklan."Jimmy tidak peduli dengan keberadaan Dennis dan Grace. Dia tetap bermesraan dengan istrinya. Dennis tersenyum. Dia sudah terbiasa.Jimmy dikenal sebagai suami yang selalu menuruti istrinya, baik di dalam rumah ataupun di luar. Bahkan, orang-orang mengatakan Jimmy adalah suami idaman para wanita.Jimmy punya prinsip. Perintah istri harus didengar, suami harus ikut ke mana pun istri pergi, dan istri tidak boleh disalahkan.Selain itu, suami harus rela menghabiskan uang untuk istri, selalu sabar menunggu istri berdandan, tidak pernah lupa dengan hari ulang tahun istri, dan tetap terima saat dimarahi istri.Felicia yang merasa tidak berdaya berkomentar, "Ada anak-anak d
"Kamu terlalu nggak percaya kepada Dennis. Dia begitu patuh, pasti ...," ujar Jimmy. Dia masih ingin membela Dennis.Namun, Felicia yang gusar menyela, "Dennis itu anakku. Kamu nggak tahu dia begitu keras kepala. Sudah jelas dia ...."Felicia tiba-tiba berhenti bicara. Akhirnya, dia berucap dengan ekspresi lesu, "Sudahlah. Aku cuma bisa bantu dia sekali lagi."Felicia berpesan, "Hanya saja, kamu jangan selidiki kejadian semalam lagi. Takutnya kita akan terlibat kalau tahu terlalu banyak. Ini masalah keluarga Harry, jangan ikut campur. Paham, nggak?"Jimmy menyahut, "Aku paham. Aku akan menuruti semua perintah istriku, jangan marah lagi. Bagaimanapun, Dennis itu anak kita. Nggak mungkin kita mengabaikannya.""Anak ini selalu buat aku khawatir," omel Felicia. Kemudian, dia memejamkan matanya. Mimpi buruk memenuhi benaknya.Kepala Felicia terasa sangat sakit. Akan tetapi, Jimmy sangat pandai memijat sehingga Felicia merasa nyaman. Rasa sakit di kepalanya perlahan mereda.Felicia bersandar
Semalam Grace ketakutan. Pagi harinya, dia juga demam. Setelah minum obat, Grace pun beristirahat.Tidak disangka, rumor beredar sesudah Grace bangun. Grace menjadi berita utama! Ada reporter memotret Felicia yang membawa Grace pulang. Bahkan, ada foto Dennis yang keluar bersama Grace pada pagi hari.Berita menuliskan bahwa Grace dan Dennis sudah tinggal bersama. Grace juga telah menemui orang tua Dennis. Mereka berdua diberitakan sudah diam-diam berpacaran sejak lama.Bahkan, ada yang mengekspos foto di universitas saat Grace dan Dennis berpelukan di tepi Danau Lunar. Ada yang melihat mereka berciuman.Bukti dari foto-foto yang tersebar benar-benar meyakinkan. Ada netizen yang menghujat, ada juga yang mendukung.Mereka mengatakan Grace dan Dennis adalah pasangan serasi di universitas. Sekarang, hubungan keduanya makin serius. Bahkan, Grace sudah menemui orang tua Dennis.Grace merasa pusing. Dia segera menelepon Dennis. Sementara itu, Dennis juga panik. Dia sedang membereskan masalah
"Bu, kamu ...," kata Dennis. Dia kesulitan memilih. Dennis tidak ingin pergi ke luar negeri karena tidak bisa melihat Grace lagi. Dia bahkan kehilangan kesempatan untuk mengamati Grace dari jauh.Kalau tidak pergi ke luar negeri, Dennis akan menjadi orang yang tidak tahu malu. Hal ini bertentangan dengan prinsipnya. Dennis juga tidak bisa terima. Apa dia benar-benar harus memilih?Felicia dan Dennis bersitegang. Jimmy juga panik, tetapi dia tetap membela Felicia. Tentu saja istri lebih penting dari anak!Jimmy membujuk, "Dennis, kamu turuti saja ibumu. Dia berbuat begini demi kamu. Semalam ibumu balapan mobil, itu sangat berbahaya. Apa kamu nggak bisa memahami orang tuamu?"Begitu Jimmy selesai bicara, Dennis langsung berucap dengan tegas, "Aku pergi ke luar negeri."Felicia bertanya sembari mengernyit, "Kamu yakin?"Dennis menjawab, "Iya, aku yakin. Aku mau memenangkan hati orang yang kusukai dengan cara yang jujur. Aku rela mengorbankan diriku sendiri, tapi aku nggak mau sakiti dia."
Jimmy menghibur putranya, "Ayo kita ke ruang kerjaku. Aku diam-diam menyimpan setengah botol anggur yang bagus. Kita minum-minum."Kemudian, mereka pergi ke dapur, lalu Dennis mengeluarkan botol anggur yang disembunyikan di rak. Dennis berkomentar, "Ternyata Ayah diam-diam menyimpan anggur tanpa sepengetahuan Ibu?"Jimmy menimpali, "Psst. Aku melakukannya demi kamu. Coba cicipi, anggur bisa menghilangkan stres."Mereka berdua bersulang. Dennis berujar, "Ayah, kenapa aku nggak mirip kamu? Dulu kamu begitu berani waktu mengejar ibuku.""Padahal aku sering melihat bagaimana kamu memperlakukan ibuku. Tapi, aku nggak berhasil mempelajari apa pun darimu. Aku langsung gagal mengejar wanita pertama kali," lanjut Dennis dengan ekspresi lesu.Jimmy menanggapi, "Hais, kamu mirip ibumu. Ini salahku karena nggak menurunkan gen yang bagus untukmu. Tapi, ada satu hal yang mirip denganku."Jimmy meneruskan, "Kamu sangat teguh saat menyukai seseorang. Kamu nggak takut sakit dan pantang mundur. Walaupun
"Lihat berita! Ada postingan terbaru dari Felicia!" Semua orang langsung buru-buru mengecek ponsel mereka. Felicia mengunggah sebuah video untuk menjelaskan tentang kebersamaan Grace dan Dennis."Aku tahu semua orang sangat memperhatikan masalah ini. Aku juga nggak nyangka akan membuat kehebohan sebesar ini dengan mengundang Grace untuk makan dan mengakuinya sebagai anak angkat. Tapi, aku berharap jangan ada lagi yang terus mempermasalahkan hal ini.""Masalahnya sebenarnya sangat simple. Aku suka dengan gadis ini dan ingin dekat dengannya, makanya aku mengundangnya untuk bertamu. Sekarang ini dia sudah jadi putri angkatku. Kalau ada yang kurang dimengerti, bisa tanyakan aku. Jangan ganggu dia.""Selain itu, kalau ada yang sengaja berniat untuk melukai putri angkatku, aku juga nggak akan diam begitu saja. Semoga kalian bisa memberi kami ruang untuk privasi. Terima kasih."Semua orang berseru kaget. Tak disangka, ternyata Dennis dan Grace tidak berpacaran. Ternyata tadi malam mereka perg
"Begitu ya, aku mengerti sekarang," jawab Hannah sambil menunduk. Dennis tidak mengatakan apa pun lagi dan pergi begitu saja.Dennis tiba di ruang tunggu bandara, menunggu hingga detik terakhir. Ketika pengumuman terus-menerus mengingatkan, barulah akhirnya dia mulai beranjak. Tepat pada saat itu, teleponnya berdering. Panggilan dari nomor tak dikenal.Dennis ragu sejenak, lalu mengangkatnya. Dari seberang, terdengar suara yang sangat rendah dan serak."Aku tahu kamu nggak ingin meninggalkan ibu kota karena ada wanita yang kamu cintai di sini. Aku bisa membantumu mendapatkannya!""Siapa kamu?!" Dennis mengerutkan dahinya dengan tajam. Siapa yang berani bicara dengan seyakin itu?"Kamu nggak perlu tahu siapa aku. Kamu cuma perlu tahu bahwa aku sedang membantumu dengan sepenuh hati." Suara itu terdengar sangat menyeramkan bagaikan iblis. Mendengar hal itu, Dennis mengernyit dengan lebih dalam lagi."Aku tahu kamu nggak ingin pergi. Kalau kamu mau, aku bisa membantumu tetap di sini dan me
Kalau mereka tahu bahwa dia adalah tunangan Harry, bukankah pintu kamarnya akan semakin sering didatangi sampai rusak?Ketika pulang sekolah malam itu, Grace mendapat telepon yang mengejutkan dari ayahnya, Viktor, yang memintanya pulang untuk makan malam. Biasanya Viktor tidak peduli pada Grace, lalu kenapa tiba-tiba sekarang mengundangnya pulang untuk makan malam?Juan awalnya ingin mengantarnya, tetapi Grace menolak. Juan juga memiliki pekerjaannya sendiri, tetapi sering kali terhambat karena harus menemaninya.Lagi pula, Grace hanya pulang ke rumah. Selain itu, ayahnya juga tahu tentang hubungannya dengan Harry, jadi dia tidak akan berani berbuat macam-macam pada Grace. Malah mungkin, dia akan mencoba menjilat Grace untuk mencari keuntungan.Grace akhirnya pulang ke rumah sendirian. Begitu masuk, dia langsung mencium aroma yang menggugah selera. Hidung Grace sangat peka. Dia langsung tahu bahwa itu adalah makanan kesukaannya.Sejak kecil, makanan mereka selalu disesuaikan dengan sel
Telepon segera tersambung. Suara di ujung sana adalah milik Harry. Rasanya sungguh melegakan bisa langsung menghubunginya.Hannah memberi tahu, "Ha ... Harry, sesuatu terjadi pada Kezia. Ada sekelompok orang yang membawanya pergi. Tapi, kurasa mereka nggak akan melukainya. Mereka bahkan melepaskan aku dan Joshua.""Aku mengerti. Aku bakal suruh Juan segera mengurus ini," balas Harry. Suara pria itu sangat tenang dan dalam, hampir tanpa emosi.Hannah yang sedang cemas tak memperhatikan ketenangan yang terlalu mencolok itu. Dia hanya merasa sedikit lega setelah menutup telepon.Sementara itu, di kota tua.Harry dan Grace sudah tiba. Dua jam sebelumnya, Jimmy telah menelepon untuk memberitahunya bahwa semuanya mulai berjalan sesuai rencana. Orang-orang yang bertindak kali ini bukanlah orang-orang Steven, melainkan dari pasar gelap. Jadi, Kezia sepenuhnya aman.Harry juga tahu bahwa Joshua pasti menderita, tetapi dia hanya bisa menahan diri. Dia sadar bahwa metode Jimmy adalah cara paling
"Joshua! Hannah memanggil namanya dengan cemas.Melihat darah sudah merembes di sudut bibirnya, tetapi dia masih memaksakan diri untuk tetap bertahan, hati Hannah terasa perih."Jangan pukul lagi! Tolong, kumohon berhenti!""Ternyata, keturunan Keluarga Lubis juga bisa memohon belas kasihan, ya?" Pria berbadan besar itu mengejeknya dengan penuh hinaan."Jangan ... jangan mohon padanya. Kalau memang punya nyali, bunuh saja aku!""Berengsek! Kenapa bocah ini keras kepala sekali?" Pria itu mengumpat marah, lalu menendangnya lagi dengan keras.Joshua hanya bisa mengerang kecil. Tubuhnya meluncur di lantai hingga membentur dinding dengan keras sebelum berhenti. Tubuhnya menggigil dan meringkuk.Pria itu mendekat dan memeriksa napasnya. "Dia masih hidup." Pria satunya pun melepaskan Hannah. Dia segera berlari menghampiri Joshua dan menopang tubuhnya."Kau nggak apa-apa? Joshua, lihat aku!" Dia tidak menjawab, napasnya sudah lemah."Sudahlah, pergi sana. Jangan sampai ada yang mati, nanti Bos
Di kepalanya, tiba-tiba muncul ingatan tentang malam itu saat dia membantu Hannah mengganti pakaian. Dia bahkan sempat melihat pakaian dalam di baliknya .... Joshua buru-buru menggelengkan kepala, berusaha menghentikan pikirannya yang mulai melantur.Mungkin gerakannya terlalu besar, suara itu membangunkan Hannah yang sedang tertidur lelap. Gadis itu menggumam dengan lembut, "Jangan ... jangan bergerak, aku capek sekali ...."Joshua langsung duduk tegak, tubuhnya kaku, dan sama sekali tidak berani bergerak. Sebenarnya .... Gadis ini terlihat sangat imut saat tidur. Dia tidak menangis atau merengek, hanya diam seperti boneka kecil yang cantik.Bagaimana mungkin ada orang yang tidak menyukai gadis seperti ini? Bagi Joshua, Hannah adalah sosok yang luar biasa. Tidak seperti gadis-gadis lain yang manja dan selalu perlu dilindungi. Hannah sangat tangguh. Tidak hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tapi juga melindungi Joshua.Sebagai laki-laki, Joshua merasa sangat rendah diri. "Aku harus
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa