Suasana canggung sangat terasa di antara dua insan berbeda usia yang tengah duduk berhadapan di sebuah warung makan sederhana. Setelah mengunjungi klinik laktasi, Basuki memutuskan singgah sebentar di sana untuk makan siang.
Selama menunggu pesanan mereka datang, tak sekalipun keduanya saling berbicara atau bertatap muka. Di antara mereka akan buru-buru mengalihkan perhatian saat tak sengaja bertemu pandang.Asma masih terlalu malu untuk bersitatap dengan bapak sambungnya. Pipinya bahkan masih terasa panas sejak mereka keluar dari rumah sakit hingga sekarang.Sesekali gadis itu akan menarik napas dalam-dalam ketika mengingat bayang-bayang Basuki yang tengah memijat aset pribadinya. Dimana hal itu dilakukan atas saran dari Dokter Juanda.Kini bukan hanya Basuki yang merasa menyesal karena membiarkan semua kebohongan ini terjadi. Asma juga ikut menyesal karena telah berbohong kepada dokter tersebut.Namun semua ini sudah terlanjur terjadi. Asma juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya pada wanita itu. Dia masih belum siap jika dipandang sebelah mata karena keputusannya.Selain merasa malu karena kejadian itu, hal lain yang membuat Asma tak sanggup menatap wajah Basuki adalah saat dengan tidak tahu malunya dia menginginkan pria itu untuk melakukannya lagi.Asma benar-benar merasa telah kehilangan muka di depan Basuki. Ingin sekali dia menenggelamkan dirinya agar tidak bertemu dengan pria itu.Namun Basuki justru membawanya ke tempat ini. Membuat dirinya tak dapat berkutik dan hanya bisa terdiam kaku karena berlama-lama bersama dengan pria itu.Setelah menunggu beberapa menit, seorang pramusaji akhirnya datang membawa pesanan mereka. Asma akhirnya dapat bernapas lega karena tak harus berlama-lama menghadapi situasi canggung ini."Makasih, Mas." ujar Asma dengan senyum sumringah. Yang tanpa disadarinya, tingkahnya itu dilihat juga oleh Basuki.Basuki mengernyitkan dahinya dengan alis terangkat naik. Lalu kemudian raut wajahnya tiba-tiba saja berubah masam."Kenapa aku merasa tidak suka melihat Asma bersikap ramah dengan pramusaji tadi?" gumam Basuki dalam hati.Tak ingin mempermasalahkannya, Basuki memilih untuk segera melahap makanannya. Perutnya sudah terasa keroncongan karena tidak sempat sarapan pagi tadi.Sesekali iris gelapnya akan menatap Asma diam-diam. Lalu dirinya akan membuang pandangan saat gadis itu balik menatapnya.Basuki sadar jika Asma pasti masih merasa malu dengan kejadian beberapa jam lalu. Bukan hanya gadis itu, dirinya pun juga merasa malu jika mengingatnya.Tak pernah terbesit di pikiran Basuki jika akan mengalami kejadian seperti itu. Dimana dirinya harus membantu Asma dengan memijit dadanya.Ini semua terjadi karena Asma berbohong akan status mereka. Jika saja gadis itu berkata jujur, semua ini tidak akan pernah terjadi.Namun Basuki tidak ingin mempermasalahkannya lebih lanjut. Dia berusaha menempatkan dirinya di posisi Asma. Gadis itu pasti masih belum siap jika ada orang lain yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Ketika dia memilih untuk melakukan program ini.Kadang Basuki merasa kasihan dengan anak sambungnya itu. Dimana Asma harus mengurus Dika dan juga dirinya sehari-hari. Sampai tidak mempedulikan kesenangannya sendiri.Di desa, gadis seusia Asma banyak yang pergi merantau ke kota. Namun Asma justru terjebak di sini dengan beban berat yang harus dipikulnya.Pernah sewaktu itu Asma meminta ijin padanya untuk bekerja. Namun dengan lantang Basuki menolaknya.Dia tidak ingin Asma merasa terbebani dengan semua ini. Sudah cukup gadis itu mengurus keperluan dirinya dan juga Dika. Biarkan dirinya saja yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka."Pak.." panggil Asma pelan saat melihat Basuki hanya diam saja. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu. Tiba-tiba saja Basuki terdiam dengan setengah makanannya yang belum habis.Melihat Basuki tak juga bereaksi, membuat Asma merasa kebingungan. Saat datang ke warung makan ini pria itu terlihat baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba Basuki terdiam dengan pandangan kosong?"Pak.. Bapak.. " panggil Asma cukup keras.Basuki yang tengah melamun seketika tersadar. Dia terlihat gelagapan dan berakhir menatap Asma dengan pandangan seolah berkata 'apa yang terjadi?'.Asma berdecak dengan wajah memberengut. Dia mencuci tangannya di kobokan air yang disediakan pramusaji tadi. Lalu mengelap bibirnya untuk menghilangkan minyak yang menempel.Melihat tak ada tanda-tanda Asma akan bersuara, membuat Basuki melirik masam ke arah gadis itu. Dia lalu kembali menunduk dan baru sadar jika makanannya masih sisa banyak."Sepertinya Asma kesal karena aku tidak segera menghabiskan makananku." pikir Basuki dalam hati.Tak ingin membuat gadis itu semakin kesal padanya, Basuki lantas segera menghabiskan makanannya. Sesekali pria itu akan mendesis karena merasakan pedas yang teramat.KluntingSuara pertemuan antara dua gelas kaca yang saling bertubrukan terdengar nyaring. Basuki melirik dari ekor matanya saat Asma menyodorkan gelas berisi air putih yang masih sisa setengah ke arahnya."Udah tua masih aja suka makan pedes." cibir Asma pelan yang masih didengar jelas oleh Basuki.Basuki hanya mengedikkan bahunya acuh sebagai balasan. Dia hendak melanjutkan makannya saat Asma kembali bersuara."Bapak harusnya kurang-kurangin makan pedes. Asma nggak mau sampai Bapak sakit." tegur Asma dengan suara yang terdengar sendu.Mendengar penuturan itu membuat hati Basuki terasa hangat. Pria itu tanpa sadar tersenyum tipis karena perhatian dari gadis itu."Iya, makasih ya sudah perhatian sama Bapak." kata Basuki sembari menepuk puncak kepala Asma.Asma mengangguk samar dengan muka memerah. Namun sedetik kemudian gadis itu melotot ke arah Basuki."Ih, Bapak.. tangan Bapak kan kotor abis megang gorengan." seru Asma dengan mata melebar. Gadis itu tak henti mengusap rambutnya dengan muka sebal.Hal itu mengundang tawa dari Basuki. Dengan tanpa rasa bersalah, pria itu kembali melanjutkan makannya dengan santai. Sesekali akan terkikik saat melihat muka masam dari gadis di depannya."Kenapa mukanya cemberut begitu?" goda Basuki dengan senyum miringnya.Asma mendengus dan membuang wajahnya ke arah lain. Kedua tangannya bersidekap di depan dada.Basuki kembali terkikik dan hendak mengambil gelas miliknya. Namun karena tidak melihat, dia justru mengambil botol berisi cabai. Basuki lantas mengarahkannya ke arah mulutnya dan seketika itu langsung mengaduh."Hah.. pedas.. air.. mana air..." keluh Basuki saat merasakan lidahnya yang terasa terbakar.Tawa Asma seketika pecah karena keteledoran yang bapak sambungnya itu lakukan."Tuh rasain.. makanya jangan jahil sama Asma." kikik Asma terlihat puas melihat wajah bapaknya yang merah padam.Namun lama-kelamaan gadis itu mulai merasa kasihan juga dengan Basuki. Dia lantas segera menyodorkan gelas berisi air pada Basuki. Yang langsung diterima oleh pria itu dan diteguknya hingga tandas."Hah.. leganya.. " Basuki bernapas lega saat rasa terbakar itu berangsur menghilang.Setelah mulai tenang, dia lantas menatap Asma dengan pandangan mengancam. Yang justru dibalas gadis itu dengan ejekan."Dasar anak nakal." sungut Basuki menyentil kening Asma hingga membuat gadis itu mengaduh.Tanpa disadari mereka, suasana canggung yang terjadi di antara keduanya kini telah mencair. Membuat mereka kembali dekat dan melupakan kecanggungan yang terjadi beberapa beberapa menit lalu.***"Asm-""Maaf, Pak. Asma mau bawa Dika berjemur di luar." Asma dengan cepat menyela ucapan Basuki. Gadis itu dengan tergesa membawa adik tirinya keluar menuju teras rumah.Basuki menghembuskan napas berat melihat sikap Asma. Pria itu mengusap wajahnya kasar dengan raut lesu. Sudah sejak pagi tadi sikap Asma tidak seperti biasanya. Jelas sekali jika gadis itu tengah menghindarinya. Dan Basuki tentu tahu alasan dibalik sikap Asma yang seperti itu.Setelah kejadian tadi malam dimana dirinya lepas kendali dan berakhir mencium Asma, gadis itu seperti menjaga jarak darinya. Beberapa kali dia berusaha mengajaknya berbicara. Namun Asma akan menjawabnya dengan cepat dan buru-buru pergi.Ini semua memang salahnya hingga membuat Asma bersikap demikian. Jika dia bisa mengendalikan dirinya, semua ini tidak akan terjadi. Dan sekarang Basuki benar-benar menyesal karena tidak bisa mengontrol dirinya. Dan membuat hubungannya dengan Asma terasa canggung."Sial. Dia mengabaikan aku karena kejadian semala
Asma menghela napas pelan melihat sosok Basuki telah menjauh dengan motor bututnya. Pikirannya berkecamuk begitu mengingat kejadian semalam.Gadis itu masih dapat mengingat dengan jelas apa yang dilakukan Basuki padanya. Berawal dari membantunya pumping dan berujung dengan ciuman.Asma benar-benar terkejut saat Basuki tiba-tiba menciumnya. Dan parahnya lagi dia tidak menolak saat pria itu melakukannya. Sepertinya dia benar-benar syok karena mendapat serangan tersebut.Wajah Asma kembali memanas mengingat ciuman lembut yang Basuki berikan padanya. Dan entah sejak kapan dia sudah berpindah di atas pangkuan pria itu.Ketika ciuman Basuki semakin memanas dan tangannya mulai menjalar kemana-mana, saat itulah Asma baru tersadar dan refleks mendorong pria itu. Tanpa sepatah kata, Asma segera pergi meninggalkan Basuki yang tengah mematung, berusaha mencerna apa yang telah terjadi di antara dirinya dan juga Asma."Kenapa sih Asma diem aja waktu di
Memasuki minggu ke-enam, Asma mulai merasakan dadanya yang makin terasa berat. Puncaknya juga terasa begitu nyeri tanpa dirinya tau penyebabnya. Dan hal itu benar-benar mengganggunya.Tidak hanya itu saja. Beberapa kali Asma harus berganti ukuran pakaian dalamnya karena volume dadanya yang terus bertambah. Dia sampai merasa malu sendiri dengan ukuran dadanya.Pagi ini, Asma bangun lebih awal dari biasanya. Langit masih gelap ketika gadis itu membuka kedua matanya.Bukan tanpa sebab Asma bangun ketika hari masih begitu pagi. Gadis itu terbangun karena merasakan rasa nyeri yang teramat pada dadanya.Kedua matanya yang sembab seketika terbuka lebar-lebar saat merasakan rasa sakit yang menderanya. Memaksakan untuk bangun, Asma terkejut saat mendapati baju bagian dadanya terlihat basah.Dengan dada membuncah, Asma menyingkap baju yang dia kenakan ke atas. Dan lagi-lagi terkejut saat menemukan pakaian dalamnya juga basah.Asma memilih untuk melepaskan pakaian atasnya. Membuat dirinya kini b
Asma mendongak dan bertemu pandang dengan iris gelap milik bapak sambungnya. Gadis itu tersenyum kikuk dengan wajah memerah melihat penampilan pria itu.Saat ini Basuki memang hanya memakai celana pendek saja. Dia membiarkan tubuh atasnya yang terbentuk terpampang bebas di mata Asma. Jangan lupakan rambutnya yang tampak berantakan karena baru bangun tidur. Semakin menambah pesona duda anak satu itu."Ada apa, Pak?" tanya Asma sembari menyelipkan helaian rambutnya yang terjatuh ke telinganya. Gerakan anggun yang gadis itu lakukan membuat Basuki sempat terpaku. Namun pria itu dengan cepat berhasil menguasai dirinya.Netra Basuki lantas tertuju pada botol dot yang ada di atas meja. Isinya masih penuh dan terlihat masih baru. Lalu tatapan Basuki kembali menatap wajah cantik Asma."Bapak mau mandi. Kamu bisa kan jaga adikmu dulu?" kata Basuki sembari menatap wajah cantik Asma dengan teduh.Asma tentu saja langsung mengangguk. Dia bergegas pergi dar
"Nggak sarapan dulu, Pak?" tanya Asma saat melihat bapaknya menenteng sepatu boot yang biasa dia pakai jika pergi ke sawah.Basuki berdehem pelan sebagai jawaban. Tampak enggan menatap Asma yang tengah sibuk menyusui Dika. Pria itu memang bukan sekali dua kali melihat pemandangan tersebut. Namun sampai detik ini dia masih belum terbiasa untuk melihatnya secara terang-terangan.Walaupun Asma menutupi aset pribadinya dengan jarik gendong, tetap saja Basuki bisa melihat bagaimana lahapnya sang putra yang menyusu pada kakak tirinya itu.Sering kali puncak dada gadis itu terlihat karena gerakannya yang tidak disengaja. Dan hal itulah yang membuat Basuki merasa enggan untuk menatap Asma. Takut salah fokus dan akhirnya lepas kendali seperti kejadian sebelum-sebelumnya."Padahal Asma udah masakin makanan kesukaan Bapak loh." desah Asma dengan raut memberengut. Entah kenapa dia merasa sedih karena Basuki belum menyentuh makanan yang telah dia siapkan.
Asma tampak gemas melihat Dika yang tak berhenti tersenyum karena dikudang oleh Basuki. Ketiganya saat ini sedang berkumpul di ruang tengah. Siang yang terik membuat banyak orang lebih memilih untuk tetap berada di dalam rumah. Salah satu diantaranya adalah keluarga Basuki.Saat ini Basuki tengah membaringkan Dika di atas matras khusus untuk bayi yang berada di dekat jendela. Sedangkan Asma tengah duduk di depan mesin jahitnya yang berada tak jauh dari mereka sembari menjahit baju.Gadis itu berencana untuk membuatkan adiknya baju buatannya sendiri. Asma memang sudah berhenti membedong Dika ketika bayi itu berusia tiga bulan. Hal itu dia lakukan karena di usia tersebut, bayi mulai aktif bergerak.Gerakan Asma begitu lincah menjahit pola baju yang telah dia buat. Dimulai dengan membuat simpul, lalu dilanjutkan dengan berbagai teknik jahit yang sudah Asma kuasai. Sejak kecil, gadis itu memang mahir dalam hal menjahit.Menjahit memang kegiatan yang m
Asma tertegun melihat raut khawatir yang terpancar jelas di wajah Basuki saat ini. Rasa sakit yang dia rasakan saat tertusuk jarum beberapa menit lalu, lantas menghilang dengan cepat dan seketika digantikan dengan rasa hangat yang menjalari hatinya.Jika mengingat adegan di dalam film, apa yang dilakukan oleh Basuki terlihat berlebihan. Namun begitu Asma berada dalam posisi ini, gadis itu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh pemeran wanita jika mendapat perlakuan seperti ini."I-Ini cuma luka kecil, Pak." kata Asma terbata sembari menarik jarinya dari genggaman Basuki. Gadis itu menunduk agar sang bapak tidak dapat melihat wajahnya yang memerah. Rasanya malu sekali sampai membuat telinganya ikut memerah."Ya, itu memang luka kecil. Tapi Bapak sangat khawatir saat mendengar pekikan kamu." timpal Basuki dengan suara beratnya. Tanpa mengalihkan pandangannya dari Asma.Asma tak dapat menahan kedutan pada bibirnya saat mengetahui jika Basuki sangat k
Setelah mendapatkan kecupan singkat di pipinya, Basuki sering sekali mencuri pandang ke arah Asma. Pria itu masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh gadis itu. Asma yang polos tiba-tiba saja berani melakukan hal itu. Membuatnya merasa heran sekaligus senang mungkin?Saat ini dirinya dan Asma tengah berada di dapur untuk makan siang. Cuaca yang terik membuat Dika sering menangis karena merasa tidak nyaman. Padahal Asma sudah mengganti pakaian bayi itu dengan pakaian yang lebih tipis dan pendek.Basuki memakan makanannya dengan diam. Sesekali iris gelapnya akan menatap ke arah Asma dengan tatapan yang sulit diartikan. Kali ini Basuki benar-benar memperhatikan gadis yang ada di depannya. Dan dia baru menyadari jika Asma terlihat sangat cantik hari ini. Ralat, gadis itu memang selalu cantik setiap harinya.Netra gelapnya memindai wajah Asma dengan seksama. Dimulai dari kedua matanya yang tampak mempesona sebening air. Lalu turun ke hidung mungilnya y
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary