Bab 63Pulang dari kantor, Heba langsung bersiap-siap demi menghadiri undangan dari Pratama. Ia menjadi tidak sabar, sehingga merasakan semangat dalam dirinya melesat tinggi."Udah lama ya, Ba, kamu gak ada di momen kayak gini," ucapnya sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. "Kamu gak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kamu harus bisa membawa diri kamu sendiri ke tempat yang sepantasnya."Wanita itu mengangguk dengan senyum tercetak lebar di bibir. Lalu saat jam di rumahnya berada di angka setengah tujuh malam, Heba pun memutuskan untuk segera berangkat. Ponsel dimasukkan ke dalam tas, bertepatan dengan ojek online yang sudah tiba di depan rumah.Sementara di sebuah rumah besar, Noah sengaja membuka jendela balkonnya, agar ia dapat melihat ke halaman rumah yang ada di bawah dan memastikan keberadaan Heba."Kok, dia belum dateng, ya?" Lelaki itu bertanya-tanya.Noah amat percaya, kalau Heba akan menepati janjinya pada Pratama. Melihat Heba yang tadi pagi begitu bersemangat
Bab 64Wajah Heba langsung berubah pucat, saat ia kembali membaca pesan dari Nathan. Wanita yang satu itu merasa bahwa debar dadanya berlaju sangat cepat. Sehingga tanpa sadar, ponsel yang ada di genggaman langsung terjatuh begitu saja. Noah yang melihat itu pun menoleh dan keheranan. Lebih dulu ia menatap Heba. "Kamu kenapa, Ba? Ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya tak bisa diam saja. Heba tak menjawab. Ia malah mengucap istighfar berkali-kali. Sampai akhirnya Noah berinisiatif untuk mengembalikan ponsel Heba ke tangan perempuan itu. Akan tetapi, Noah yang sama sekali tidak punya maksud untuk membaca isinya, malah tertegun karena ponsel Heba masih menyala. Mau tak mau, pesan yang dikirimkan oleh Nathan bisa dilihat oleh kedua matanya secara langsung. "Apa maksud dia, Ba?" Noah makin bingung, seraya tetap memperhatikan jalanan di depan sana. Untuk pertama kalinya, Heba pun boleh pada Noah dan malah tersenyum getir. Meski begitu, Noah bisa menebak jika hati Heba sedang sangat hancu
Bab 65"Ba, kamu butuh ditemani?" tanya Noah tak bisa diam saja. Waktu makin berlalu, tangis Heba malah semakin kencang. Namun, di dalam mobil Heba seperti tak mendengar apa pun. Ia masih sibuk dengan rasa sakit hatinya yang menjadi-jadi. Sampai akhirnya, Noah yang sejak tadi berdiri dengan perasaan resah, akhirnya bisa menghela lepas lega, saat Kamila telah datang. Perempuan yang ditunggunya itu turun menghampiri. Wajahnya kentara panik. "Gimana, Pak, Heba masih di dalam?" tanya Kamila. Sebelum Noah menjawab, Kamila mengusap wajah terlebih dahulu karena ia juga mendengar suara tangis yang berasal dari dalam mobil. Kamila sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan menahan amarahnya ketika bicara dengan Heba mengenai Nathan. Selain itu, ia juga akan membujuk Heba untuk berpindah ke mobilnya, agar wanita itu bisa lebih leluasa untuk menceritakan semua rasa sakit di hati. Akan tetapi, semua niat yang sudah tersusun dengan baik itu, nyatanya tak bisa terwujud dengan mudah. Kamila men
Bab 66Anya sangat puas, karena Nathan memang sungguh-sungguh dengan perkataannya. Maka dari itu untuk merayakan perpisahan Heba dan Nathan, Anya mengajak kekasihnya untuk makan malam di sebuah restoran mahal.Nathan juga menyambut penuh suka cita, sehingga sejak tadi setelah sampai di restoran, ia sama sekali tidak mengaktifkan lagi ponselnya. Nathan ingin fokus pada Anya.Soal Heba? Masa bodoh! Mereka bukan lagi sepasang suami istri, jadi Nathan makin tak peduli lagi akan nasib wanita yang satu itu."Gimana perasaan kamu setelah pisah dari Heba, Mas?" tanya Anya."Yang pasti sangat lega. Aku merasa gak punya beban apapun lagi," jawab Nathan tanpa ragu.Jelas ia bahagia, sebab sebentar lagi, Nathan akan mendapatkan pengganti Heba yang lebih hebat dari segi apa pun."Aku belum ngasih Mama kabar ini, Sayang," tambah Nathan, membuat Anya langsung tersipu karena panggilan itu.Memang bukan pertama kalinya bagi Nathan memanggil Anya demikian. Lelaki itu hanya akan memanggil sayang, jika b
Bab 67Heba menatap pantulan dirinya di depan cermin. Sejak bangun tidur, ia mengeluh dengan kondisi wajahnya yang tampak sendu, ditambah mata sembab karena menangis tanpa henti.Selain merasakan sakit hati karena diceraikan, ia juga merasa sakit hati lantaran dikhianati oleh Noah dan Kamila. Entah sejak kapan mereka berdua bekerja sama menutupi semuanya, Heba sama sekali tidak tahu dan belum bertanya.Hatinya masih tidak menerima fakta, jika Nathan memang berselingkuh dengan Anya. Hal tersebut membuat Heba terlalu sedih, sampai ia tak bisa berpikir jernih sepanjang malam tadi.Heba pun ingat betul, sejak semalam Kamila mengirimkan pesan dan meneleponnya berulang kali, dan Noah juga melakukan hal serupa. Namun, tak sekali pun Heba menggubris mereka berdua."Aku masih sangat kecewa sama kalian berdua, maka jangan salahkan aku, kalau aku menjauh dari kalian," gumam Heba, menatap serius pada pantulannya di depan cermin.Sementara itu, Noah sendiri merasa sangat bersalah. Seperti biasa, i
Bab 68Satu hal yang dilakukan Heba setelah mendengar pengakuan dari Noah adalah, menatap lelaki itu dengan sorot tak percaya. Heba kontan menggeleng, seolah tak mengizinkan Noah untuk peduli padanya."Kenapa Pak Noah peduli sama aku, padahal kota baru aja bekerja sama. Dia memang aneh," gumamnya dalam hati.Sementara Noah sendiri menghela napas panjang. Ya, ia telah bicara tak sesuai jalur. Wajar kalau saat ini Heba menganggapnya sebagai orang aneh. Noah bisa melihat bagaimana penilaian Heba terhadap dirinya, hanya dari tatap mata wanita itu.Sekarang Noah merasa malu, karena Heba tak menunjukkan antusias apa pun, ketika ia mengatakan amat sangat peduli.Bolehkah Noah menenggelamkan diri saat ini juga?"Kalau begini caranya, apa aku ungkapkan sekalian perasaanku pada Heba?" tanya Noah, menyimpulkan kalau semuanya sudah kepalang tanggung.Pertanyaan konyol itu langsung ditepis oleh lelaki itu sendiri. Mana mungkin ia ungkapkan segalanya, mengapa dirinya begitu rela melindungi Heba dar
Bab 69Untuk merayakan kebahagiaan yang tiada habisnya, Anya dan Nathan sepakat untuk tidak masuk kerja hari ini. Mereka punya rencana akan berkunjung ke rumah Ratih dan memberi tahu wanita paruh baya itu, jika Nathan sudah menjatuhkan talak pada Heba."Mama pasti jadi orang yang paling senang, Sayang," ucap Nathan saat ia dan Anya sudah berada di dalam perjalanan menuju rumah Ratih."Pasti, Mas. Karena selama ini, aku liat Tante Ratih itu benci banget sangat Heba. Tante Ratih pasti merasa lega karena kamu udah gak jadi suami Heba lagi." Sejak tadi senyum Anya tak kunjung surut dari bibirnya.Anya yakin, jika sekarang adik tirinya itu sedang menangis tanpa henti di rumah dan tak bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Maka dari itu, ia sangat senang. Bagi Anya sendiri, penderitaan Heba adalah kebahagiaan paling besar yang ia rasakan dalam hidup."Omong-omong, Mas, aku mau nanya, gimana bisa Tante Ratih itu bisa benci sama Heba? Awal mulanya dari mana?" tanya Anya sengaja, padahal ia s
Bab 70Seharian ini Heba kembali mengabaikan pesan yang dikirimkan oleh Kamila. Bahkan saat jam makan siang, ia langsung saja turun tanpa berkunjung terlebih dahulu ke divisi, di mana Kamila menjalankan tugasnya sehari-hari.Sudah dikatakan bahwa Heba masih kecewa dengan sahabatnya itu. Namun, niat untuk menghindari Kamila nyatanya tak akan pernah bisa dilakukan oleh Heba.Karena saat ia yang hendak keluar dari kantor dan baru saja melewati lobby, ia malah berpapasan dengan Kamila. Sahabatnya itu tampak duduk di salah satu sofa yang ada di sana seperti tengah menunggu seseorang."Ba!" panggil Kamila.Kamila yang melihat Heba pun langsung beranjak dan menghampiri saat itu juga. Ia memang sengaja menunggu Heba di sana, karena beranggapan Heba tidak akan makan siang di kantin bersama dengan teman-teman yang lain."Ba, aku mau ngomongin soal yang kemarin," ucap Kamila menghalangi langkah Heba. "Kamu ada waktu 'kan? Cuma sebentar aja kok."Pertama-tama, Heba mengembuskan napas panjang seca
Bab 134Memaafkan dan memilih melanjutkan hidup, adalah pilihan terbaik bagi Heba dan Noah. Semenjak datang ke rumah Anisa dua bulan lalu, hubungan mereka sudah semakin membaik. Perlahan tapi pasti, Luqman juga sudah bersedia untuk ditemui, meski pertemuan itu sendiri harus selalu diadakan di rumahnya.Soal Anya dan Nathan, mereka belum resmi bercerai. Anya yang sudah mendapatkan kewarasannya, mengatakan kalau ia memang sangat mencintai Nathan dan tak bisa melepaskan lelaki itu, meski Nathan sudah menghujaninya dengan berbagai macam pengkhianatan.Tak ada satu pun yang bisa membuat Anya berubah pikiran, termasuk Heba yang sempat datang ke rumah sakit jiwa untuk menjenguk kakak tirinya. Di sana, Anya malah berkata kalau Heba tak boleh mengurusi hidupnya. Maka dari itu, Heba tak pernah menemui Anya secara langsung, dan hanya menanyakan bagaimana kondisi perempuan itu melalui perawat.Sementara untuk rumah tangga Heba sendiri, semuanya berjalan lancar. Heba tengah menikmati hari-hari men
Bab 133"Kita ke rumah Mama Anisa sekarang," ucap Noah setelah Heba menceritakan ulang apa yang dikatakan oleh Anisa barusan."Tapi, Mas, gimana sama kita berdua?" tanya Heba bingung dan tak enak hati.Bukan hal yang aneh bagus kalau mereka sampai keluar dari hotel tengah malam begini. Apa kata orang? Semua orang yang melihat keduanya meninggalkan hotel dengan langkah tergesa, pasti akan berpikir macam-macam. Heba tak mau keluarga suaminya mendapatkan pandangan buruk karena masalah yang tengah dihadapi oleh Anisa."Masih ada malam-malam selanjutnya untuk kita berdua," jawab Noah dengan senyum.Noah berlalu, mengambilkan baju hangat serta sehelai kerudung untuk dikenakan oleh sang istri. Sementara itu, Heba masih diam di tempat. Ia tak mau merepotkan, tetapi mustahil juga andai dirinya pergi seorang diri ke rumah Anisa untuk melihat apa yang terjadi di sana."Ayo, Sayang," ajak Noah menggenggam hangat tangan sang istri, sehingga Heba mengangguk dan mengikuti langkah suaminya.Berjalan
Bab 132Kebaya putih gading yang dilengkapi dengan kerudung serta untaian bunga melati, berhasil membuat penampilan Heba begitu memukau. Heba tampil sangat cantik dan manglingi, membuat Kamila tak henti memotret sahabatnya dari berbagai sudut."Udahlah, Mil, aku malu," gumam Heba seraya menatap ke sekeliling yang diisi oleh seorang fotografer dan dua staf wedding organizer, serta seorang MUA yang memang disewa oleh Heba untuk mempercantik dirinya di hari paling membahagiakan ini."Sorry, Ba, aku gak bisa berhenti, habisnya kamu cantik banget!" Kamila kembali mengangkat layar ponselnya dan mengarahkan benda tersebut ke wajah Heba, kemudian kembali memotretnya.Jika disimak lebih jauh, Kamila ini memang sangat heboh dan tampak lebih sibuk dari sang fotografer. Heba sampai menggelengkan kepala. Kendati sudah meminta agar Kamila duduk saja, tetapi sahabatnya itu tak mendengar sama sekali.Kamila baru bisa duduk dengan tenang, saat pembawa acara di ballroom hotel meminta Noah untuk duduk d
Bab 131Suara tangis bayi mengakhiri perjuangan Anya yang sejak tadi mengikuti instruksi dari dokter yang membantu persalinannya. Perempuan itu memejamkan mata, merasakan lelah luar biasa karena ia telah melalui proses persalinan secara normal.Ya, Anya sejak awal kehamilan, Anya sudah bersikeras ingin melahirkan bayinya dengan cara normal, lantaran ia berpikir dirinya bisa dianggap sebagai seorang ibu sepenuhnya, jika menempuh cara tersebut. Padahal, proses apa pun yang dilalui oleh seorang ibu, tak bisa dibandingkan satu sama lain. Baik normal maupun caesar, keduanya sama-sama mempertaruhkan nyawa.Sementara di luar ruangan, Nathan sudah menunggu dengan perasaan sangat cemas. Ia tak bisa masuk ke dalam lantaran tak akan kuasa melihat banyak darah. Lelaki itu hanya menunggu seorang diri dengan sedikit rasa kesal, lantaran Ratih dan kedua saudaranya tak kunjung datang ke rumah sakit.Nathan telah berdiri. Ia ingin melihat bagaimana anaknya yang baru saja lahir. Sejenak ia mengintip, d
Bab 130Tinggal di sebuah rumah besar adalah kebahagiaan untuk Ratih dan keluarganya. Harapan mereka menjadi kenyataan. Berkat naiknya Nathan menjadi pemegang perusahaan, kehidupan mereka pun berubah secara drastis.Sekarang, Ratih dan dua anaknya tinggal di sebuah rumah yang letaknya berada di perumahan elit. Tak ada tetangga julid, tak ada tatapan iri, dan itu membuat Ratih semakin jumawa."Hari ini aku mau ke luar kota, Ma," ucap Diana pada sang ibu."Mau ngapain lagi? Kamu baru aja pulang," sahut Ratih menatap curiga pada putri sulungnya.Diana sering mengatakan kalau ia tengah mencoba untuk menjalin bisnis dengan temannya yang kaya raya. Sudah berbulan-bulan Diana sering pergi ke luar kota dengan alasan serupa, tetapi tak ada satu pun hasil yang terlihat dari kerja kerasnya itu.Ya, Diana membohongi ibunya. Ia tak pergi ke luar kota, melainkan malah bergabung dengan teman-teman barunya di sebuah klub malam. Di sana, Diana menghamburkan uangnya demi menyenangkan beberapa lelaki ya
Bab 129Seorang perempuan melihat datar kepergian Noah dan keluarganya dari rumah Anisa. Perempuan itu kemudian menutup kasar gorden panjang nan tebal, menyebabkan kamarnya menjadi temaram, padahal hari masih sore dan matahari masih menampakkan cahaya di atas langit."Heba udah bahagia," gumamnya seakan tak terima atas lamaran adik tirinya.Semua hantaran yang dibawa oleh orang tua Noah, jelas membuat Anya merasa iri. Dulu saat Nathan melamar dirinya, lelaki itu memang membawa banyak sekali barang mahal, tetapi uangnya berasal dari kantong Anya."Kenapa nasib Heba bisa jauh lebih baik daripada aku?" tanya Anya seraya hilir mudik di kamarnya.Tak seorang pun yang tahu, kalau rumah tangganya dengan Nathan kerap diterpa oleh ujian yang tak ada habisnya. Di awal pernikahan, sikap Nathan sangat baik dan lembut. Lelaki itu memenuhi semua keinginan Anya tanpa terkecuali.Akan tetapi, setelah Nathan memegang penuh perusahaan milik Luqman, suaminya itu menjadi dingin dan ketus. Nathan juga ser
Bab 128Shanti dan Pratama kebingungan melihat putra semata wayang mereka terus mengukir senyum sejak masuk ke dalam rumah. Dua paruh baya itu sampai saling pandang dan sama-sama mengerutkan kening."Aku punya kabar bahagia," ucap Noah setelah duduk di depan kedua orang tuanya.Gambaran bahagia itu memang terlihat jelas dan mampu mengalihkan semua kebiasaan Noah. Anak lelaki mereka tiba-tiba duduk tanpa mengucap salam atau mencium tangan, membuat Shanti dan Pratama kembali saling pandang."Kabar bahagia apa? Soal perusahaan?" tanya Pratama penasaran."Bukan, Pa," jawab Noah tak langsung menjelaskan semuanya, karena ia malah tertawa salah tingkah."Kenapa, sih? Jangan bikin Mama sama Papa penasaran," tegur Shanti sambil berdecak tak sabaran."Heba suka sama aku, dan dia bilang mau nikah sama aku," ungkap Noah, benar-benar tak bisa menghentikan senyum di bibirnya."Kamu serius?" Shanti adalah orang pertama yang memberikan reaksi terkejut. Perempuan paruh baya itu sampai terkesima dan be
Bab 127Tawaran dari Noah berhasil membuat jantung Heba seakan hendak meledak. Perempuan itu mendadak diam, tetapi kedua matanya melirik Noah sesekali.Menikah? Tawaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk diangguki dalam hitungan detik. Sebelumnya, Heba punya pengalaman buruk soal pernikahan. Perempuan itu tentu tak mau sembarangan lagi. Semuanya harus dipikirkan baik-baik."Maaf, Pak, apa boleh saya kasih jawaban nanti?" tanya Heba takut-takut."Boleh," jawab Noah seraya mengangguk lagi, kemudian lelaki itu kembali mengemudikan mobilnya.Noah mengantar Heba dengan selamat sampai ke rumah. Turun dari mobil usai berpamitan dan mengucapkan terima kasih, lebih dulu Heba memastikan mobil Noah menjauh dari area rumahnya. Barulah setelah itu, ia masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa."Aku harus kasih tau Kamila!" ucap Heba terburu-buru mengambil ponselnya di dalam tas, dan menghubungi Kamila saat itu juga."Mil!" panggilnya setelah panggilan mereka terhubung.Di toko yang masih ramai o
Bab 126Noah menghentikan langkah. Barusan itu, kalimat yang keluar dari mulut Kamila terdengar oleh kedua telinganya. Noah mematung, mulai bertanya-tanya mengapa ia tak tahu kalau Heba sempat merasa cemburu pada perempuan yang datang kepadanya?Tatapan lelaki itu tertuju lurus, dan Heba sadar akan hal tersebut. Heba mengeluh, dan menoleh pada Kamila seraya melayangkan tatapan protes. Dari tatapannya itu, harusnya Kamila sadar, kalau saat ini Heba tengah kesal padanya.Akan tetapi, Kamila malah mengangkat bahu seolah-olah ia tak salah. Kamila tak bermaksud bicara di depan Noah tentang semuanya. Namun, kalau sampai atasan mereka mendengar, ya itu namanya sudah takdir."Gara-gara kamu, nih!" Heba berkata tanpa suara.Heba berdeham dan menarik senyum saat Noah berdiri di hadapannya dan Kamila. Sebisa mungkin Heba bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka."Siang, Pak, gimana pendapat Bapak soal toko saya sama Kamila?" tanya perempuan itu, benar-benar berusaha mengalih