Setelah hujan berhenti di pagi hari dan menunggu seharian hingga tanah sedikit kering. Akhirnya Yuksel langsung bersiap untuk kembali pulang. Namun Aiden sampai turun tangan saat sang Raja yang mendekati salah satu kuda."Yang Mulia, bukankah seharusnya membawa kereta?""Kereta lama, lebih cepat memakai kuda," sahut Yuksel.Aiden pun akhirnya diam. Meski memperhatikan Yuksel yang langsung menaiki kuda dan bergerak lebih dahulu. Membuat Aiden menaiki kuda dan memerintah seluruh pengawal untuk bergerak. Sementara para ahli sihir berada di kereta masing-masing.Sepanjang jalan yang dilalui dengan hati-hati. Yuksel memikirkan sesuatu, hingga berhenti di depan pepohonan yang cukup rindang. Namun dengan ranting yang tak ganas. Membuat Aiden berhenti dan bertanya."Yang Mulia ada apa?""Kau punya pisau kecil kan?" Yuksel malah bertanya."Ya Yang Mulia.""Berikan."Aiden pun mengeluarkan pisau dan memberikan pada Yuksel. Namun, Aiden dibuat terkejut oleh hal yang dilakukan Yuksel. Aiden langs
Yuksel tidak mau ke kamar sendiri. Malah mandi di kamar miliknya dan memakai baju yang ada di lemarinya. Kimberly menemani Alesha bermain di lantai yang dialasi oleh karpet.Lantas Kimberly melirik begitu pintu kamar mandi terbuka. Terlihat Yuksel yang seperti biasanya. Dibalut pakaian kerajaan dengan tubuh kekar itu."Jangan dimakan Sayang," ujarnya sembari merampas mainan di tangan Alesha, dan mengganti dengan yang lain.Yuksel mendekat, namun hanya mengusap kepalanya. Kemudian berjalan pergi meninggalkan kamarnya. Hal itu membuat Kimberly kesal."Apa ini tempat numpang mandi?" sindirnya.Yuksel menoleh dan tersenyum. "Sebentar Sayang, aku ingin ke kamar Isabella dulu.""Apa yang akan kau lakukan di sana?""Yuksel?"Kimberly menghela napas karena Yuksel tak menyahut. Justru menutup pintu kamar dan benar-benar telah pergi. Namun, rasa kesalnya hilang saat melihat Alesha yang tertawa karena mainan terlempar ke arahnya."Baiklah, lupakan ayahmu dan ibu akan fokus main dengan Alesha, ba
Senja yang mulai singgah itu. Menyaksikan keluarga kecil Kimberly dan Emma duduk bersama di atas tikar dengan mulut mengunyah buah serta makanan. Terkadang berbagi cerita dan tertawa bersama."Saya benar-benar tidak menyangka, hari itu Yang Mulia Raja berguling-guling di lumpur," ujar Aiden sembari tertawa.Yuksel yang menatap tajam ke arah sang bawahan. "Bukankah sudah sepakat untuk tidak membicarakannya?"Kimberly berdecak. "Hanya bercerita saja, lagi pula kami kan ingin tahu. Bukan begitu anak-anak?""Ya!" seru Isabella semangat, sementara Noah dan Prisa hanya tersenyum.Yuksel menghela napas. "Itu cerita yang memalukan Sayang.""Lebih memilih mana, cerita memalukan itu atau bertengkar denganku?"Mendengar pertanyaan darinya, Yuksel langsung menuangkan teh untuk Aiden. "Ceritakan lebih banyak lagi, istri dan anakku sangat menyukainya."Noah menatap ke arahnya yang tertawa senang. Kemudian memenjarakan Prisa yang tersenyum manis ketika Isabella menyuapkan buah. Isabella yang menyada
"Kita tidur sekarang ya Sayang," bujuk Yuksel.Kepala Kimberly mengangguk setuju. Yuksel tersenyum lega atas tidak adanya pertengkaran yang terjadi. Kimberly merebahkan dirinya di sisi suaminya lagi. Namun, kali ini Yuksel memeluknya lebih erat.***"Sayang, matahari sudah terbit," ujar Yuksel sembari keluar tenda."Suamiku," sebutnya dengan sedikit panik.Yuksel memasuki tenda dan menatap dirinya yang sedang menyentuh dahi Alesha. Putri kecilnya ini tertidur nyenyak, tapi tubuh sangat panas.Yuksel mendekat dengan cemas. "Alesha sakit?"Kepalanya mengangguk. "Panggil dokter kerajaan secepatnya.""Tentu Sayang."Berkemah di luar harusnya berakhir dengan bahagia dan rasa senang. Tapi, Kimberly justru sedang menenangkan Alesha yang menangis keras. Meski digendong dan jalan ke sana-sini, tapi Alesha tak berhenti menangis."Sayang," sebut Yuksel langsung masuk ke kamarnya ketika pintu dibuka oleh pembantu."Tolong cepat periksa putriku," pinta Kimberly sedikit cemas.Dokter kerajaan ini y
Seperti dugaan Kimberly. Sepanjang malam Alesha terus saja menangis. Hingga Kimberly harus berjalan-jalan demi menenangkan putrinya. Meski pun ada banyak pelayan di sekitarnya yang bersiap menggantikan. Tapi, Alesha tidak mau dengan siapa pun. Padahal sudah terbiasa dengan para pelayan."Masih sakit ya Sayang?" gumamnya sembari mengusap kepala Alesha.Hingga pintu kamar terbuka. Dan Yuksel masuk sembari berjalan cepat ke arahnya. Suara tangis putrinya pasti terdengar hingga lorong."Alesha tidak mau selain dengan aku," ujarnya saat Yuksel sudah di hadapannya."Coba saja dulu."Tangan Yuksel terulur ke arah sang putri yang semula tak ingin digendong siapa pun. Begitu melihat Yuksel, kepala Alesha terangkat dan tangan meraih suaminya. Hal itu membuat Kimberly senang."Kangen sama ayah iya?" tanya Yuksel begitu Alesha sudah digendongan.Kimberly mengusap kepala Alesha. Kemudian mata saling tatap dengan suaminya. Yuksel mengelus pipinya dengan lembut."Tidurlah, kau pasti lelah Sayang,"
Yuksel bukannya langsung bekerja, justru tetap duduk di kursi dengan mata menatap ke arahnya yang makan santai. Juga pada Alesha yang berusaha membuka kancing bajunya. Melihat hal itu, Yuksel langsung memberi tahu."Sayang, sepertinya Alesha ingin minum susu."Kimberly menatap kegiatan Alesha. "Putri ibu ingin minum?"Alesha menatap mata Kimberly sangat antusias, kemudian mengoceh sendiri dan memukul-mukul pundaknya. Kimberly tersenyum, kemudian bersiap untuk membuka kancing bajunya. Namun, matanya menatap ke arah Yuksel yang begitu menantikan."Suamiku, apa kau tidak bekerja?"Yuksel yang menyadari hal itu langsung menghela napas. "Aku kasihan padamu Sayang. Kau fokus makan saja ya, biar aku bantu Alesha minum susu."Mata Kimberly menyipit dengan sedikit kesal. "Aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Sana cepat kerja, bukankah hari ini ada pertemuan?""Biarkan aku tinggal beberapa menit lagi," bujuk Yuksel.Kimberly sudah menatap kesal, membuat Yuksel tersenyum. "Kau masih tidak pergi?"
Kimberly yang semula tetap ingin menguping. Pada akhirnya tertegun karena Alesha yang tiba-tiba menangis. Jelas membuat ayah mertua dan suaminya akan mengetahui keberadaan dirinya.Jadi, Kimberly sangat terpaksa membuka pintu dan bertindak seolah tidak sedang menguping. Ia harus kelihatan seperti baru datang. Bahkan sempat menyuruh pelayan yang mengikutinya untuk tutup mulut."Cucu kakek, giginya masih sakit?" tanya Pangeran kelima langsung meminta Alesha darinya.Kimberly pun menyerahkan Alesha pada ayah mertuanya. Dan Alesha duduk di pangkuan Pangeran kelima. Sementara dirinya mendekati Yuksel yang sudah tersenyum."Aku membawa buah untukmu, aku tidak tahu Ayah mertua di sini juga, jadi aku akan membaginya menjadi dua."Para pelayan pun mendekat sembari membawa teh dan disajikan di hadapan Pangeran kelima. Juga di atas meja Yuksel. Kimberly membereskan berkas yang sedikit berserakan di atas meja."Kau sudah meninjaunya kan? Karena aku akan membereskannya," ujarnya karena tak ingin m
Kimberly tertegun. "Kak Rosalind mau menikah?""Iya."Kimberly sedikit diam. Selama bertahun-tahun, ia telah mendengar berita ini. Namun, kakaknya itu juga mengalami kegagalan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Julia menghela napas. "Setelah beberapa kali dia menolak calon suaminya, akhirnya minggu ini dia akan menikah.""Sepertinya kak Rosalind sudah menemukan pria yang cocok, Bu," sahutnya.Kepala Julia mengangguk. Padahal dulu, kakak perempuannya itu selalu mengharapkan Yuksel menjadi suami. Karena memang sejak awal, bukan Kimberly yang menikah dengan Yuksel.Hanya saja, karena rencana ayahnya. Kimberly berakhir menjadi istri dari Yuksel. Hal itu membuatnya tersenyum, karena ayahnya ternyata sangat memikirkan kehidupan pernikahannya."Memangnya siapa yang akan menikah dengan kakak, Bu?" tanyanya dengan penasaran."Kata ayahmu, dia dari keluarga Lewis di kota Lefan saja."Kimberly mengerutkan dahi. "Apakah ada di Lefan, keluarga bernama Lewis?"Julia tersenyum. "Lefan kan lua
Kabar mengenai perjodohan antara putri tangan kanan Raja dengan Pangeran Noah menyebar dengan cepat di telinga para warga ibukota Kairi. Terdengar juga gosip lainnya. Bahwa banyak yang patah hati atas perjodohan itu. Tentu saja dari pihak yang menyukai Noah juga Prisa. Namun, tak sedikit juga orang yang memberi selamat atas perjodohan itu. Karena merasa memang mereka berdua sangat cocok.Sementara Noah berdiri di hadapan gerbang rumah Prisa dengan kereta kuda terparkir. Nampak menanti sosok Prisa yang keluar kediaman dengan mengenakan dress berwarna peach dengan corak bunga sederhana. Bibir Prisa tersenyum malu saat Noah berjalan mendekat dan menawarkan tangan."Padahal saya bisa jalan sendiri Pangeran," ujar Prisa sangat pelan."Tidak, biarkan aku yang membantumu berjalan hingga menaiki kereta," sahut Noah terdengar ramah.Noah sudah berjanji membawa Prisa mengelilingi ibukota Kairi lewat jalur sungai. Kejernihan warna sungai dengan sekitar dihuni para pedagang sepanjang perjalanan.
Malam harinya. Kimberly mendudukkan diri di sudut ranjang. Mata membingkai sosok Yuksel yang membawa pekerjaan ke kamar. Rasa kesal membuatnya menampar dokumen dari tangan suaminya.Hingga mata Yuksel melirik. "Sayang.""Apa ini ruang kerjamu?" Nada suaranya terdengar mengeluh.Yuksel yang mengerti langsung menutup dokumen dan meletakkan di meja samping ranjang. Lantas merentangkan tangan dengan tubuh masih menyender pada board ranjang. Kimberly menjadi tersenyum dan mulai menempatkan diri di pelukan suaminya."Ingin membicarakan sesuatu?" tanya Yuksel.Kepala Kimberly pun mengangguk. "Iya, aku ingin bicara.""Soal Noah dan Prisa?" tanya Yuksel lagi mulai mengerti.Lagi, kepalanya mengangguk. "Iya, suamiku."Jemari Yuksel mengusap kepalanya. "Ayo bicara padaku."Kimberly menggerakkan tubuhnya, mencari tempat yang paling nyaman. Yuksel tersenyum atas kelakuan darinya. "Aku benar-benar ingin Prisa dan Noah bisa bersama," ujarnya."Bukankah ayah sudah menyarankan soal perjodohan?" singg
Setelah beberapa hari berlalu, Kimberly selalu saja mendapat kabar. Kalau ketiga putri sangat akur satu dengan lainnya. Hal yang selalu membuat Kimberly tersenyum senang.Kimberly sendiri dalam perjalanan menuruni anak tangga. Setelah mendengar kalau Emma akan berkunjung. Dengan membawakan buah yang baru saja dipanen."Emma," sebutnya dengan senang begitu melihat istri dari Aiden ini.Emma sendiri sempat ikut tersenyum, namun sedetik kemudian menunjukkan wajah heran. "Tumben hari ini Ratu saya bisa tersenyum lebar begini."Mendengarnya Kimberly langsung tertawa. "Aku merasa sangat senang."Mata Emma membulat terkejut. "Apa Yang Mulia mengandung anak kelima?"Anak kelima, kata yang selalu Yuksel bicarakan padanya. Saking bosannya, Kimberly langsung menghela napas. Emma yang merasa tebakan salah, menjadi lebih penasaran."Memangnya bukan ya?""Bukan itu, tapi akhirnya ada hari di mana ketiga putriku itu akur. Aku merasa sangat bahagia," ujarnya dengan tersenyum lebar.Setelah tahu apa y
Beberapa saat kemudian. Yuksel terlihat duduk di ruang kerja, tak lama pintu diketuk dan dibuka oleh pelayan. Terlihat Noah berjalan masuk ditemani oleh Yoshi.Mata Yuksel menatap sang putra yang sudah berusia 14 tahun. Noah memiliki tubuh yang tinggi dan berisi, serta ketampanan dari Yuksel benar-benar menurun pada Noah. Hingga terkenal di kalangan bangsawan dan juga putri para menteri."Kau sudah dengar masalah bencana di kota sebelah?" singgung Yuksel.Noah duduk di kursi sekitar Yuksel. "Sudah, Ayah.""Apa kau memiliki solusi?"Dan Yuksel selalu bertanya pada sang putra. Setiap kali ada masalah yang melibatkan kerajaan. Karena, Yuksel ingin Noah lebih cepat memahami dan ketika mewarisi tahta tidak akan terkejut begitu beratnya tanggung jawab seorang raja."Jumlahnya cukup banyak, jika membantu maka banyak dana yang harus dikeluarkan. Alangkah baiknya menyediakan lahan dan bantuan medis saja. Untuk dana Ayah bisa berikan seperlunya saja."Yuksel langsung tersenyum. "Ayah juga beren
Yuksel dan Kimberly terpaksa kembali ke kediaman dengan cepat. Karena malamnya akan menghadiri pernikahan dari Liliana dan Julian. Kemudian mereka menikmati pesta yang diadakan di istana dengan meriah.Meski di dalam pesta itu, ada seorang wanita yang hanya bisa menahan kemarahan di pojok ruangan. Tentunya dia adalah mantan Putri Mahkota yang hanya dijadikan selir. "Dia hanya anak ingusan, tapi berani sekali merebut Raja dari tangan Anda."Wanita itu menoleh ke arah Arabella. "Bukankah kau juga sama? Kau waktu itu kalah dari anak ingusan seperti Ratu Kimberly."Arabella menatap kesal pada selir Raja ini. Namun tak bisa berbuat apa pun, karena selain berada di pesta. Derajat Arabella juga tidak sebanding.Sementara Kimberly yang mulai lelah. Memutuskan duduk di kursi khusus yang disediakan untuknya. Yuksel yang semula berbicara dengan Yoshi dan Liliana, langsung melirik ke arahnya."Aku akan ke istriku," ujar Yuksel.Yoshi menatap sang adik yang sejak tadi sedang diawasi oleh Julian,
Pagi harinya, mereka semua sarapan bersama. Madam Ane pun mengulas senyum selama mengawasi suasana ruang makan yang dulu begitu sepi. Sekarang sangat ramai, apalagi Alesha yang selalu berteriak pada Isabella."Katanya rumah Kakek Aaron ada di kota ini juga?" Noah memulai kata setelah sarapan selesai.Mendengar hal itu, Aaron menoleh. "Benar, Nak.""Apa aku boleh berkunjung?" tanya Noah.Isabella menjadi bersemangat. "Aku juga! Aku ingin melihat kediaman Kakek!"Mendengar hal itu, Aaron langsung melirik ke arah Kimberly dan Yuksel. Meski sang kakek merasa tidak sedikit masalah. Tapi, ada pihak lain yang kemungkinan tidak akan setuju."Lebih baik tidak usah ya, tidak ada yang bisa dilihat dari kediaman kakek itu," tolak Aaron.Kimberly menatap pada sang ayah. Mungkin Aaron tidak ingin anak-anaknya tahu, kondisi seperti apa dirinya ketika tumbuh sewaktu dulu. Karena masa lalu yang buruk memang sebaiknya tidak diceritakan dan lebih baik dilupakan."Hanya melihat dari depan juga tidak bole
Beberapa minggu berlalu. Kimberly dan keluarganya telah tiba di kediaman Pangeran kelima, perjalanan membutuhkan waktu kurang dari dua hari untuk tiba. Karena mereka memilih jalan pintas dan tercepat.Isabella berdecak kagum melihat taman di kediaman lama. "Wah indahnya, Bu aku jadi ingin tinggal di rumah Kakek."Pangeran kelima tersenyum mendengar hal itu. "Benarkah? Apa Isabella tidak takut tinggal sendirian di sini?""Kenapa begitu Kek?"Noah melintasi Isabella dan menyahut dingin, "bukankah sudah jelas? Kau ingin tinggal di sini, sementara kami semua pulang ke ibukota."Isabella langsung cemberut. Meski begitu, anak keduanya itu berlari menyusul Noah yang berjalan mendekatinya. Kimberly sesekali tersenyum dan berbincang dengan ibunya."Bu, ayah di mana?" tanya Noah begitu berjalan di sampingnya.Mendengar anak mencari sang ayah, membuat Kimberly hanya bisa tersenyum. Namun, Noah teringat sendiri hingga memutuskan untuk tidak bertanya lagi.Kimberly mengusap kepala putranya. Jujur
"Apa yang membuat istriku ini sangatlah bergembira?"Kimberly menoleh dan tersenyum begitu mendapati Yuksel berjalan mendekat bersama Yoshi. Sementara Emma hendak bangkit berdiri lagi dan menyapa. Namun, Yuksel lebih dulu melarang."Wanita hamil tidak boleh banyak gerak, duduklah."Kimberly masih tersenyum. "Suamiku, apa yang membawamu ke sini?"Yuksel mendekatinya dan ikut tersenyum. "Aku hanya ingin melihat apa yang kau lakukan Sayang.""Aku menyulam," sahutnya dengan ceria.Jemari Yuksel mengusap kepalanya. Menarik kursi dan duduk di sebelahnya. Kemudian mengambil hasil sulaman setengah jadi miliknya."Bagus," puji Yuksel."Terima kasih suamiku."Isabella yang melihat keberadaan sang ayah. Langsung berhenti bermain dan segera menghampiri Yuksel sembari berteriak memanggil ayah. Yuksel sendiri bangkit dari duduk dan mendekat.Alesha yang melihat Isabella sudah sangat dekat. Membuat putri kecil itu terburu berlari tertatih demi bisa mencapai Yuksel lebih dulu. Noah, Prisa dan para pe
Yuksel menatap ke arahnya. "Sayang, apa kau yakin Alesha tidak akan terbangun lagi?"Atas pertanyaan tersebut, Kimberly menatap suaminya. "Benar. Kalau sampai petir datang lagi, Alesha terbangun saat kita sedang ...."Kimberly tak melanjutkan ucapannya. Karena Yuksel pun sudah paham meski dirinya tak bicara lagi. Hingga kepala Yuksel mengangguk, dan tangan mengusap wajahnya."Tidak baik melakukannya saat anak terbangun," sambung Yuksel.Kimberly menarik napas. "Kalau begitu mari kita tidur."Yuksel mengusap wajahnya. "Ya Sayang."Dengan Alesha menjadi penghalang di antara Kimberly dan Yuksel. Namun, Yuksel malah mendekatkan diri demi bisa menjadikan tangan sebagai bantal tidur untuknya. Kimberly tersenyum senang dan mulai memejamkan mata.***Esoknya. Di ruang kerja, Yuksel kedatangan Putra Mahkota yang seharusnya sudah pulang. Justru terlihat enggan untuk kembali."Bukankah kau sudah mengerti cara kerja dan risiko dari obat yang diberikan?" tanya Yuksel."Bisakah aku tinggal di sini