Asma tak menyangka jika datang ke tempat ini akan mengantri hingga berjam-jam. Gadis itu akhirnya dapat bernapas lega saat namanya telah dipanggil oleh perawat yang berjaga di depan ruangan dokter.
"Tunggu, Ma." cegah Basuki saat Asma hendak beranjak dari tempat duduknya. Pria itu tampak memperlihatkan raut gelisah."Ada apa, Pak?" tanya Asma penasaran. Sebelah alisnya terangkat naik tanpa gadis itu sadari."Di dalam nanti kamu harus berkata jujur dengan keadaan kamu. Jika memang tidak bisa melakukan program ini, Bapak tidak apa-apa." kata Basuki yang tak ingin membebani Asma.Jujur saja dia masih belum sepenuhnya setuju dengan keputusan gadis itu. Basuki berpikir jika masih ada cara lain selain apa yang akan Asma lakukan.Asma mendesah pelan dan mengangguk. Basuki akhirnya melepaskan cekalan tangannya dan ikut masuk ke dalam ruangan dokter.Di dalam ruangan serba putih itu, Dokter mulai menanyakan keluhan apa yang Asma rasakan. Dan Asma mulai menjawab pertanyaan dokter tersebut sekaligus mengatakan tujuannya datang ke sini."Penyebab ASI tidak keluar memang beragam. Bisa karena stres atau kelelahan pasca melahirkan, misalnya karena depresi postpartum, persalinan lama, atau operasi caesar darurat. Bisa juga karena kondisi medis tertentu, seperti diabetes, gangguan tiroid, anemia, dan lainnya." jelas Dokter wanita bernama Juanda itu dengan senyum tipis."Tapi Dok, dia ini bukan-""Lanjutkan saja, Dok." potong Asma cepat saat mendengar Basuki menyela ucapan Dokter Juanda.Basuki mendengus samar karena Asma tak mengijinkan dia untuk bersuara. Padahal dia hanya ingin mengatakan pada Dokter Juanda jika dia dan Asma bukanlah sepasang suami istri.Wanita itu tersenyum tipis dan kembali melanjutkan penjelasannya. Induksi laktasi banyak menjadi pilihan bagi orang tua asuh atau ibu pengganti untuk memberikan ASI bagi buah hati mereka."Sebenarnya program ini bisa dilakukan ketika sedang hamil. Karena dapat menghabiskan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan." kata Dokter Juanda lagi. Kali ini dia menatap pada Asma yang mendengarkannya dengan serius.Asma mengangguk paham. Dia melirik ke arah Basuki yang masih diam, namun dengan raut masam. Asma menebak, pasti ayah tirinya itu merasa kesal karena kejadian tadi."Em, begini, Dok. Sebenarnya saya baru saja menikah dengan suami saya beberapa hari lalu. Istri pertamanya meninggal setelah melahirkan seorang bayi sekitar dua bulan yang lalu. Dan rencananya, saya ingin memberikan ASI saya untuk anak sambung saya." tutur Asma lancar sembari menggenggam tangan Basuki.Basuki yang mendengar penuturan Asma tentu saja merasa bingung. Sejak kapan dirinya menikah dengan Asma? Dia juga berbohong dengan usia Dika dan kematian Ranti.Ingin sekali Basuki meluruskan ucapan Asma yang penuh dengan kebohongan. Tapi genggaman erat di tangannya membuat Basuki memilih untuk bungkam. Dan menunggu Asma memberikan alasan yang tepat padanya nanti.Dokter Juanda tampak mengangguk paham sembari mengulas senyum. Wanita itu kembali menjelaskan mengenai program induksi laktasi yang akan Asma jalani."Mengonsumsi pil KB dengan estrogen dan progesteron serta melewatkannya seminggu sekali setiap bulan, hormon tubuh akan menyerupai mereka yang tengah mengandung. Ibu juga bisa mengonsumsi herbal yang bisa menambah produksi air susu." kata Dokter Juanda."Mengonsumsi obat-obatan atau suplemen herbal yang menambah produksi ASI juga bisa Anda lakukan. Makan oatmeal beberapa kali seminggu atau setiap hari pun bisa menambah suplai ASI." imbuhnya."Jika ingin memiliki pasokan ASI maksimal dan memiliki waktu terbatas cobalah untuk memeras ASI dengan pompa delapan kali sehari, termasuk sekali di malam hari. Memang, hal ini membutuhkan komitmen, waktu, dan investasi energi, serta dukungan." jelas Dokter Juanda.Asma menghembuskan napas berat mendengar penjelasan Dokter Juanda. Dia memantapkan hati untuk menjalani program tersebut. Semua ini demi Dika, agar adiknya itu tidak perlu meminum susu formula atau susu kedelai lagi.Melihat Asma yang tampak diam, Basuki lantas melirik gadis itu dari ekor matanya. Mungkin saja Asma merasa goyah setelah mendengar penjelasan dari Dokter Juanda. Dan Basuki bisa memakluminya. Dia tidak akan memaksa Asma atau memarahinya. Tapi..."Baiklah, Dok. Saya yakin ingin menjalani program ini." kata Asma mantap dengan keputusannya yang membuat Basuki sontak terkejut mendengarnya.***"Maaf ya Pak, Asma udah bohong sama Dokter tadi." ujar Asma menggigit bibir bawahnya gugup. Pasalnya sejak mereka keluar dari klinik laktasi, Basuki tak mengeluarkan sepatah kata pun.Basuki menghela napas berat sebelum mengangguk ringan. Dia tidak ingin memperpanjang masalah itu. Lagipula sudah terlanjur terjadi. Biarkan saja dokter tersebut menganggap mereka sepasang suami istri. Asal orang lain tidak tahu akan hal ini."Ndak perlu dianggap serius." balas Basuki acuh dan kembali melanjutkan langkahnya.Asma menatap punggung lebar Basuki yang kini berjarak cukup jauh darinya. Kedua tangannya tak berhenti memilin dengan raut yang sulit diartikan. Asma sadar jika Basuki pasti tengah memendam rasa kesal pada dirinya. Tapi mau bagaimana lagi? Asma sudah terlanjur mengatakan kebohongan itu pada Dokter Juanda.Gadis itu akhirnya pergi menyusul bapak sambungnya yang sudah sampai di parkiran. Lalu menerima uluran helm yang pria itu berikan padanya dengan raut canggung.Asma terus menatap waj
Selama perjalanan pulang, jantung Asma tak berhenti berdegup kencang karena memikirkan apa yang telah Basuki lakukan.Jika biasanya pria itu hanya akan membiarkannya berpegangan pada pinggang, kali ini Basuki justru memaksanya untuk memeluknya. Dengan kedua tangannya yang berada di depan perut keras pria itu.Basuki memang memiliki perawakan tubuh yang tinggi tegap dengan pahatan yang menghiasi perutnya. Kulitnya yang sawo matang karena sering berlama-lama berada di bawah terik matahari tak membuat ketampanannya hilang. Justru Basuki terlihat semakin menawan.Sibuk dengan lamunannya, Asma sampai tidak sadar jika beberapa menit lalu Basuki sudah menghentikan motornya di sebuah tempat. Pria itu terdiam, menatap wajah anak sambungnya dari kaca spion.Melihat tak ada tanda-tanda gadis itu akan turun, membuat Basuki akhirnya bereaksi. Perutnya sedari tadi sudah terasa lapar karena menunggu antrian yang sangat panjang di dalam rumah sakit tadi."Kenapa diam saja? Kamu ndak mau turun apa?" t
Sudah 4 minggu lamanya program laktasi Asma jalani. Selama itu juga dia rutin memijat dadanya setiap 3 jam sekali untuk merangsang ASI agar cepat keluar.Seperti kata Dokter Juanda, untuk melakukan program ini dibutuhkan kesabaran dan komitmen. Dan selama ASI-nya belum keluar, Dokter menyarankan Dika untuk meminum susu kedelai atau susu formula.Saat ini Asma tengah mencuri kesempatan untuk memijat dadanya di dalam kamar. Sedangkan Dika tengah digendong oleh bapak sambungnya di teras rumah.Sampai sekarang Asma selalu diam-diam melakukan kegiatannya itu tanpa sepengetahuan Basuki. Selama sepuluh menit itu dia habiskan untuk memijat serta memerah dadanya.Selama menjalani program ini, Asma mulai merasakan perubahan pada dadanya. Dari ukurannya yang bertambah besar dan ketat, serta dadanya yang mulai terasa berat.Sibuk memerah dadanya di tepi ranjang, Asma sampai tidak menyadari jika seorang pria tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya bersama bayi yang ada digendongannya. Suara terkesi
Basuki masih mengingat sepenggal nasihat yang Dokter Juanda berikan pada Asma. Dimana dia juga boleh memberikan bantuan pada gadis itu. Kini Basuki menyesal karena membiarkan Asma berbohong. Sehingga membuatnya terjebak di dalam situasi yang canggung ini."Saya akan keluar sebentar agar Pak Basuki dan Dik Asma bisa leluasa melakukannya." ujar Dokter Juanda dengan senyum tipisnya. Dalam pikirannya, wanita itu berspekulasi bahwa pasangan suami istri itu pasti masih merasa malu. Padahal kenyataannya mereka hanyalah sepasang anak dan bapak sambung yang tidak terikat hubungan darah.Sedari tadi Basuki tak hentinya menarik napasnya dalam-dalam. Iris gelapnya menatap punggung Asma dengan pandangan yang sulit diartikan. Asma memang masih betah memunggunginya sejak tadi. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan.Keduanya kini tengah berada di klinik. Setelah beberapa kali Asma mengeluh sakit pada dadanya, Basuki akhirnya memutuskan untuk langsung membawanya ke sini. Biar gadis itu segera ditang
Suasana canggung sangat terasa di antara dua insan berbeda usia yang tengah duduk berhadapan di sebuah warung makan sederhana. Setelah mengunjungi klinik laktasi, Basuki memutuskan singgah sebentar di sana untuk makan siang.Selama menunggu pesanan mereka datang, tak sekalipun keduanya saling berbicara atau bertatap muka. Di antara mereka akan buru-buru mengalihkan perhatian saat tak sengaja bertemu pandang.Asma masih terlalu malu untuk bersitatap dengan bapak sambungnya. Pipinya bahkan masih terasa panas sejak mereka keluar dari rumah sakit hingga sekarang.Sesekali gadis itu akan menarik napas dalam-dalam ketika mengingat bayang-bayang Basuki yang tengah memijat aset pribadinya. Dimana hal itu dilakukan atas saran dari Dokter Juanda.Kini bukan hanya Basuki yang merasa menyesal karena membiarkan semua kebohongan ini terjadi. Asma juga ikut menyesal karena telah berbohong kepada dokter tersebut.Namun semua ini sudah terlanjur terjadi. Asma juga tidak mungkin mengatakan kebenarannya
"Asm-""Maaf, Pak. Asma mau bawa Dika berjemur di luar." Asma dengan cepat menyela ucapan Basuki. Gadis itu dengan tergesa membawa adik tirinya keluar menuju teras rumah.Basuki menghembuskan napas berat melihat sikap Asma. Pria itu mengusap wajahnya kasar dengan raut lesu. Sudah sejak pagi tadi sikap Asma tidak seperti biasanya. Jelas sekali jika gadis itu tengah menghindarinya. Dan Basuki tentu tahu alasan dibalik sikap Asma yang seperti itu.Setelah kejadian tadi malam dimana dirinya lepas kendali dan berakhir mencium Asma, gadis itu seperti menjaga jarak darinya. Beberapa kali dia berusaha mengajaknya berbicara. Namun Asma akan menjawabnya dengan cepat dan buru-buru pergi.Ini semua memang salahnya hingga membuat Asma bersikap demikian. Jika dia bisa mengendalikan dirinya, semua ini tidak akan terjadi. Dan sekarang Basuki benar-benar menyesal karena tidak bisa mengontrol dirinya. Dan membuat hubungannya dengan Asma terasa canggung."Sial. Dia mengabaikan aku karena kejadian semala
Asma menghela napas pelan melihat sosok Basuki telah menjauh dengan motor bututnya. Pikirannya berkecamuk begitu mengingat kejadian semalam.Gadis itu masih dapat mengingat dengan jelas apa yang dilakukan Basuki padanya. Berawal dari membantunya pumping dan berujung dengan ciuman.Asma benar-benar terkejut saat Basuki tiba-tiba menciumnya. Dan parahnya lagi dia tidak menolak saat pria itu melakukannya. Sepertinya dia benar-benar syok karena mendapat serangan tersebut.Wajah Asma kembali memanas mengingat ciuman lembut yang Basuki berikan padanya. Dan entah sejak kapan dia sudah berpindah di atas pangkuan pria itu.Ketika ciuman Basuki semakin memanas dan tangannya mulai menjalar kemana-mana, saat itulah Asma baru tersadar dan refleks mendorong pria itu. Tanpa sepatah kata, Asma segera pergi meninggalkan Basuki yang tengah mematung, berusaha mencerna apa yang telah terjadi di antara dirinya dan juga Asma."Kenapa sih Asma diem aja waktu di
Memasuki minggu ke-enam, Asma mulai merasakan dadanya yang makin terasa berat. Puncaknya juga terasa begitu nyeri tanpa dirinya tau penyebabnya. Dan hal itu benar-benar mengganggunya.Tidak hanya itu saja. Beberapa kali Asma harus berganti ukuran pakaian dalamnya karena volume dadanya yang terus bertambah. Dia sampai merasa malu sendiri dengan ukuran dadanya.Pagi ini, Asma bangun lebih awal dari biasanya. Langit masih gelap ketika gadis itu membuka kedua matanya.Bukan tanpa sebab Asma bangun ketika hari masih begitu pagi. Gadis itu terbangun karena merasakan rasa nyeri yang teramat pada dadanya.Kedua matanya yang sembab seketika terbuka lebar-lebar saat merasakan rasa sakit yang menderanya. Memaksakan untuk bangun, Asma terkejut saat mendapati baju bagian dadanya terlihat basah.Dengan dada membuncah, Asma menyingkap baju yang dia kenakan ke atas. Dan lagi-lagi terkejut saat menemukan pakaian dalamnya juga basah.Asma memilih untuk melepaskan pakaian atasnya. Membuat dirinya kini b
Asma yang memang telah memberikan dirinya pada Basuki tak mempunyai pilihan lain selain mengangguk.Dengan liar, Basuki mulai memainkan bukit tembam Asma. Mencium, menjilat, mengulum dan menghisapnya dengan rakus. Bahkan cairan hangat yang baru saja keluar dari inti gadis itu tak luput dari hisapannya.Asma hanya bisa melenguh merasakan kenikmatan yang baru pertama kali ini dia rasakan. Entah berapa kali dia mencapai puncak karena permainan bibir dan tangan Basuki.Wajah Basuki terlihat merah padam dengan sudut bibirnya yang basah. Raut puas tampak jelas di wajah pria itu. Semua yang ada pada diri Asma benar-benar sempurna di matanya. Gadis itu menjaga dirinya dengan baik.Iris gelap Basuki semakin bernafsu melihat posisi berbaring Asma saat ini. Dimana gadis itu tengah telentang dengan kedua kaki terbuka lebar. Menampakkan bukit tembamnya yang merah merekah.Jakun Basuki naik turun melihat pemandangan indah tersebut. Gelora dalam dirinya kian membara, seiring dengan desakan kuat yang
Seorang gadis muda dengan parasnya yang cantik, tampak terbaring pasrah di bawah kungkungan pria dewasa berbadan kekar yang berparas tampan. Siapa lagi kalau bukan Asma, yang terlihat pasrah saat Basuki mendorongnya ke atas ranjang. Dalam posisi kaki yang masih menjuntai di atas lantai.Gaun pengantin yang beberapa waktu lalu melekat di tubuh Asma, kini telah berganti dengan gaun malam yang mengekspos lekuk tubuhnya. Menampilkan beberapa bagian yang menonjol karena ukurannya yang memang di atas rata-rata.Sebelumnya, sesaat setelah Basuki keluar dari kamar untuk kembali menitipkan Dika pada Sekar, Asma buru-buru meloloskan gaun pengantin yang dia kenakan dari tubuhnya. Lalu menggantinya dengan sebuah gaun malam yang diberikan oleh Rahayu.Asma pikir baju yang Rahayu berikan adalah baju-baju normal seperti pada umumnya. Namun ternyata Rahayu sengaja memberikan gaun malam yang memang telah Basuki siapkan untuk Asma. Benar-benar kerjasama yang bagus.Asma yang memang baru pertama kali in
Acara resepsi yang diadakan selama empat jam tanpa jeda iklan itu akhirnya telah selesai. Tamu undangan yang memenuhi pelataran rumah Asma yang telah disulap bak gedung tempat acara pernikahan berlangsung, kini berangsur sepi. Hanya segelintir orang yang masih bertahan di sana.Malam memang semakin beranjak larut. Dan orang-orang juga mulai mengantuk. Ingin segera terlelap di atas ranjangnya yang empuk.Seorang gadis dengan sanggul yang masih terpasang di belakang kepalanya, kini tengah terduduk di depan cermin rias bersama seorang wanita yang berdiri di belakangnya."Apa Mbak bilang.. kalau kamu tenang, semuanya pasti berjalan lancar." ujar Rahayu yang tengah sibuk melepaskan segala properti yang ada di atas kepala Asma.Asma mengulum senyum sebelum kemudian mengangguk. Dia memang sempat gugup ketika acara pengucapan janji pernikahan berlangsung. Takut Basuki salah berucap. Atau lebih parahnya lagi salah menyebut namanya. Ada-ada saja memang yang Asma takutkan."Iya, Mbak. Gugup yang
"Dika dimana?" tanya Basuki saat tidak melihat batang hidung anaknya sedari tadi pagi. Tidak melihatnya beberapa jam saja, dia sudah merindukannya. Asma yang tengah menikmati suasana pesta pernikahan mereka lantas menoleh. Dan mendekatkan bibirnya pada telinga Basuki. Suara bising sound system yang dinyalakan cukup keras membuat suaranya teredam. "Asma titipin adiknya Mbak Rahayu." jawab gadis itu. Dia tidak perlu khawatir karena adik Rahayu bisa memomong Dika dengan baik. Adik tiri yang sekarang resmi menjadi anak sambungnya itu tampak nyaman dengan pemuda remaja itu. Basuki mengangguk dan bernapas lega. Seharian ini dia memang belum sempat bertemu dengan putra kecilnya. Setelah sesi foto bersama, Dika kembali menghilang begitu saja. Sehingga kini dia tampak kebingungan mencarinya. Iris gelap Basuki melirik Asma dari ekor matanya. Jika hari-hari biasa dia terbiasa melihat gadis itu tanpa polesan make up. Di hari bahagia ini dia akhirnya bisa melihat Asma dengan riasan yang membua
Jarak wajah mereka semakin dekat. Hanya tinggal maju sedikit saja, bibir keduanya pasti akan saling bertemu. Namun seruan bernada gurauan yang MC layangkan, membuat keduanya spontan menjauhkan wajah masing-masing. Baik Asma maupun Basuki tampak kikuk dan malu karena hampir lepas kendali. Acara resepsi dimulai, dengan berbagai ritual yang harus dijalani oleh keduanya. Mulai dari penyerahan kembang mayang, ngidak endhog sampai dulangan. Acara kemudian berlanjut dengan ucapan selamat bagi pengantin dan sesi foto bersama. Banyak dari para warga yang dengan senang hati ikut berfoto bersama Asma dan juga Basuki. Sempat menjadi tanda tanya besar mengapa tidak ada keluarga dari kedua belah pihak yang datang di acara sakral tersebut. Namun setelah menyimak apa yang MC katakan, membuat pertanyaan tersebut akhirnya terjawab sudah. "Selamat ya, Asma.. Mas Basuki. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan." ujar Roni yang memang datang di acara pernikahan tersebut. Tentu saja d
Suasana khidmat tampak menyelimuti pernikahan antara Asma dan juga Basuki. Setelah mengucapkan janji pernikahan yang disaksikan oleh para saksi dan tamu undangan, maka status keduanya telah resmi menjadi sepasang suami istri.Basuki telah berdiri di atas panggung seorang diri. Menanti kedatangan Asma yang sebentar lagi akan datang menemani. Wajahnya terlihat sumringah karena baru saja melepas masa dudanya. Apalagi di pernikahannya yang ketiga kalinya ini dia mendapat seorang gadis muda yang cantik jelita. Ehem, yang muda lebih menggoda ya Pak Bas. Sstt.. lupakan ocehan author.Alunan musik gamelan terdengar, begitu Asma muncul dari balik pintu rumah yang telah dipasangi gedebog pisang yang telah dihias di sisi kanan dan kirinya. Hiasan tersebut berupa anyaman daun kelapa muda yang dibentuk seperti keris dan semacamnya. Juga terdapat hiasan janur kuning, bunga kertas dan dedaunan yang ditancapkan di batang pisang tersebut.Asma mulai berjalan mengarah ke atas panggung dengan ditemani d
Lagu berjudul Ikan Dalam Kolam yang telah dicover menjadi dangdut koplo terdengar menyemarakkan acara resepsi pernikahan Asma dan Basuki.Among tamu yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan pintu masuk, tampak begitu ramah saat menyambut kedatangan tamu undangan yang mulai berdatangan.Beberapa dari mereka bertugas untuk membawa bawaan dari tamu perempuan. Biasanya barang bawaan tersebut berisi beras, minyak dan juga gula. Ada juga yang membawa mie kemasan merah besar sebagai junjungannya. Sedangkan untuk tamu laki-laki, biasanya membawa sebuah amplop berisi uang yang akan langsung dimasukkan ke dalam kotak angpao. Hal semacam itu sering disebut dengan becek'an.Among tamu yang lain mengarahkan para tamu undangan menuju meja prasmanan. Dimana telah tersaji berbagai menu makanan yang bisa diambil sesuka hati. Mulai dari rawon, soto sampai sup daging tersaji rapi di atas meja panjang.Suasana resepsi yang dihadiri cukup banyak warga desa ini kian semarak saat biduan dangdut mulai naik
Asma terkikik geli dan mengajak Basuki masuk ke dalam rumah. Dirinya sudah memasak ayam goreng, tempe penyet yang dibaluri sambal terasi dan terong goreng sebagai lalapan. Salah satu menu masakan rumahan kesukaan sang calon suami. Ehem.. calon suami nggak tuh.. "Ini yang lain sudah pada makan?" tanya Basuki pada salah satu karyawan vendor yang berpapasan dengannya ketika hendak menuju dapur. Wanita itu mengangguk dan tersenyum kecil. Namanya Citra, karyawan wanita yang bertugas mendekor altar dengan bunga-bunga. "Sudah, Pak. Ndak nyangka, masakannya Dik Asma ternyata juara." serunya sembari mengacung jempol. Tak hanya dirinya, teman-temannya yang lain juga mengakui jika makanan Asma memang lezat. Asma yang mendapatkan pujian tersebut terang saja tersipu. Sedangkan Basuki justru terlihat tersenyum bangga. Dia menyenggol kecil lengan Asma yang sejak tadi diam saja. Sadar jika sang gadis tengah tersenyum malu. "Wahh.. kalau soal masakan memang calon istri saya juaranya." timpal Basu
Undangan pernikahan Asma dan Basuki telah tersebar. Tak banyak memang warga yang mendapat undangan tersebut. Selain karena Asma tidak ingin terlalu ramai, juga masih sedikit warga yang dikenal oleh keduanya. Dua hari sebelum hari H, tenda beserta alat-alat yang lain telah datang dan terkumpul di depan rumah Asma. Para pekerja mulai sibuk memasang dan mendesain dekorasi tenda pernikahan untuk Asma dan juga Basuki. Basuki hanya menyewa satu petak tenda berukuran sedang, mengingat jumlah tamu undangan yang dia undang tidak terlalu banyak. Untuk bagian konsumsi, pria itu juga menyerahkan sepenuhnya pada vendor yang dia sewa. "Pak, sarapan dulu. Dari tadi pagi Bapak belum sempet makan." seru Asma tengah menggendong Dika yang tampak rewel. Suasana rumahnya yang terbilang ramai karena lalu lalang para perias dekor, mungkin membuat bayi kecil itu merasa tidak nyaman. "Iya, sebentar lagi." Basuki menjawab seruan Asma dengan seruan juga. Pria itu terlihat sedang membantu salah seorang kary