Bab 86Saat Nathan dan Anya telah keluar dan berlalu dengan mobil mereka, barulah Ratih beranjak dari tempat tidurnya. Wanita paruh baya itu menyusul Nicky yang masih ada di ruang depan.Tanpa kata, ia langsung merebut uang yang ada di tangan Nicky dengan gerakan kasar. Nicky sendiri langsung terkejut dan melotot ketika uangnya raib begitu saja."Mama ini apaan, sih!" sentak Nicky terima."Eh, ini tuh uang buat Mama, ya! Anya ngasih uang ini buat Mama berobat dan beli makanan yang Mama mau!" timpal Ratih menjauhkan uang tersebut dari jangkauan Nicky, agar tak direbut kembali.Jelas-jelas ia mendengar semua perkataan Anya saat di kamar tadi. Kalau sudah begitu, maka Ratih berpikir kalau uang itu memang diberikan Anya khusus untuknya."Ya gak bisa gitu dong, Ma!" Nicky berusaha merebut, tetapi Ratih segera menghindar.Diana bergegas keluar saat mendengar keributan itu. Dia berkacak pinggang, menatap ibu dan adik bungsunya memperebutkan uang yang diberi oleh Anya."Mama sama Nicky ini ke
Bab 87Anya dan Nathan saling pandang. Bahkan lelaki yang asalnya berdiri di sebelah Anya itu sudah bergeser dan mundur ke belakang, agar Luqman bisa masuk lebih dulu ke dalam lift. Dalam hati Nathan mengeluh, lantaran ia masih tidak berani berhadapan dengan Luqman secara langsung. sementara Anya sendiri memberikan kode agar kekasihnya bersikap biasa saja dan tak terlalu tegang."Tadi aku ketemu sama Mas Nathan di jalan. Iya 'kan, Mas?" Anya kembali memberikan isyarat agar Nathan mengikuti segala arahannya."Oh, iya, betul itu, Pak Luqman. Tadi mobil saya mogok, dan untungnya ada Bu Anya yang lewat. Jadi setelah saya menghubungi bengkel, saya ikut dengan Bu Anya." Nathan begitu sopan dan memanggil formal dua orang di depannya.Jika tengah berada di kantor, ia pun sadar diri dengan posisinya. Apalagi luqman ini hanyalah ayah tiri bagi Heba. Jadi ia begitu sungkan, dan Anya tak suka dengan cara Nathan yang sepertinya itu.Harusnya Nathan bisa lebih rileks, karena Luqman bukanlah orang
Bab 88Selama berjam-jam, Heba ada di ruangannya untuk menyusun materi yang akan disampaikan Noah pada pertemuan di luar perusahaan. Sementara atasannya itu tengah bekerja bersama Yuriko. Heba memanfaatkan waktu sebaik mungkin.Wanita yang satu itu merasa lebih lega, karena ia tak harus selalu mengikuti Noah. Setidaknya untuk hari ini, Heba bisa sedikit leluasa. Hingga saat jam makan siang tiba, Heba berinisiatif untuk datang ke ruangan atasannya. Barangkali Noah tak akan pergi ke luar dan menginginkan sesuatu untuk disantap.Akan tetapi, saat tiba di sana, Heba tidak menemukan Noah di ruangan itu."Apa Pak Noah masih ada meeting?" tanyanya bingung. Kemudian Heba mengecek jadwal di ponsel miliknya. Di sana tertera, kalau seharusnya Noah meninggalkan ruang meeting setengah jam yang lalu."Pak Noah ke mana, ya? Bukannya tadi bilang dia mau makan siang bareng? Apa aku salah tangkap?" Heba masih bertanya-tanya.Biasanya jika memang ingin pergi keluar, maka atasannya itu akan memberitahu.
Bab 89"Kamu tau soal itu gak, Ba?" tanya Kamila pada Heba.Heba lekas menggeleng. "Aku sama sekali gak tau, Mil. Bahkan aku baru sadar, kalau mobil yang dipake Mas Nathan itu punyanya Kak Anya. Gak mungkin Mas Nathan beli mobil baru.""Mobil?" Kamila mengerutkan kening.Heba menjelaskan peristiwa saat ia mengamuk di rumah Ratih dengan sejelas-jelasnya, membuat Kamila langsung berdecak kagum atas keberanian Heba."Kalau Kak Anya sampai ngasih mobil itu, gak akan heran kalau dia juga pasti memperjuangkan Mas Nathan biar bisa naik jabatan," papar Heba mengeluarkan asumsi yang ada di kepalanya."Selama bertahun-tahun kerja di perusahaan Papa Luqman, Mas Nathan itu cuma jadi karyawan biasa yang gak menonjol. Dia juga gak deket sama Papa Luqman. Jadi, ya ... menurutku, ada peran Kak Anya kenapa Mas Nathan bisa mendadak naik jabatan jadi manager.""Udah jelas, sih itu!" timpal Kamila hampir melemparkan sedotan di dalam gelas.Jelas sekali ia merasa gemas. Rupanya Nathan sangat pandai memanf
Bab 90"Nya, ngapain kamu berduaan di sini sama Nathan?" tanya Anisa pada akhirnya.Obrolan antara Anya dan Nathan pun langsung terhenti, dan mereka berdua kompak mendongak. Keduanya sama-sama tertegun melihat kehadiran Anisa.Mengapa wanita paruh baya itu bisa ada di sini?Anya gelagapan. Tak menyangka bisa bertemu dengan ibu sambungnya. Ia mengeluh dalam hati mengapa tak memperhatikan situasi sekitar. Karena terlalu senang, Anya sampai mengabaikan fakta, bahwa hubungannya dengan Nathan masih belum boleh diketahui oleh siapa pun, kecuali oleh keluarga Nathan sendiri."Nya? kamu gak mau jawab pertanyaan dari Mama?" Anisa sampai menatap serius pada Anya yang hanya diam saja."Maaf, Ma, aku yang ngajakin Anya ke sini buat traktir dia malam malam." Nathan mendahului Anya yang hendak membuka suara.Lelaki yang sudah punya jabatan baru itu beranggapan, kalau ia berhak bersuara karena sudah berada di posisi yang hampir setara dengan Anya. Nathan juga ingin menunjukkan pada ibu mertuanya ini
Bab 91Noah sudah bersemangat membawa foto-foto yang diberikan oleh si mata-mata kepercayaannya. Ia yakin, dengan bukti yang begitu banyak, maka jalan Heba akan dipermudah menuju perceraian bersama Nathan."Saya rela melakukan apa pun demi kamu, asal kamu bisa lepas dari Nathan," gumam Noah seraya mengepalkan tangan begitu kuat.Sampai di kantor, Noah langsung masuk ke dalam ruangan Heba. Wanita itu tampak sedang membereskan meja. Heba agak sedikit terkejut melihat Noah ada di dekat pintu, dan hanya berdiri tanpa ekspresi apa pun."Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Heba."Saya bawa bukti yang bisa kamu pake di pengadilan," ucap Noah, seraya menyimpan sebuah amplop coklat di meja Heba.Noah benar-benar tak berbasa-basi. Menurutnya, Heba tak boleh membuang waktu untuk menyingkirkan Nathan dari hidupnya.Sementara kedua mata Heba langsung tertuju pada amplop tersebut. Jangan ditanya bagaimana debar di dadanya. Sudah pasti berdetak tak karuan. Ia tahu Noah akan membantunya, tapi sama
Bab 92"Maksud Mama apa, sih? Kenapa sampai bisa mikir sejauh itu?" tanya Luqman tak terima. Perkataan sang istri sangatlah konyol, sehingga tak bisa diterima oleh akal."Tolong jangan ngomong yang macem-macem soal anak kita! Gak mungkin Anya punya hubungan sama Nathan! Mama inget 'kan, kalau Nathan itu siapa? Dia suami Heba!" tambah lelaki paruh baya itu seraya berdecak keras.Jelas Luqman marah, dan menganggap jika Anisa telah menuduh Anya berbuat yang tidak-tidak, hanya karena Anya merekomendasikan Nathan menjadi manager di perusahaan keluarga mereka."Mama gak ada maksud buat jelekin Anya, kalau itu yang ada di pikiran Papa. Mama liat dengan mata kepala Mama sendiri, kalau Anya sama Nathan pernah pelukan di gedung apartemen!" tutur Anisa tak tahan lagi untuk menyimpan semuanya sendiri, sehingga ia berpikir harus memberitahu Luqman.Mereka harus mencegah dengan cepat, kalau ternyata asumsi Anisa soal Anya dan Nathan benar. Anisa sendiri tak terlalu memikirkan bahwa Nathan adalah su
Bab 93Mendengar suara benda jatuh di kamar mandi, membuat Diana bergegas menghampiri dan masuk ke sana. Wanita itu tersentak melihat Ratih sudah meringis tak bersuara dengan posisi telentang."Mama!" teriak Diana berusaha membantu Ratih berdiri."Sakit, Di ... badan Mama sakit," keluh Ratih tak sanggup memegangi tangan Diana yang telah diulurkan padanya.Saat hendak membantu Ratih, Diana pun kesusahan. Jelas ia tak bisa mengangkat Ratih seorang diri, lantaran tubuh ibunya yang gempal."Mama tunggu sebentar, aku mau minta tolong sama tetangga." Diana keluar dari kamar mandi, dan posisi Ratih belum berubah.Di luar rumah, Diana memanggil beberapa tetangganya yang sedang berlalu lalang, dan meminta tolong pada mereka untuk mengangkat Ratih keluar dari kamar mandi.Empat orang lelaki sudah masuk secara sukarela. Mereka gotong royong mengangkat tubuh Ratih dan memindahkannya ke kamar."Sepertinya kaki Bu Ratih keseleo, Mbak. Apa kita panggilkan tukang urut aja?""Jangan!" tolak Ratih sera
Bab 134Memaafkan dan memilih melanjutkan hidup, adalah pilihan terbaik bagi Heba dan Noah. Semenjak datang ke rumah Anisa dua bulan lalu, hubungan mereka sudah semakin membaik. Perlahan tapi pasti, Luqman juga sudah bersedia untuk ditemui, meski pertemuan itu sendiri harus selalu diadakan di rumahnya.Soal Anya dan Nathan, mereka belum resmi bercerai. Anya yang sudah mendapatkan kewarasannya, mengatakan kalau ia memang sangat mencintai Nathan dan tak bisa melepaskan lelaki itu, meski Nathan sudah menghujaninya dengan berbagai macam pengkhianatan.Tak ada satu pun yang bisa membuat Anya berubah pikiran, termasuk Heba yang sempat datang ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk kakak tirinya. Di sana, Anya malah berkata kalau Heba tak boleh mengurusi hidupnya. Maka dari itu, Heba tak pernah menemui Anya secara langsung, dan hanya menanyakan bagaimana kondisi perempuan itu melalui perawat.Sementara untuk rumah tangga Heba sendiri, semuanya berjalan lancar. Heba tengah menikmati hari-hari men
Bab 133"Kita ke rumah Mama Anisa sekarang," ucap Noah setelah Heba menceritakan ulang apa yang dikatakan oleh Anisa barusan."Tapi, Mas, gimana sama kita berdua?" tanya Heba bingung dan tak enak hati.Bukan hal yang aneh bagus kalau mereka sampai keluar dari hotel tengah malam begini. Apa kata orang? Semua orang yang melihat keduanya meninggalkan hotel dengan langkah tergesa, pasti akan berpikir macam-macam. Heba tak mau keluarga suaminya mendapatkan pandangan buruk karena masalah yang tengah dihadapi oleh Anisa."Masih ada malam-malam selanjutnya untuk kita berdua," jawab Noah dengan senyum.Noah berlalu, mengambilkan baju hangat serta sehelai kerudung untuk dikenakan oleh sang istri. Sementara itu, Heba masih diam di tempat. Ia tak mau merepotkan, tetapi mustahil juga andai dirinya pergi seorang diri ke rumah Anisa untuk melihat apa yang terjadi di sana."Ayo, Sayang," ajak Noah menggenggam hangat tangan sang istri, sehingga Heba mengangguk dan mengikuti langkah suaminya.Berjalan
Bab 132Kebaya putih gading yang dilengkapi dengan kerudung serta untaian bunga melati, berhasil membuat penampilan Heba begitu memukau. Heba tampil sangat cantik dan manglingi, membuat Kamila tak henti memotret sahabatnya dari berbagai sudut."Udahlah, Mil, aku malu," gumam Heba seraya menatap ke sekeliling yang diisi oleh seorang fotografer dan dua staf wedding organizer, serta seorang MUA yang memang disewa oleh Heba untuk mempercantik dirinya di hari paling membahagiakan ini."Sorry, Ba, aku gak bisa berhenti, habisnya kamu cantik banget!" Kamila kembali mengangkat layar ponselnya dan mengarahkan benda tersebut ke wajah Heba, kemudian kembali memotretnya.Jika disimak lebih jauh, Kamila ini memang sangat heboh dan tampak lebih sibuk dari sang fotografer. Heba sampai menggelengkan kepala. Kendati sudah meminta agar Kamila duduk saja, tetapi sahabatnya itu tak mendengar sama sekali.Kamila baru bisa duduk dengan tenang, saat pembawa acara di ballroom hotel meminta Noah untuk duduk d
Bab 131Suara tangis bayi mengakhiri perjuangan Anya yang sejak tadi mengikuti instruksi dari dokter yang membantu persalinannya. Perempuan itu memejamkan mata, merasakan lelah luar biasa karena ia telah melalui proses persalinan secara normal.Ya, Anya sejak awal kehamilan, Anya sudah bersikeras ingin melahirkan bayinya dengan cara normal, lantaran ia berpikir dirinya bisa dianggap sebagai seorang ibu sepenuhnya, jika menempuh cara tersebut. Padahal, proses apa pun yang dilalui oleh seorang ibu, tak bisa dibandingkan satu sama lain. Baik normal maupun caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.Sementara di luar ruangan, Nathan sudah menunggu dengan perasaan sangat cemas. Ia tak bisa masuk ke dalam lantaran tak akan kuasa melihat banyak darah. Lelaki itu hanya menunggu seorang diri dengan sedikit rasa kesal, lantaran Ratih dan kedua saudaranya tak kunjung datang ke rumah sakit.Nathan telah berdiri. Ia ingin melihat bagaimana anaknya yang baru saja lahir. Sejenak ia mengintip, d
Bab 130Tinggal di sebuah rumah besar adalah kebahagiaan untuk Ratih dan keluarganya. Harapan mereka menjadi kenyataan. Berkat naiknya Nathan menjadi pemegang perusahaan, kehidupan mereka pun berubah secara drastis.Sekarang, Ratih dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah yang letaknya berada di perumahan elit. Tak ada tetangga julid, tak ada tatapan iri, dan itu membuat Ratih semakin jumawa."Hari ini aku mau ke luar kota, Ma," ucap Diana pada sang ibu."Mau ngapain lagi? Kamu baru aja pulang," sahut Ratih menatap curiga pada putri sulungnya.Diana sering mengatakan kalau ia tengah mencoba untuk menjalin bisnis dengan temannya yang kaya raya. Sudah berbulan-bulan Diana sering pergi ke luar kota dengan alasan serupa, tetapi tak ada satu pun hasil yang terlihat dari kerja kerasnya itu.Ya, Diana membohongi ibunya. Ia tak pergi ke luar kota, melainkan malah bergabung dengan teman-teman barunya di sebuah klub malam. Di sana, Diana menghamburkan uangnya demi menyenangkan beberapa lelaki ya
Bab 129Seorang perempuan melihat datar kepergian Noah dan keluarganya dari rumah Anisa. Perempuan itu kemudian menutup kasar gorden panjang nan tebal, menyebabkan kamarnya menjadi temaram, padahal hari masih sore dan matahari masih menampakkan cahaya di atas langit."Heba udah bahagia," gumamnya seakan tak terima atas lamaran adik tirinya.Semua hantaran yang dibawa oleh orang tua Noah, jelas membuat Anya merasa iri. Dulu saat Nathan melamar dirinya, lelaki itu memang membawa banyak sekali barang mahal, tetapi uangnya berasal dari kantong Anya."Kenapa nasib Heba bisa jauh lebih baik daripada aku?" tanya Anya seraya hilir mudik di kamarnya.Tak seorang pun yang tahu, kalau rumah tangganya dengan Nathan kerap diterpa oleh ujian yang tak ada habisnya. Di awal pernikahan, sikap Nathan sangat baik dan lembut. Lelaki itu memenuhi semua keinginan Anya tanpa terkecuali.Akan tetapi, setelah Nathan memegang penuh perusahaan milik Luqman, suaminya itu menjadi dingin dan ketus. Nathan juga ser
Bab 128Shanti dan Pratama kebingungan melihat putra semata wayang mereka terus mengukir senyum sejak masuk ke dalam rumah. Dua paruh baya itu sampai saling pandang dan sama-sama mengerutkan kening."Aku punya kabar bahagia," ucap Noah setelah duduk di depan kedua orang tuanya.Gambaran bahagia itu memang terlihat jelas dan mampu mengalihkan semua kebiasaan Noah. Anak lelaki mereka tiba-tiba duduk tanpa mengucap salam atau mencium tangan, membuat Shanti dan Pratama kembali saling pandang."Kabar bahagia apa? Soal perusahaan?" tanya Pratama penasaran."Bukan, Pa," jawab Noah tak langsung menjelaskan semuanya, karena ia malah tertawa salah tingkah."Kenapa, sih? Jangan bikin Mama sama Papa penasaran," tegur Shanti sambil berdecak tak sabaran."Heba suka sama aku, dan dia bilang mau nikah sama aku," ungkap Noah, benar-benar tak bisa menghentikan senyum di bibirnya."Kamu serius?" Shanti adalah orang pertama yang memberikan reaksi terkejut. Perempuan paruh baya itu sampai terkesima dan be
Bab 127Tawaran dari Noah berhasil membuat jantung Heba seakan hendak meledak. Perempuan itu mendadak diam, tetapi kedua matanya melirik Noah sesekali.Menikah? Tawaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk diangguki dalam hitungan detik. Sebelumnya, Heba punya pengalaman buruk soal pernikahan. Perempuan itu tentu tak mau sembarangan lagi. Semuanya harus dipikirkan baik-baik."Maaf, Pak, apa boleh saya kasih jawaban nanti?" tanya Heba takut-takut."Boleh," jawab Noah seraya mengangguk lagi, kemudian lelaki itu kembali mengemudikan mobilnya.Noah mengantar Heba dengan selamat sampai ke rumah. Turun dari mobil usai berpamitan dan mengucapkan terima kasih, lebih dulu Heba memastikan mobil Noah menjauh dari area rumahnya. Barulah setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa."Aku harus kasih tau Kamila!" ucap Heba terburu-buru mengambil ponselnya di dalam tas, dan menghubungi Kamila saat itu juga."Mil!" panggilnya setelah panggilan mereka terhubung.Di toko yang masih ramai o
Bab 126Noah menghentikan langkah. Barusan itu, kalimat yang keluar dari mulut Kamila terdengar oleh kedua telinganya. Noah mematung, mulai bertanya-tanya mengapa ia tak tahu kalau Heba sempat merasa cemburu pada perempuan yang datang kepadanya?Tatapan lelaki itu tertuju lurus, dan Heba sadar akan hal tersebut. Heba mengeluh, dan menoleh pada Kamila seraya melayangkan tatapan protes. Dari tatapannya itu, harusnya Kamila sadar, kalau saat ini Heba tengah kesal padanya.Akan tetapi, Kamila malah mengangkat bahu seolah-olah ia tak salah. Kamila tak bermaksud bicara di depan Noah tentang semuanya. Namun, kalau sampai atasan mereka mendengar, ya itu namanya sudah takdir."Gara-gara kamu, nih!" Heba berkata tanpa suara.Heba berdeham dan menarik senyum saat Noah berdiri di hadapannya dan Kamila. Sebisa mungkin Heba bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka."Siang, Pak, gimana pendapat Bapak soal toko saya sama Kamila?" tanya perempuan itu, benar-benar berusaha mengalih