"Nakal? Harry adalah pria terbaik yang pernah kutemui. Hanya saja, kalau berdebat dengannya, aku selalu kalah ...," ujar Grace. Harry juga selalu mendominasi saat berciuman dengannya. Menyebalkan!"Ka ... kamu yakin?" tanya Aryan dengan ragu. Sepengetahuannya, Harry memiliki kepribadian yang aneh dan emosinya tidak stabil. Bahkan, dia sangat kejam di dunia bisnis. Siapa pun akan takut jika mendengar nama Harry. Grace malah mengatakan Harry adalah pria terbaik?"Tentu saja." Grace mengiakan."Hm, anakku ini mungkin cuma mau mendengar omongan istrinya," gumam Aryan."Hah? Maksudnya?" Grace masih kebingungan.Saat ini, pintu dibuka dari luar. Harry maju dan merangkul pinggang Grace, lalu bertanya, "Bukannya ini aturan Keluarga Prayogo? Suami harus menuruti keinginan istri, 'kan?"Grace ingin melepaskan diri, tetapi genggaman Harry terlalu kuat. Seketika, wajahnya pun memerah."Kenapa kamu kemari? Kamu takut aku menindas calon istrimu?" tanya Aryan dengan kesal."Nggak kok. Aku takut calon
Wajah Grace memerah. Dia ingin melepaskan pelukan Harry, tetapi tidak bisa. Harry berkata, "Jangan malu-malu begini. Aku nggak bercanda kok.""Kata Hannah, semua omongan pria nggak bisa dipercaya. Kalian selalu menipu wanita!" seru Grace."Dasar kamu ini. Nggak apa-apa kalau nggak merasa tersentuh, tapi jangan memfitnahku dong! Kamu yakin nggak merasa tersentuh sedikit pun?" tanya Harry sambil meraih kerah baju Grace."Nggak! Kamu mengancamku! Aku nggak bakal merasa tersentuh!" sahut Grace dengan takut. Dia mengira Harry ingin memukul bokongnya lagi.Harry pun tertawa melihatnya. Hanya Grace yang bisa membuatnya merasa bahagia dan sedih. Dia berkata, "Sudah, aku nggak akan menggodamu lagi. Cepat lihat-lihat. Aku nggak pernah membawa siapa pun kemari lho."Begitu mendengarnya, Grace menjadi makin bersemangat. Semua ini adalah barang yang sering digunakan Harry waktu kecil dulu.Ketika melihat buku-buku di rak, Grace tak kuasa mencebik. Ternyata Harry begitu kutu buku saat masih kecil? S
Sejak kecil, kerjaan Harry hanya membaca buku-buku sesulit ini. Lantas, dari mana dia belajar cara menggombali wanita?"Harry, kamu belajar secara autodidak atau memang berpengalaman? Kenapa kamu pintar sekali menggombali wanita?" tanya Grace.Mendengar ini, Harry terkekeh-kekeh dan membalas, "Kalau kamu nggak suka, aku nggak bakal menggombalimu lagi.""Nggak boleh! Kamu cuma boleh menggombaliku!" timpal Grace dengan tegas."Oke, aku cuma akan menggombalimu." Harry menyetujuinya.Karena sudah lelah, Grace pun berbaring di ranjang kecil. Ranjang ini benar-benar kecil. Grace saja merasa sempit, padahal hanya berbaring sendirian.Harry duduk di pinggir ranjang dan menatap Grace tidur dengan lelap. Sinar bulan malam ini benar-benar indah.....Sesaat kemudian, Harry menggendong Grace ke kamar. Begitu menurunkan Grace, pintu kamarnya tiba-tiba diketuk seseorang.Harry membuka pintu, lalu melihat Steven yang memegang botol anggur sambil menggoyangkan 2 gelasnya. "Mau minum nggak?"Harry pun
Malam harinya, Grace menunggu sekitar 20 menit. Pada akhirnya, terdengar suara klakson yang familier.Grace bergegas berlari untuk membuka pintu. Alhasil, yang dilihatnya bukan hanya Harry dan Juan, tetapi juga ada Cheria.Juan tampak memapah Harry yang mabuk, sedangkan Cheria yang berada di belakang tampak mengernyit. Grace pun merasa heran, kenapa Cheria ada di sini?Saat ini, Cheria sedang gusar. Demi memikat Harry, dia diam-diam mengambil cap kakeknya dan kontrak berharga itu. Kemudian, dia menaruh obat di minuman Harry supaya bisa tidur dengannya. Dengan demikian, dia baru bisa mendesak Harry untuk menikahinya.Tanpa diduga, Harry sangat licik. Dia menyuruh Juan berjaga di luar dan menerobos masuk jika ada sesuatu yang mencurigakan. Cheria pun tidak bisa menciptakan suasana romantis.Setelah minum beberapa gelas, kesadaran Harry akhirnya melemah karena obat bius dan obat perangsang yang ditaruh Cheria. Cheria hanya perlu menunggu supaya rencananya berhasil.Cheria memapah Harry ke
"Apa katamu?" Begitu mendengar ucapan Grace, Cheria langsung memelototinya dengan murka."Kamu nggak ngerti bahasa manusia? Coba kamu tanyakan pada orang-orang di rumah ini, siapa bos di sini? Aku, Harry, atau wanita murahan yang terus mencoba merayu tunangan orang?" ujar Grace.Begitu ucapan ini dilontarkan, para pelayan di belakang berkata dengan serempak, "Tentu saja Nona Grace."Mereka bisa melihat bagaimana Harry memanjakan Grace selama ini. Harry yang tidak pernah turun ke dapur sampai masak demi Grace.Selain itu, Grace tidak pernah bersikap angkuh. Dia bahkan begitu sopan saat berbicara dengan para pelayan. Jadi, bagaimana mungkin para pelayan ini tidak menyukai Grace? Mereka tidak ingin ada wanita lain yang menggantikan Grace.Begitu mendengarnya, wajah Cheria pun memerah. Sebelum ini, Grace terlihat sangat lemah. Lantas, kenapa wanita ini tiba-tiba menjadi begitu berani sekarang?Cheria mengernyit dengan heran. Kemudian, dia terkekeh-kekeh dan berkata, "Kamu nggak takut orang
Grace buru-buru melarikan diri. Untungnya, para pelayan itu maju dengan gesit. Segera, Cheria berhasil ditahan oleh mereka."Le ... lepaskan aku! Beraninya kalian menghalangiku! Aku Nona Besar Keluarga Tedja!" pekik Cheria."Kami nggak tahu identitasmu, tapi kami tahu Nona Grace adalah majikan kami. Kalau kamu berani macam-macam padanya, jangan salahkan kami bertindak lancang!" ancam para pelayan itu."Terima kasih, kalian akan kuberi bonus nanti," ujar Grace yang merasa terharu. Ternyata, berteman memang penting. Sekarang bukan saatnya untuk bersikap pelit. Dia harus menghadiahi para pelayan itu.Ketika melihat hubungan Grace dan para pelayan yang begitu dekat, Cheria gusar hingga sekujur tubuhnya gemetaran. Wajahnya pun memerah seperti buah tomat."Tu ... tunggu saja pembalasanku nanti!" ancam Cheria setelah melepaskan diri dari cengkeram para pelayan itu.Grace tentu tidak takut. Dia bahkan berucap, "Cheria, kamu bilang aku nggak sopan karena nggak memberimu teh. Tapi, bukannya kamu
"Antar dia ke luar," ujar Grace dengan dingin. Dengan demikian, para pelayan mengantar Cheria pergi.Ketika berjalan ke luar, Cheria tampak agak bingung. Dia merasa dirinya baru saja bermimpi. Jika itu bukan mimpi, bagaimana mungkin Grace tiba-tiba menjadi begitu kuat? Bagaimana bisa Nona Besar Keluarga Tedja ditindas oleh wanita rendahan seperti Grace? Benar, Ini pasti mimpi!Setelah Cheria pergi, para pelayan menatap Grace dengan sorot mata penuh kekaguman."Nona, tadi kamu keren sekali! Aku memberimu jempol!""Ya! Aku masih sempat mencemaskanmu tadi. Soalnya kamu nggak pernah memperlihatkan sisi galakmu! Aku nggak nyangka kamu begitu hebat!""Hais, ini karena aku berteman terlalu lama dengan Hannah. Aku jadi terpengaruh olehnya. Kalian yakin aku terlihat keren tadi?" tanya Grace."Ya, ya. Gimana bisa kamu bersikap begitu tenang tadi?""Oh, aku kebanyakan menonton drama kostum. Para wanita di istana selalu bersikap seperti ini. Kalian coba nonton saja! Eh, aku jadi lupa pada Harry. M
Rudi menatap langit-langit, lalu menatap lantai dan menjelaskan dengan canggung, "Itu perintah Tuan Aryan. Aku nggak mungkin membantahnya. Alis Harry makin berkerut mendengarnya. Pantas saja, hasratnya meningkat akhir-akhir ini. Setiap kali bersentuhan dengan Grace, tubuhnya akan langsung bereaksi. Ternyata kedua pria tua ini yang mencelakainya!"Hentikan obat sialan itu!" bentak Harry."Ya, ya. Kalau begitu, aku keluar dulu." Rudi tidak mungkin berani berlama-lama di kamar ini. Itu sebabnya, dia langsung melarikan diri.Seketika, Harry merasa sangat kesepian. Dia memiliki wanita cantik, tetapi harus menahan diri sampai seperti ini!....Grace berguling-guling di ranjangnya. Dia merasa ranjang ini sangat kosong sehingga membuatnya merasa gelisah.Tengah malam, Grace akhirnya tertidur. Namun, tidurnya tidak terlalu lelap. Tiba-tiba, Grace merasakan napas panas seseorang mendekatinya. Sebelum Harry naik ke ranjang, Grace sudah membuka mata dan melihat wajah familier itu.Dengan tersenyum
Joshua bertanya, "Kenapa ... dia menolakmu?"Hannah menjawab, "Karena ... dia menyukai wanita lain. Dia nggak pernah menunjukkan perasaannya dengan jelas, jadi aku merasa punya kesempatan. Siapa sangka, aku yang membuat mereka nggak bisa bersama."Hannah melanjutkan, "Aku ingat sikap wanita itu sangat tegas waktu pergi, sedangkan aku malah membuat diriku sendiri terjebak."Joshua bertanya lagi, "Jadi ... kamu ikut kencan buta?"Hannah menyahut, "Aku melakukannya demi membuat dia tenang. Jadi, dia akan menganggap aku sudah melupakannya. Aku juga ingin membuat harapanku pupus."Joshua menimpali, "Sebenarnya ... kamu nggak usah korbankan diri sendiri. Kamu ... nggak suka pasangan kencan butamu, 'kan?"Hannah membalas, "Iya, tapi ... aku bisa terima biarpun harus hidup bersama selamanya."Joshua menanggapi, "Kenapa kamu begitu gegabah? Kalau nggak ... begini saja. Setelah kita keluar, aku bisa pura-pura jadi pacarmu. Dengan begitu, kamu bisa membuat orang itu tenang ... dan kamu nggak usah
Sebelumnya Hannah memarahi Joshua, tetapi sekarang dia malah dikurung bersama Joshua. Takdir benar-benar mempermainkan orang."Mana Kezia?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Dia dibawa pergi."Joshua bertanya, "Ini di mana? Aku mau keluar!"Hannah menjelaskan, "Nggak usah coba lagi, aku sudah coba. Nggak ada yang pedulikan kita. Ini rumah seng, seharusnya ini gudang. Orang-orang itu hanya mengincar Kezia, mereka nggak sakiti kita."Hannah menambahkan, "Aku nggak yakin mereka akan memberi kita air dan makanan. Jadi, kamu nggak usah sia-siakan tenagamu lagi. Duduk saja di sini.""Kezia ... aku memang nggak berguna. Aku bersalah pada kakakku. Aku nggak jaga Kezia baik-baik," kata Joshua.Hannah menceletuk, "Aku tebak mereka nggak akan sakiti Kezia.""Ke ... kenapa?" tanya Joshua.Hannah membalas, "Bisa-bisanya kamu masih gagap pada saat-saat penting seperti ini! Kamu berbalik saja waktu bicara."Hannah bertanya, "Kamu tahu siapa yang paling ingin menghabisi Kezia di ibu kota?"Joshua berbal
Joshua berkata, "Hannah ... kamu ... masih menggenggam tanganku ...."Hannah menimpali, "Sekarang situasinya sangat genting! Kamu jangan lihat aku dengan ekspresi malu lagi! Di luar ada banyak orang, apa kalian menyinggung seseorang? Kebetulan aku datang malam ini, benar-benar sial!"Kemudian, Hannah pergi ke dapur untuk mencari barang yang berguna. Dia juga menyuruh pelayan membawa Kezia ke lantai atas.Hannah berujar pada Joshua, "Kamu juga naik. Kamu nggak usah ikut campur lagi. Kalau nanti ada yang menerobos masuk, kamu juga nggak bisa bantu aku.""Di luar ... benar-benar ada orang?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Iya, sangat banyak. Keluargaku itu anggota militer, jadi aku pernah mempelajari pengindraan jauh. Aku pasti tahu kalau ada pergerakan di sekitar.""Orang-orang itu bersembunyi sambil mencari kesempatan. Sepertinya bukan untuk mencuri, tapi untuk menangkap seseorang. Aku rasa targetnya Kezia, jadi kamu cepat naik ke lantai atas," lanjut Hannah."Jadi ... bagaimana dengan
Hannah hendak naik ke lantai atas, tetapi dia melihat Kezia yang berdiri di dekat tangga. Kezia sedang memandangi mereka sambil menggendong boneka. Ekspresinya terlihat polos.Tubuh Hannah menegang saat bertatapan dengan Kezia. Hatinya terasa sakit. Sebelum Hannah sempat bicara, Kezia bertanya, "Kalian ... bertengkar, ya?""Kezia, cepat tidur," sahut Joshua dengan suara serak.Melihat bibir Joshua terluka, mata Kezia berkaca-kaca. Dia bertanya, "Paman, wajahmu kenapa?"Kezia buru-buru turun, lalu Joshua memeluknya. Kezia bertanya lagi, "Sakit, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak sakit. Tadi nggak sengaja terbentur, nggak apa-apa. Kezia, seharusnya kamu tidur. Kamu ikut Hannah, ya?""Hannah," ucap Kezia sembari melihat Hannah dengan ekspresi ketakutan.Hannah mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin tinggal di sini lagi. Ini bukan rumahnya, untuk apa dia tinggal di sini?"Maaf, aku tiba-tiba ingat ada urusan. Aku pergi dulu," ujar Hannah. Dia segera naik ke lantai atas, lalu memakai jaket dan
Joshua yang gugup segera menjelaskan, "Malam itu ... kamu mabuk ... kamu yang bilang ... orang yang kamu suka nggak menyukaimu ...."Hannah mengernyit setelah mendengar perkataan Joshua. Ternyata dia melontarkan kata-kata seperti itu saat mabuk?Hannah menunduk, lalu berkata, "Aku sudah kenyang. Kamu makan saja."Kemudian, Hannah membawa piring ke dapur. Joshua bergegas mengikuti Hannah dan melihatnya membuang pasta ke tong sampah."Hannah," panggil Joshua. Dia meraih pergelangan tangan Hannah. Entah kenapa, dia panik ketika melihat Hannah marah. Joshua ingin meminta maaf.Hannah terlihat mengerikan saat marah. Joshua merasa Hannah tampak menawan saat tersenyum, membalas dendam, dan tidur. Joshua juga merasa sedih saat Hannah marah."Lepaskan aku!" tegur Hannah."Nggak mau!" tegas Joshua. Kali ini, dia berbicara dengan lantang.Joshua melanjutkan, "Aku tahu ... aku membuatmu nggak senang, kamu boleh pukul aku untuk lampiaskan emosimu. Tapi ... jangan abaikan aku. Aku bukan sengaja ...
Hannah yang menunjukkan kesopanan bertanya, "Aku mau makan. Kamu mau, nggak?""O ... Oke," sahut Joshua.Hannah menimpali, "Kalau begitu, kita sama-sama cari makanan di dapur."Hannah membuka kulkas, tetapi tidak menemukan nasi sisa. Dia tidak bisa membuat nasi goreng telur. Orang kaya memang tidak pernah menyimpan makanan sisa. Bahkan Hannah tidak menemukan makanan beku, jadi dia makan apa?Hannah berkata, "Sudahlah. Aku nggak jadi makan. Aku minum air saja, lalu tidur.""Kamu ... mau ... makan pasta?" tanya Joshua.Hannah menyahut, "Aku nggak bisa ...."Joshua menyela, "Aku ... yang ... masak."Hannah bertanya, "Repot, nggak?"Joshua menjawab, "Nggak ...."Sebelum Joshua menyelesaikan ucapannya, Hannah berujar, "Kamu masak saja. Nggak usah bicara lagi."Joshua mengembuskan napas lega. Dia selalu gagap setiap melihat Hannah. Joshua merasa lebih rileks jika tidak bicara.Hannah melihat Joshua mengeluarkan daging sapi, cabai, dan bawang dari kulkas. Dia mulai memotong sayur, lalu memasa
Hannah memandang Joshua. Dia merasa tidak berdaya. Akhirnya, Hannah memutuskan untuk tidak pergi. Dengan begitu, dia baru bisa tenang.Hannah berujar, "Tapi, kamu cuma boleh pilih salah satu di antara aku dan pamanmu untuk temani kamu tidur. Kamu mau pilih siapa?""Aku pilih kamu," sahut Kezia tanpa ragu sedikit pun."Kenapa?" tanya Hannah.Kezia menjawab, "Karena aku sudah pernah tidur bersama Paman. Aku belum pernah tidur bersama Hannah."Hannah menanggapi, "Alasannya sangat meyakinkan. Kalau malam ini kita tidur bersama, pamanmu tidur di mana?"Kezia menjelaskan, "Di rumah ada banyak kamar, terserah Paman mau tidur di mana. Dia itu pria, nggak boleh pemilih. Papa Harry bilang, wanita itu sangat berharga, sedangkan pria itu harus tahan banting. Kita nggak usah pedulikan Paman!"Hannah berkomentar, "Papa Harry-mu sangat pengertian!""Aku ... juga ... pengertian," timpal Joshua.Kezia mengomentari, "Paman bodoh gagap lagi."Hannah tertawa setelah mendengar ucapan Kezia. Sementara itu,
"Masalahnya nggak seperti itu. Kamu masih kecil, nggak paham. Aku mau ke dapur lihat makan malam sudah siap atau belum," ucap Joshua.Joshua tidak berani melanjutkan pembicaraan ini lagi. Dia sangat gugup sampai-sampai telapak tangannya berkeringat. Joshua tidak berani langsung menjawab pertanyaan keponakannya.Joshua merasa dirinya tidak mungkin bersama Hannah. Dia tahu Hannah meremehkannya dan dia juga tidak berniat pacaran.Kezia memandang sosok Joshua sambil merenung. Kemudian, dia mengambil ponsel Joshua yang diletakkan di atas meja dan mencari nomor telepon Hannah. Setelah berpikir sejenak, Kezia mengirim pesan kepada Hannah. Dua puluh menit kemudian, makan malam sudah siap."Kezia, kenapa kamu nggak makan?" tanya Joshua sembari melihat Kezia dengan ekspresi bingung. Tadi Kezia meminta pembantu memasak lebih banyak, sepertinya dia sangat lapar."Aku mau beri kamu kejutan. Paman, kamu jangan makan dulu," sahut Kezia."Kejutan?" balas Joshua. Tiba-tiba, bel pintu rumah berbunyi.Ke
"Jadi, ibumu berasal dari mana?" tanya Grace."Dari sebuah kota tua di ibu kota, sekarang tempat itu sudah dikembangkan menjadi kawasan wisata," jawab Harry."Apa pekerjaan ibumu dulu? Apa dia sangat menarik sampai Tuan Aryan tertarik?" tanya Grace lagi."Ya, dia adalah seorang perawat. Saat itu Ayah sakit karena kelelahan dan butuh perawatan khusus, jadi Ibu yang datang untuk merawatnya. Kalau dia masih hidup, dia pasti akan sangat menyukaimu," jawab Harry lagi."Aku juga berpikir begitu karena aku ini begitu manis dan serba bisa. Benar, 'kan?" kata Grace sambil tersenyum lebar, tidak merasa malu sedikit pun.Namun, Grace tiba-tiba teringat dengan Kezia. Jika mereka pergi selama beberapa hari, bagaimana dengan Kezia yang tinggal di rumah?Harry sudah memberi tahu Joshua untuk libur pada akhir pekan dan datang menjaga Kezia. Dia juga sudah mengatur Juan untuk tetap tinggal di sini.Mendengar perkataan itu, Grace merasa lega. Setelah mengikuti kelas selama seminggu, akhir pekan pun tiba