Suasana duka tampak menyelimuti sebuah keluarga yang baru saja kehilangan orang tercinta. Tampak seorang pria yang beberapa kali mengusap wajahnya dengan raut sendu. Guna menghalau air mata yang terus mendesak ingin keluar dari peraduannya.
Basuki Triyono, pria berusia 35 tahun itu baru saja kehilangan istrinya, untuk yang kedua kalinya. Sebelumnya, pria itu telah menyandang status duda selama hampir tiga tahun.Lalu di tahun ke-empat sepeninggal istri pertamanya, Basuki memutuskan untuk menikah dengan janda anak satu bernama Ranti Yulia. Wanita yang lebih tua lima tahun darinya, yang berhasil memikat hati Basuki ketika sama-sama menjadi buruh pabrik di kota.Singkat cerita, keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah setelah hampir setahun menjalani masa pengenalan. Basuki yang saat itu sudah sering didesak keluarganya, memutuskan segera mempersunting Ranti untuk dijadikan istri keduanya.Ranti adalah wanita kedua yang hadir di dalam hidup Basuki. Wanita berparas manis dengan lesung pipi yang selalu menghiasi saat tersenyum, membuat dirinya terlihat begitu menarik di mata Basuki.Selama setahun mengenal Ranti, Basuki menjadi banyak tahu mengenai kehidupan wanita itu. Dimana dia harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya bersama anak gadisnya bernama Asmaranti.Asmaranti adalah anak perempuan Ranti bersama suami pertamanya, Asman. Nama gadis itu merupakan singkatan dari mereka berdua. Dan orang-orang terdekatnya banyak yang memanggilnya dengan panggilan Asma.Kembali pada kisah asmara Basuki, pria itu masih tidak menyangka jika kebahagiaannya akan berakhir secepat ini. Baru dua tahun dirinya menikah bersama Ranti. Namun harus kembali menyandang status duda untuk yang kedua kalinya.Jika di pernikahan pertamanya dia tidak ambil pusing dengan semua itu, lain cerita dengan pernikahannya yang kedua ini. Ranti meninggal tepat setelah melahirkan putra pertama mereka yang diberi nama Dika Prameswara. Membuat perasaan Basuki bercampur aduk.Di satu sisi dia sangat bahagia karena akhirnya memiliki seorang anak. Namun di sisi lain, dia juga harus kehilangan istri tercinta.Kini yang membuat Basuki merasa kebingungan adalah bagaimana cara dia merawat Dika ke depannya. Apalagi dengan statusnya yang tidak beristri. Membuat Basuki dilanda kegelisahan dan kesedihan yang mendalam.Basuki merasa sedih karena putra kecilnya harus mengalami cobaan yang begitu berat sesaat setelah baru lahir ke dunia ini. Dimana dia tidak dapat merasakan kasih sayang dari ibu kandungnya."Pak.. " panggil seorang gadis yang kini telah berada di depannya. Duduk bersimpuh dengan mata sembab yang sangat kentara.Basuki yang sempat melamun seketika tersadar. Netranya menatap anak sambungnya yang juga tengah menatapnya dengan pandangan sedih."Sekarang Asma udah nggak punya siapa-siapa lagi, Pak, hiks.. " ujar gadis itu kembali terisak.Hati Basuki kembali terenyuh melihat wajah rapuh Asma. Pria itu tak kuasa menahan kesedihannya. Lalu merengkuh tubuh mungil Asma ke dalam pelukannya."Jangan bicara seperti itu, Ma. Kamu tetap anak Bapak." kata Basuki dengan suara parau.Asma yang mendengarnya semakin terisak. Merasa bersyukur karena Basuki mengakui jika dirinya adalah bagian dari keluarganya. Betapa senangnya hati Asma mendengar itu.Setelah dirasa mulai tenang, Basuki akhirnya mengurai pelukannya. Mengusap jejak air mata yang membasahi wajah putih Asma."Walaupun Ibukmu sudah tiada. Kamu akan tetap jadi bagian dari keluarga Bapak. Jadi jangan pernah merasa berkecil hati, Nduk." Basuki mengatakan itu semata untuk menenangkan Asma. Rasanya dia tidak tega melihat wajah sedih gadis itu.Asma menggigit bibirnya untuk menahan tangis. Dia menatap bapak sambungnya dengan mata yang kembali berkaca-kaca."Asma janji, akan bantu Bapak ngerawat Dika. Apapun akan Asma lakuin buat Dika, Pak." kata Asma penuh keyakinan.|•|Setelah acara berkabung selesai, Basuki meminta Asma untuk membantunya membersihkan rumah. Kursi-kursi yang sempat berjejer di teras rumahnya, kini telah menumpuk rapi. Begitu juga dengan ruang tamu yang tadinya dipenuhi dengan bunga-bunga, kini tengah dibersihkan oleh Asma.Di tengah kegiatannya membersihkan rumah, terdengar suara tangis bayi yang berada di salah satu bilik rumah. Asma yang pertama kali mendengarnya, dengan tergesa menghampiri Basuki yang berada agak jauh darinya."Pak.. " panggil Asma berjalan mendekati bapak sambungnya.Basuki yang tadinya tengah memunguti sampah tampak menghentikan kegiatannya. Menoleh ke arah dimana Asma berada."Asma dengar suara Dika nangis, Pak. Apa Asma boleh ijin masuk ke kamar Bapak buat gendong Dika?" tanya Asma dengan raut cemas.Basuki tersenyum tipis menghadapi sikap sopan Asma. Gadis itu tidak hanya cantik. Namun juga memiliki tutur bahasa yang baik dan santun."Masuk saja, Ma. Tidak perlu sungkan." jawab Basuki memberi ijin.Setelah mendapatkan ijin dari bapak sambungnya, Asma bergegas menuju ke kamar pria itu setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih.Gadis itu dengan tergesa mendekati tempat Dika berada. Berbaring di atas ranjang bapak sambungnya dengan dua guling kecil yang ada di kanan kirinya. Tidak lupa sebuah sapu lidi yang diletakkan di atas kepalanya.Dengan hati-hati Asma mencoba untuk menggendong adik tirinya. Sebelumnya, dia belum pernah menggendong seorang bayi. Apalagi di usianya yang masih sangat belia.Dika baru berusia 1 minggu. Usia yang masih sangat kecil untuk menghadapi kepelikan hidup. Apalagi bayi mungil itu masih sangat membutuhkan asupan susu dari seorang ibu."Cup cup cup.. tenang ya, Dek. Mbak Asma ada di sini." lirih Asma sembari menimang-nimang adiknya.Lama Asma mencoba menenangkan Dika, bayi mungil itu tak kunjung berhenti menangis. Membuat Asma dibuat kalang kabut.Di tengah kekalutan itu, Basuki datang bersama seorang wanita. Yang Asma kenal sebagai tetangganya, Mbak Marni. Wanita muda yang baru beberapa minggu lalu melahirkan seorang bayi perempuan."Dika sepertinya haus, Ma." ujar Mbak Marni mengambil alih Dika ke dalam gendongannya.Asma yang memang belum paham dengan semua itu hanya dapat mengangguk. Dia lalu ikut keluar bersama bapaknya selagi Murni menyusui adik kecilnya.Kini netra bulatnya bergulir menatap bapak sambungnya yang terlihat gelisah. Membuat dirinya merasa terusik."Ada apa, Pak? Kenapa Bapak keliatan gelisah gitu?" tanya Asma yang memang tidak pernah bisa untuk tidak menanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran."Bapak bingung harus mencari orang yang mau menyusui Dika dimana. Dua hari lagi Marni akan pindah ke kota." jawab Basuki menyuarakan kegelisahannya.Mendengar hal itu tentu saja membuat Asma ikut merasa gelisah. Adiknya masih sangat membutuhkan ASI. Dan untuk mendapatkan wanita yang mau menyusui tidaklah gampang."Apa nggak ada tetangga yang mau bantu, Pak? Dika masih sangat butuh ASI, Pak." ujar Asma dengan raut sedih.Basuki menghela napas berat sebelum kemudian menggeleng lirih. Membuat Asma mengulum bibirnya dengan wajah kecewa.Keduanya sempat berada di dalam situasi hening selama beberapa saat. Sampai kemudian Asma mengucapkan sesuatu yang membuat Basuki kehilangan kata-katanya."Biar Asma yang gantiin Mbak Marni, Pak." ujar Asma mantap dengan wajah penuh keyakinan.***"Kamu yakin, Ma?" tanya Basuki untuk yang ke sekian kalinya. Saat ini mereka tengah berada di sebuah rumah sakit.Seperti yang sudah Asma katakan beberapa hari lalu. Dia akan menggantikan peran Mbak Marni untuk memberikan ASI pada adiknya, Dika.Asma menghembuskan napasnya gusar dengan raut sebal. Sedari kemarin, Basuki tak hentinya mencecar dirinya dengan pertanyaan yang sama. Membuatnya merasa lelah sendiri karena menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama."Jawaban Asma tetep sama, Pak. Asma yakin ngelakuin ini." kata Asma sedikit jengkel."Tapi usia kamu masih sangat muda, Ma. Bapak juga khawatir orang-orang akan memandang kamu sebelah mata." Basuki menyuarakan kegelisahannya.Bukannya Basuki tidak senang Asma akan membantu merawat Dika. Tapi dia hanya tidak ingin Asma menjadi bahan gunjingan orang-orang. Apalagi di usianya yang baru akan menginjak 20 tahun bulan depan."Untuk apa kita mempedulikan omongan orang, Pak? Kita hidup untuk diri kita sendiri. Lagipula yang Asma lakukan mu
Asma tak menyangka jika datang ke tempat ini akan mengantri hingga berjam-jam. Gadis itu akhirnya dapat bernapas lega saat namanya telah dipanggil oleh perawat yang berjaga di depan ruangan dokter."Tunggu, Ma." cegah Basuki saat Asma hendak beranjak dari tempat duduknya. Pria itu tampak memperlihatkan raut gelisah."Ada apa, Pak?" tanya Asma penasaran. Sebelah alisnya terangkat naik tanpa gadis itu sadari."Di dalam nanti kamu harus berkata jujur dengan keadaan kamu. Jika memang tidak bisa melakukan program ini, Bapak tidak apa-apa." kata Basuki yang tak ingin membebani Asma. Jujur saja dia masih belum sepenuhnya setuju dengan keputusan gadis itu. Basuki berpikir jika masih ada cara lain selain apa yang akan Asma lakukan.Asma mendesah pelan dan mengangguk. Basuki akhirnya melepaskan cekalan tangannya dan ikut masuk ke dalam ruangan dokter.Di dalam ruangan serba putih itu, Dokter mulai menanyakan keluhan apa yang Asma rasakan. Dan Asma mulai menjawab pertanyaan dokter tersebut seka
"Maaf ya Pak, Asma udah bohong sama Dokter tadi." ujar Asma menggigit bibir bawahnya gugup. Pasalnya sejak mereka keluar dari klinik laktasi, Basuki tak mengeluarkan sepatah kata pun.Basuki menghela napas berat sebelum mengangguk ringan. Dia tidak ingin memperpanjang masalah itu. Lagipula sudah terlanjur terjadi. Biarkan saja dokter tersebut menganggap mereka sepasang suami istri. Asal orang lain tidak tahu akan hal ini."Ndak perlu dianggap serius." balas Basuki acuh dan kembali melanjutkan langkahnya.Asma menatap punggung lebar Basuki yang kini berjarak cukup jauh darinya. Kedua tangannya tak berhenti memilin dengan raut yang sulit diartikan. Asma sadar jika Basuki pasti tengah memendam rasa kesal pada dirinya. Tapi mau bagaimana lagi? Asma sudah terlanjur mengatakan kebohongan itu pada Dokter Juanda.Gadis itu akhirnya pergi menyusul bapak sambungnya yang sudah sampai di parkiran. Lalu menerima uluran helm yang pria itu berikan padanya dengan raut canggung.Asma terus menatap waj
Selama perjalanan pulang, jantung Asma tak berhenti berdegup kencang karena memikirkan apa yang telah Basuki lakukan.Jika biasanya pria itu hanya akan membiarkannya berpegangan pada pinggang, kali ini Basuki justru memaksanya untuk memeluknya. Dengan kedua tangannya yang berada di depan perut keras pria itu.Basuki memang memiliki perawakan tubuh yang tinggi tegap dengan pahatan yang menghiasi perutnya. Kulitnya yang sawo matang karena sering berlama-lama berada di bawah terik matahari tak membuat ketampanannya hilang. Justru Basuki terlihat semakin menawan.Sibuk dengan lamunannya, Asma sampai tidak sadar jika beberapa menit lalu Basuki sudah menghentikan motornya di sebuah tempat. Pria itu terdiam, menatap wajah anak sambungnya dari kaca spion.Melihat tak ada tanda-tanda gadis itu akan turun, membuat Basuki akhirnya bereaksi. Perutnya sedari tadi sudah terasa lapar karena menunggu antrian yang sangat panjang di dalam rumah sakit tadi."Kenapa diam saja? Kamu ndak mau turun apa?" t
Sudah 4 minggu lamanya program laktasi Asma jalani. Selama itu juga dia rutin memijat dadanya setiap 3 jam sekali untuk merangsang ASI agar cepat keluar.Seperti kata Dokter Juanda, untuk melakukan program ini dibutuhkan kesabaran dan komitmen. Dan selama ASI-nya belum keluar, Dokter menyarankan Dika untuk meminum susu kedelai atau susu formula.Saat ini Asma tengah mencuri kesempatan untuk memijat dadanya di dalam kamar. Sedangkan Dika tengah digendong oleh bapak sambungnya di teras rumah.Sampai sekarang Asma selalu diam-diam melakukan kegiatannya itu tanpa sepengetahuan Basuki. Selama sepuluh menit itu dia habiskan untuk memijat serta memerah dadanya.Selama menjalani program ini, Asma mulai merasakan perubahan pada dadanya. Dari ukurannya yang bertambah besar dan ketat, serta dadanya yang mulai terasa berat.Sibuk memerah dadanya di tepi ranjang, Asma sampai tidak menyadari jika seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya bersama bayi yang ada digendongannya. Suara terkesi
Basuki masih mengingat sepenggal nasihat yang Dokter Juanda berikan pada Asma. Dimana dia juga boleh memberikan bantuan pada gadis itu. Kini Basuki menyesal karena membiarkan Asma berbohong. Sehingga membuatnya terjebak di dalam situasi yang canggung ini."Saya akan keluar sebentar agar Pak Basuki dan Dik Asma bisa leluasa melakukannya." ujar Dokter Juanda dengan senyum tipisnya. Dalam pikirannya, wanita itu berspekulasi bahwa pasangan suami istri itu pasti masih merasa malu. Padahal kenyataannya mereka hanyalah sepasang anak dan bapak sambung yang tidak terikat hubungan darah.Sedari tadi Basuki tak hentinya menarik napasnya dalam-dalam. Iris gelapnya menatap punggung Asma dengan pandangan yang sulit diartikan. Asma memang masih betah memunggunginya sejak tadi. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan.Keduanya kini tengah berada di klinik. Setelah beberapa kali Asma mengeluh sakit pada dadanya, Basuki akhirnya memutuskan untuk langsung membawanya ke sini. Biar gadis itu segera ditang
Suasana canggung sangat terasa di antara dua insan berbeda usia yang tengah duduk berhadapan di sebuah warung makan sederhana. Setelah mengunjungi klinik laktasi, Basuki memutuskan singgah sebentar di sana untuk makan siang.Selama menunggu pesanan mereka datang, tak sekalipun keduanya saling berbicara atau bertatap muka. Di antara mereka akan buru-buru mengalihkan perhatian saat tak sengaja bertemu pandang.Asma masih terlalu malu untuk bersitatap dengan bapak sambungnya. Pipinya bahkan masih terasa panas sejak mereka keluar dari rumah sakit hingga sekarang.Sesekali gadis itu akan menarik napas dalam-dalam ketika mengingat bayang-bayang Basuki yang tengah memijat aset pribadinya. Dimana hal itu dilakukan atas saran dari Dokter Juanda.Kini bukan hanya Basuki yang merasa menyesal karena membiarkan semua kebohongan ini terjadi. Asma juga ikut menyesal karena telah berbohong kepada dokter tersebut.Namun semua ini sudah terlanjur terjadi. Asma juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya
"Asm-""Maaf, Pak. Asma mau bawa Dika berjemur di luar." Asma dengan cepat menyela ucapan Basuki. Gadis itu dengan tergesa membawa adik tirinya keluar menuju teras rumah.Basuki menghembuskan napas berat melihat sikap Asma. Pria itu mengusap wajahnya kasar dengan raut lesu. Sudah sejak pagi tadi sikap Asma tidak seperti biasanya. Jelas sekali jika gadis itu tengah menghindarinya. Dan Basuki tentu tahu alasan dibalik sikap Asma yang seperti itu.Setelah kejadian tadi malam dimana dirinya lepas kendali dan berakhir mencium Asma, gadis itu seperti menjaga jarak darinya. Beberapa kali dia berusaha mengajaknya berbicara. Namun Asma akan menjawabnya dengan cepat dan buru-buru pergi.Ini semua memang salahnya hingga membuat Asma bersikap demikian. Jika dia bisa mengendalikan dirinya, semua ini tidak akan terjadi. Dan sekarang Basuki benar-benar menyesal karena tidak bisa mengontrol dirinya. Dan membuat hubungannya dengan Asma terasa canggung."Sial. Dia mengabaikan aku karena kejadian semala
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary