"Kak Dennis," sapa Grace. Dia agak takut untuk melihat mata Dennis. Grace khawatir bahwa Dennis pergi karena dirinya.Namun, Dennis malah terlihat sangat tenang. Dia bertanya seraya tersenyum, "Kenapa tampangmu sedih sekali? Ada yang menindasmu?""Nggak ada," bantah Grace segera.Dennis berucap, "Hannah, kamu masuk dulu. Ada beberapa hal yang ingin kubicarakan dengan Grace.""Oke, aku akan menunggu kalian di dalam," balas Hannah.Setelah itu, Dennis membawa Grace masuk ke hotel. Di lantai dua hotel, ada sebuah restoran. Dikabarkan bahwa koki pastri di sini sangat hebat dan makanannya enak.Dennis tahu bahwa dia menyukai makanan seperti ini, jadi memilih beberapa yang terlihat cantik dan menaruhnya di depan Grace."Cobalah, rasanya enak," ujar Dennis.Grace membalas, "Makasih, Kak Dennis."Dennis memberi tahu, "Begitu teringat bahwa kita nggak akan bertemu selama setengah tahun ke depan, aku cukup nggak rela.""Tapi demi masa depanku sendiri dan juga untuk mengambil alih seluruh Keluarg
Grace ingin membuka jendela untuk menghirup udara segar, tetapi semua jendela terkunci. Dia bertanya, "Nggak buka jendela?""Cuacanya dingin, nyalakan AC saja." Suara sedikit serak terdengar dari depan, disertai beberapa kali batuk. Sepertinya Juan sudah menunggu cukup lama, jadi merasa tidak enak badan.Grace berujar, "Sebenarnya kamu nggak perlu menungguku, tapi Harry malah bersikeras. Nantinya, aku akan minta Harry menaikkan gajimu. Kalau nggak, itu nggak adil untukmu!"Usai Grace berkata begitu, suasana di dalam mobil menjadi sunyi. Malam ini, atmosfer terasa sangat berat. Kelopak matanya juga mulai bergetar tak nyaman.Juan bersikap sangat dingin malam ini. Dia tidak banyak bicara sehingga Grace seolah-olah sedang mengobrol sendirian dengan canggung.Grace pun bertanya, "Juan ... kenapa rasanya kamu berbeda malam ini?"Orang di depan tetap tidak menjawab. Grace merasa sangat cemas. Jendela mobil mereka hanya satu arah. Bisa melihat keluar, tetapi tidak bisa melihat ke dalam.Mobil
Sopir melewati garis kuning dan berbalik arah. Tidak disangka, di belakang masih ada sebuah mobil Porsche Cayenne yang mengejarnya. Sopir baru paham mereka bukan mengincarnya, melainkan Grace."Berengsek, benar-benar sial. Ternyata kamu diincar banyak orang. Kalian cukup hebat!" ujar sopir. Dia menghentikan mobilnya di tepi jalan, lalu membuka pintu dan membentak, "Cepat turun!"Grace merasa pusing dari tadi. Darah yang mengalir dari dahi masuk ke matanya sehingga pandangannya menjadi kabur. Grace merasakan sakit di sekujur tubuhnya.Grace menarik gagang pintu, lalu terjatuh dari mobil. Dia ingin kabur. Grace tidak tahu orang yang mengejarnya adalah musuh atau teman. Dia harus melindungi dirinya.Grace menyeka darah di wajahnya dan segera berlari ke depan. Namun, mobil MPV tersebut berhenti. Beberapa pria kekar turun dari mobil.Tak lama kemudian, Grace ditangkap. Dia tidak mampu bertahan lagi. Darah di dahinya terus mengalir. Grace merasa kedinginan karena kehabisan banyak darah.Grac
Grace berucap, "Kemungkinan jatuh di mobil itu."Dennis menimpali, "Nggak masalah. Aku suruh orang belikan ponsel baru untukmu. Ibuku suruh kamu makan. Kita turun sama-sama."Grace bertanya, "Apa aku boleh menelepon Juan untuk memberinya kabar?"Seharusnya Grace turun ke lantai bawah untuk berterima kasih kepada ibu Dennis. Bagaimanapun, ibu Dennis telah menyelamatkannya. Grace tidak mungkin melupakannya.Dennis memberikan ponselnya kepada Grace, lalu Grace menelepon Juan. Dia pun tahu kejadian semalam.Ternyata, semalam Juan terus berjaga di depan pintu hotel. Kemudian, dia melihat seseorang keluar dari hotel. Orang itu memakai baju yang sama dengan Grace, bahkan postur tubuh mereka hampir mirip.Juan tidak melihat orang itu dengan jelas karena gelap. Dia mengira orang itu adalah Grace. Juan terus memanggil orang itu, tetapi dia tidak menyahut.Juan khawatir Grace ditindas di perjamuan. Jadi, Juan segera mengejar orang tersebut. Siapa sangka, dia dipukul hingga pingsan saat berlari sa
Dennis menarik kursi untuk Grace, lalu Grace tersenyum kepada Dennis dan duduk. Grace merasa agak canggung karena ini bukan rumahnya.Saat makan, Jimmy terus mengambilkan sayur untuk Felicia sambil berujar, "Sayang, ini semua makanan kesukaanmu. Makan lebih banyak. Belakangan ini kamu agak kurus karena sibuk syuting iklan."Jimmy tidak peduli dengan keberadaan Dennis dan Grace. Dia tetap bermesraan dengan istrinya. Dennis tersenyum. Dia sudah terbiasa.Jimmy dikenal sebagai suami yang selalu menuruti istrinya, baik di dalam rumah ataupun di luar. Bahkan, orang-orang mengatakan Jimmy adalah suami idaman para wanita.Jimmy punya prinsip. Perintah istri harus didengar, suami harus ikut ke mana pun istri pergi, dan istri tidak boleh disalahkan.Selain itu, suami harus rela menghabiskan uang untuk istri, selalu sabar menunggu istri berdandan, tidak pernah lupa dengan hari ulang tahun istri, dan tetap terima saat dimarahi istri.Felicia yang merasa tidak berdaya berkomentar, "Ada anak-anak d
"Kamu terlalu nggak percaya kepada Dennis. Dia begitu patuh, pasti ...," ujar Jimmy. Dia masih ingin membela Dennis.Namun, Felicia yang gusar menyela, "Dennis itu anakku. Kamu nggak tahu dia begitu keras kepala. Sudah jelas dia ...."Felicia tiba-tiba berhenti bicara. Akhirnya, dia berucap dengan ekspresi lesu, "Sudahlah. Aku cuma bisa bantu dia sekali lagi."Felicia berpesan, "Hanya saja, kamu jangan selidiki kejadian semalam lagi. Takutnya kita akan terlibat kalau tahu terlalu banyak. Ini masalah keluarga Harry, jangan ikut campur. Paham, nggak?"Jimmy menyahut, "Aku paham. Aku akan menuruti semua perintah istriku, jangan marah lagi. Bagaimanapun, Dennis itu anak kita. Nggak mungkin kita mengabaikannya.""Anak ini selalu buat aku khawatir," omel Felicia. Kemudian, dia memejamkan matanya. Mimpi buruk memenuhi benaknya.Kepala Felicia terasa sangat sakit. Akan tetapi, Jimmy sangat pandai memijat sehingga Felicia merasa nyaman. Rasa sakit di kepalanya perlahan mereda.Felicia bersandar
Semalam Grace ketakutan. Pagi harinya, dia juga demam. Setelah minum obat, Grace pun beristirahat.Tidak disangka, rumor beredar sesudah Grace bangun. Grace menjadi berita utama! Ada reporter memotret Felicia yang membawa Grace pulang. Bahkan, ada foto Dennis yang keluar bersama Grace pada pagi hari.Berita menuliskan bahwa Grace dan Dennis sudah tinggal bersama. Grace juga telah menemui orang tua Dennis. Mereka berdua diberitakan sudah diam-diam berpacaran sejak lama.Bahkan, ada yang mengekspos foto di universitas saat Grace dan Dennis berpelukan di tepi Danau Lunar. Ada yang melihat mereka berciuman.Bukti dari foto-foto yang tersebar benar-benar meyakinkan. Ada netizen yang menghujat, ada juga yang mendukung.Mereka mengatakan Grace dan Dennis adalah pasangan serasi di universitas. Sekarang, hubungan keduanya makin serius. Bahkan, Grace sudah menemui orang tua Dennis.Grace merasa pusing. Dia segera menelepon Dennis. Sementara itu, Dennis juga panik. Dia sedang membereskan masalah
"Bu, kamu ...," kata Dennis. Dia kesulitan memilih. Dennis tidak ingin pergi ke luar negeri karena tidak bisa melihat Grace lagi. Dia bahkan kehilangan kesempatan untuk mengamati Grace dari jauh.Kalau tidak pergi ke luar negeri, Dennis akan menjadi orang yang tidak tahu malu. Hal ini bertentangan dengan prinsipnya. Dennis juga tidak bisa terima. Apa dia benar-benar harus memilih?Felicia dan Dennis bersitegang. Jimmy juga panik, tetapi dia tetap membela Felicia. Tentu saja istri lebih penting dari anak!Jimmy membujuk, "Dennis, kamu turuti saja ibumu. Dia berbuat begini demi kamu. Semalam ibumu balapan mobil, itu sangat berbahaya. Apa kamu nggak bisa memahami orang tuamu?"Begitu Jimmy selesai bicara, Dennis langsung berucap dengan tegas, "Aku pergi ke luar negeri."Felicia bertanya sembari mengernyit, "Kamu yakin?"Dennis menjawab, "Iya, aku yakin. Aku mau memenangkan hati orang yang kusukai dengan cara yang jujur. Aku rela mengorbankan diriku sendiri, tapi aku nggak mau sakiti dia."
Juan tidak tahu Alan adalah Jimmy. Dia hanya bergidik melihat tindakan Alan. Semua orang yang diincar Alan pasti tidak punya kesempatan untuk menyelamatkan diri lagi.Mendengar laporan Juan, Harry menyipitkan matanya. Dia mengepalkan tangannya dengan erat. Ternyata Jimmy menepati janjinya dan langsung bertindak kejam.Jimmy tahu Harry membenci Steven. Namun, Harry tidak bisa menghabisi Steven karena memikirkan Aryan. Jadi, Jimmy yang membantu Harry untuk menjadi orang jahat.Awalnya, Harry tidak ingin mendesak Steven dengan cara yang begitu kejam. Jadi, dia mengutus Juan untuk mengikuti Jimmy. Ternyata, Harry tetap gagal menghentikan Jimmy.Jimmy ingin mendesak Harry untuk bertindak kejam. Harry berucap, "Kamu nggak usah urus masalah ini lagi. Aku tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Kemudian, Harry mengakhiri panggilan telepon. Jika tidak bisa mundur lagi, Harry akan melanjutkannya.Sementara itu, Grace memotong buah untuk Harry. Biasanya Harry harus bekerja saat malam hari, di
Grace memandang Harry dengan ekspresi kagum. Harry tersenyum, dia benar-benar tidak berdaya menghadapi Grace. Harry berkata, "Sudah malam, saatnya kita pulang. Tempat ini agak jauh dari tempat parkir, biar aku gendong kamu."Harry berjongkok di depan Grace. Sementara itu, Grace juga tidak sungkan lagi. Dia langsung naik ke punggung Harry.Sekarang hampir pukul 12 malam. Suasana di pasar malam lebih tenang. Grace melihat bayangan mereka berdua di bawah cahaya lampu jalan dan tertawa."Kenapa kamu tertawa?" tanya Harry.Grace menyahut, "Tiba-tiba aku merasa kamu nggak seperti pria berusia 29 tahun. Kamu seperti ... anak muda yang lagi pacaran.""Oh, ya? Aku nggak merasa begitu," timpal Harry.Grace membalas, "Aku merasa kamu yang berusia 29 tahun dan aku yang berusia 19 tahun sangat cocok. Kariermu sangat sukses dan kamu sangat dewasa, nggak seperti anak muda yang bertindak gegabah. Kamu juga sangat berprinsip.""Aku baru berusia 19 tahun dan ini masa-masa yang paling indah. Aku masih sa
Hannah meneruskan, "Aku sudah melupakan semua masalah yang menyedihkan itu, kamu juga harus melupakannya. Kamu nggak berutang padaku, aku yang terus mempersulitmu. Aku sudah dewasa, nggak perlu dilindungi kamu lagi. Nantinya pasti ada yang melindungiku."Hannah menambahkan, "Kamu simpan saja perhatianmu untuk orang lain. Aku nggak butuh!"Hannah berusaha menahan air matanya dan mengungkapkan semua kata-kata yang sudah disiapkannya untuk waktu yang lama. Ternyata, rasanya begitu lega setelah memutuskan untuk melepaskan seseorang.Robin berbalik setelah mendengar perkataan Hannah dan tersenyum. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun. Robin hanya mengangguk, ekspresinya terlihat lembut.Hannah tahu Robin hanya menunjukkan perhatiannya sebagai seorang kakak. Hannah juga menerimanya. Dia tidak menyesal karena sudah melakukan apa yang dia inginkan. Hannah akan melanjutkan hidupnya dan menemukan pria yang mencintainya."Hati-hati di jalan," pesan Hannah sambil melambaikan tangannya. Dia menga
Pemilik kedai tahu Harry memikirkan kepentingan anaknya. Jadi, dia pun setuju. Harry menemukan anak pemilik kedai, lalu menyerahkannya kepada pihak kepolisian.Saat dipenjara, anak pemilik kedai memarahi Harry suka mencampuri urusan orang lain. Dia juga memaki ayahnya yang bersikap kejam terhadap anak kandung sendiri.Harry berpesan, "Robin, tolong beri tahu temanmu di kantor polisi untuk beri dia pelajaran. Aku nggak senang dengar omongannya tadi."Robin menyahut, "Oke. Harry yang marah baru kelihatan normal."Harry bertanya, "Menurutmu, butuh berapa lama untuk mengubah sifat seseorang?"Robin menjawab, "Untuk orang yang parah begini, setidaknya butuh waktu lebih dari 1 tahun."Harry menimpali, "Kalau begitu, 3 tahun saja. Setiap perbuatan ada konsekuensinya. Aku juga nggak pernah bersikap lunak saat membantu orang."Robin mengangguk, orang yang kecanduan judi selama bertahun-tahun seperti ini harus diawasi untuk waktu yang lama agar tidak berulah lagi."Oh iya, aku sudah mau pergi,"
Grace menyahut, "Nggak. Aku cuma lewat dan bantu antar mereka ke rumah sakit.""Terima kasih, Bu Grace. Kalau bukan karena kamu, takutnya aku dan anakku ...," ucap menantu pemilik kedai. Sebelum menyelesaikan ucapannya, air matanya mengalir.Grace menghibur, "Jangan menangis, wanita yang baru melahirkan nggak boleh menangis. Nanti aku juga ikut menangis. Dengarkan nasihatku, aku bawa Harry lihat anakmu. Aku akan beri tahu kamu paras anakmu setelah kembali."Bayi menantu pemilik kedai lahir prematur, jadi langsung dimasukkan ke inkubator. Grace membawa Harry untuk melihat bayi itu. Ternyata bayinya berjenis kelamin laki-laki. Dia sangat kecil dan wajahnya berkerut."Apa semua bayi yang baru lahir begitu jelek?" komentar Grace dengan ekspresi sedih.Harry bertanya, "Kenapa di bokongnya ada lebam?"Grace menjawab, "Konon orang mati yang nggak mau bereinkarnasi akan ditendang oleh Dewa Akhirat untuk turun ke dunia fana. Kamu juga punya tanda seperti itu waktu baru lahir."Harry menanggapi
"Lagi pula, nanti dia juga akan kemari saat nggak bisa menemukanmu. Aku nggak akan khawatir lagi," ucap Robin sambil tersenyum. Dia hendak membawa pemilik kedai untuk diobati, tetapi pemilik kedai menolak.Alasannya karena pemilik kedai tidak punya uang dan tidak ingin meninggalkan kamar bersalin. Keluarga menantunya sangat jauh. Sejak hamil sampai sekarang, keluarganya tidak sempat datang berkunjung.Istri pemilik kedai sudah lama meninggal. Hanya tersisa dia sendiri yang menjaga menantunya. Jika menantunya selesai melahirkan dan tidak melihatnya di sana, dia pasti akan sangat sedih.Grace merasa bahwa pemilik kedai adalah ayah mertua yang baik. Dia sangat peduli pada menantunya. Hal ini membuat Grace teringat pada Aryan. Grace merasa sangat beruntung memiliki ayah mertua yang baik."Bos, kamu dan putramu ...," tanya Grace dengan hati-hati."Hais." Begitu mendengar ini, pemilik kedai menghela napas panjang. Dia memukul dadanya sambil mengentakkan kaki. Ekspresinya terlihat sangat meny
Grace pergi dengan kecewa. Tiba-tiba, terdengar suara benturan dari belakang. Begitu Grace menoleh, terlihat pintu kedai terbuka. Ada penggorengan beserta tepung dan sejenisnya yang dilemparkan dari dalam.Seorang pria yang berusia 20-an tahun melemparkan barang-barang sambil berujar dengan kasar, "Kalau kamu nggak kasih aku uang, jangan harap bisa buka kedai ini lagi! Memangnya kamu kerja keras cari uang bukan untukku? Kenapa kalau aku ambil sedikit uangmu?""Dasar bajingan! Istrimu sudah mau melahirkan, butuh banyak biaya. Kamu malah berjudi di luar! Sekalipun kamu menghancurkan kedai ini, aku juga nggak akan kasih kamu sepeser pun!" balas pemilik kedai."Dasar tua bangka! Kamu nggak mau kasih aku uangnya?" tanya pria itu. Dia meraih kerah baju pemilik kedai, lalu melemparkannya keluar dengan kasar bersama peralatan dapur.Grace melihat wajah pemilik kedai memar dan bengkak, tampak seperti telah dianiaya. Tidak lama setelah pemilik kedai dilempar keluar, tidak disangka seorang wanita
Harry segera menggendong Grace ke ranjang. Ada luka memar yang besar di pantat Grace. Grace juga merasakan sakit yang luar biasa di tulang ekornya. Harry mencarikan salep untuk Grace, lalu mengoleskannya secara merata."Pelan-pelan ... sakit sekali ...," rintih Grace. Dia kesakitan sampai air matanya menetes."Gimana kalau aku panggilkan dokter untuk periksa?" tanya Harry."Jangan. Memalukan sekali!" pekik Grace."Sudahlah. Kalau panggil dokter kemari, nggak ada peralatan juga di sini. Besok aku antar kamu ke rumah sakit untuk melakukan rontgen. Kita lihat tulangmu retak atau nggak," timpal Harry."Harry, apa kita sial? Kita sudah gagal dua kali!" ujar Grace dengan kesal."Mungkin Tuhan mau hukum aku karena melanggar janji," balas Harry."Tapi ... aku yang dapat hukumannya. Bukan kamu yang jatuh!" keluh Grace. "Tuhan tahu kamu menggodaku, jadi wajar kamu yang dihukum. Terakhir kali aku yang terluka, kali ini kamu yang terluka. Kita sudah impas," timpal Harry."Mulai sekarang, aku past
Harry berkata, "Aku nggak tahu gimana hidup tanpamu. Jadi, janji padaku jangan pernah meninggalkanku. Kamu harus berada di tempat yang bisa aku jangkau dan lihat, oke?""Harry ...." Hati Grace tersentuh saat mendengar ucapan Harry. Hidungnya terasa perih. Dia hampir menangis."Kamu bisa jangan tiba-tiba katakan sesuatu yang sentimental nggak? Aku nggak bisa kendalikan perasaanku ...," keluh Grace."Aku tiba-tiba merasa gadis kecilku sudah dewasa dan makin hebat. Aku juga mau menjadi lebih baik agar pantas untukmu," balas Harry dengan lembut.Mendengar ini, Grace merasa sangat terharu. Di seluruh dunia, hanya Harry yang begitu memuji dirinya. Harry merasa Grace makin baik, bahkan merasa dirinya tidak pantas untuk Grace. Harry memberikan Grace kepercayaan diri seakan-akan terlahir kembali.Jika bukan karena Harry, tidak akan ada Grace yang sekarang. Tanpa Grace, tidak akan ada Harry yang sekarang. Jadi, mereka memang ditakdirkan bersama!Grace terbawa perasaan. Dia melepaskan pelukan Har