"Mbak." Panggilan Athar yang lembut membuat aku mengerjap pelan. Saat itu aku tersadar kalau ketiduran dan mobil Athar sudah berada di depan rumahku yang jalannya sudah diperlebar hingga nyaman untuk parkir. "Eh, maaf saya ketiduran." ujarku seraya membenarkan posisi duduk seraya memegang kepala. Entah mengapa rasanya kepalaku sangat sakit, sepertinya ini karena aku terlalu syok atas insiden di kantin beberapa waktu lalu. Beruntung, Athar datang dan menghindarkanku dari cengkraman Hans. Masih terbayang aksi heroik Athar tadi hingga akhirnya aku diantai pulang. Athar tersenyum mafhum. "Gak apa-apa, saya paham Mbak pasti kelelahan dan masih syok gara-gara Hans."Aku menoleh pada Athar dan mata kami bertemu. Tatapan teduhnya membawa perasaanku serasa lebih baik. Aku jadi berpikir andai aku bertemu Athar lebih dulu dan bukan Hans, mungkin kejadian buruk ini tak akan terjadi. Andai, Athar bukanlah adik tiri dan bagian dari keluarga Yusuf Kalindra yang merupakan besan Bu Nur mungkin kepu
"Clar, kamu serius mau gabung sama kami?" Melihat Clara yang tiba-tiba hadir, Athar menegakkan tubuhnya dan jujur kurasakan hatiku bergetar tak nyaman. Bagiku, pandangan Athar selalu berbeda jika pada Clara, berasa ada manis-manisnya. Clara menyunggingkan senyum menggodanya kepada Athar dan lalu berjalan ke arah kami bak model catwalk."Ya, tentu saya ikut Thar jika diperbolehkan. Saya boleh gabung, kan?" tanya Clara. Tangan lentik gadis itu hampir meraih lengan Athar tapi pria itu buru-buru menghindar.Sekilas terlihat Clara kecewa karena Athar seolah menolaknya di depan para staf tapi dia mencoba menyamarkannya dengan senyuman. Diam-diam aku hanya bisa bersorak dalam hati karena akhirnya si genit kena getahnya. "Ehm, ya, boleh. Nanti kamu bisa bergabung. Kalau gitu rapatnya kita akhiri di sini, permisi!" Setelah pamit pada kami, Athar dengan gagahnya meninggalkan kumpulan para staf yang langsung heboh ngobrolin macam-macam.Ada yang ngobrolin mau pakai apa ke Pangandaran, mau mak
Siang ini aku berusaha keras untuk konsentrasi pada perkerjaan. Mencoba tidak memperdulikan perasaan aneh yang menggerogoti hati.Aku tahu sebagai wanita yang dilamar oleh si Bos, seharusnya aku mempertanyakan tentang kepastian omongan Clara. Sebelum patah hati dan berharap lebih, aku rasa hati ini wajar untuk memastikannya tapi lagi-lagi rasa gengsiku menahannya.Aku pikir mau cinta pertamanya Athar itu Clara kek, Tamara kek, Inul Daratista kek, atau Ayu Tingting pokoknya gak ada urusan. Aku kan belum sah jadi istrinya, bisa disangka posesif buta kalau aku bertanya. Belum jadi apa-apa udah repot, ih jijay!Alhasil, daripada gondok dan cemburu gak beralasan, aku memilih untuk lebih fokus ke pekerjaanku yang sempat tertunda yaitu membuat laporan bulanan.Lama. Aku terus berada di kubikel dan mengerjakan banyak hal sampai akhirnya tak terasa jam makan siang tiba. Beberapa orang di divisiku sudah mulai beranjak dari kubikelnya, begitu pun aku. Namun, saat aku baru berdiri tiba-tiba ponse
Mamah menyuruhku menikah lagi. Ini hal aneh yang terjadi hari ini. Aku tercengang, bibirku kelu dan diri ini membatu karena terkejut. Di saat sakit, Mamah malah memintaku menikah.Ini aneh. Sungguh, di luar ekspektasiku."A-apa, Mah? Me-menikah lagi?" tanyaku tercekat. "Kenapa Mamah tiba-tiba bilang gitu? Mah, tolong jangan memikirkan itu sekarang lebih baik Mamah pikirkan kesehatan Mamah," ucapku seraya memegang tangannya.Mamah tersenyum di balik alat penunjang pernafasannya seraya berkata pelan. "Mamah mungkin gak akan hidup lama, Sayang. Mamah ingin kamu bahagia, Mamah ingin melihat lelaki yang akan menjaga dan menjadi imam bagi kamu sebelum Mamah pergi Kania. Jika Mamah sudah melihatnya mungkin Mamah gak akan berat meninggalkan kamu sendiri," ujar Mamah membuat tangis yang sedang kutahan ambrol. Aku duduk seraya menggenggam tangan Mamah yang tak sekuat dulu. "Mah, Mamah jangan berpikir begitu. Umur Mamah insya Allah masih lama. Mamah gak boleh mendahului takdir. Kania ingin Mama
POV Author Mamanya Kania sudah dipindah dari HCU ke ICU karena kondisinya terus memburuk. Dalam keadaan seperti itu Kania bagaikan gadis yang terombang-ambing, dia bingung juga kalut. Rasa cemas dan tak berdaya menyelimuti Kania. Melihat calon istri sekaligus partnernya gemetar, Athar memutuskan untuk tetap di samping Kania. Dia memilih setia apa pun yang terjadi. Dia menemani Kania di ruang tunggu ICU yang dingin, meski wanita itu memintanya pergi tapi Athar berusaha tak pergi.Sebagai lelaki yang bertanggung jawab, Athar merasa ini saatnya dia mengambil peranan. Menjag seseorang yang spesial untuknya. Kania itu seorang janda yang kini tidak punya siapa-siapa selain mamanya. Pasti dia sangat bersedih ketika tahu sang mama menderita dan kritis di dalam sana. Sejujurnya, tanpa sepengetahuan Kania, Athar sudah mencoba menyelidiki siapa yang menabrak Ibu Alia. Athar mengerahkan semua koneksi yang dia miliki. Dari mulai polisi sampai ke dokter yang ada di rumah sakit ini. Dengan kekuasa
POV Author Tanah merah di pemakaman itu masih tampak basah. Aroma bunga mawar merah masih tercium begitu harum. Di antara semilir angin, terdengar suara isak dari seorang wanita yang kini sedang duduk bersimpuh di samping sebuah pusara.Siapakah wanita itu? Tentu saja wanita cantik yang tengah berduka itu bernama Kania. Dari sekilas saja bisa dilihat jika Kania teramat terpukul atas kepergian mama kandungnya tersebut. Di dunia ini Kania gak memiliki keluarga dekat yang lain, hanya dia dan mamanya. Kania merasa separuh dunianya telah hancur berkeping-keping. Dulu, meski dia pernah dikhianati Hans berselingkuh, entah kenapa Kania tidak sehancur ini. Nyatanya kehilangan seorang Ibu lebih menyakitkan dibanding dikhianati pasangan.Mengapa? Karena, bagi Kania Mama adalah satu-satunya support system' yang mendukungnya di saat dunia tak lagi bersahabat.Lama. Ya cukup lama. Kania berada di samping pusara Bu Alia sampai akhirnya seorang wanita setengah baya menghampirinya. "Nia, ayo kita pu
"Saya terima nikah dan kawinnya Kania Chrisyanta binti almarhum Andi Maulana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."Athar mengucap ijab kabul dengan lantang. Meskipun suaranya terdengar serak, tapi cukup bisa membuat hatiku bergetar dan semua orang yang hadir malam itu di mushola kampung langsung berucap sah.Pak Haji yang merupakan penghulu di kampungku memimpin doa yang diamini seluruh manusia. Tak terasa air mataku kembali turun dan menderas.Jujur, tak pernah terpikir olehku kalau aku akan berada di posisi sebagai mempelai pengantin untuk kedua kali. Hanya bedanya kali ini, aku melakukannya dalam situasi yang berduka karena mama baru saja meninggal dunia dan yang menikahkanku pun adalah wali hakim yang ditunjuk karena aku gak punya kerabat lagi di kampung ini.Sungguh sangat menyedihkan.Aku berpikir pernikahan keduaku akan berjalan lebih baik, tapi nyatanya malah semakin mengkhawatirkan bahkan cenderung harus dirahasiakan karena akad ini terjadi akibat wasiat dan darurat sampai
Aku terbaring lemas di ranjang pengantin yang dihias sederhana oleh Bik Imas.Di tengah keheningan kamar, aku merenung. Menatap langit kamar bercat putih. Tiba-tiba terbayang wajah Mamah, Mamah menoleh ke arahku dan tampak tersenyum ke arahku. Aku juga tersenyum melihatnya, tapi sayangnya bayangan itu tiba-tiba menghilang, melebur kembali menjadi langit-langit kamar."Mamah! Mamah!"Aku tersentak dan terduduk. Ternyata aku tadi sempat ketiduran. Dengan pelan, aku seka peluh di dahi dengan pangkal telapak tangan. Rupanya, mimpi itu mengingatkanku akan Mamah yang kini tidak bisa kupeluk lagi.Seketika rasa kehilangan menyergapku. Sejujurnya selama tadi acara, hatiku rasanya sudah sangat hampa. Apalagi jika ditambah oleh ingatan tentang kelakuan dan omongan gila Hans, rasanya diri ini semakin menderita, bahkan untuk berteriak pun rasanya sesak.Akhirnya aku hanya bisa menangis. Meraung seraya memeluk lutut di atas tempat tidur. Entah kenapa dadaku terasa sangat sakit. Bayangan Mamah dan s
Aku mengamati wajah Athar yang masih memejamkan mata. Ini sudah hampir satu Minggu pasca kejadian nahas itu terjadi. Namun, tak ada tanda-tanda suamiku akan tersadar dalam waktu dekat ini. Tampaknya suamiku masih setia dalam tidur panjangnya."Sayang bangun ...." bisikku getir. "Thar maafin aku, ya. Maafin udah bikin kamu jadi kayak gini. Aku janji kalau kamu bangun, gak akan panggil kamu lagi dengan yang aneh-aneh. Ayo buka matamu Sayang! Kamu suamiku Thar, suamiku."Lagi, aku menangis karena menyadari kalau yang kuajak bicara sama sekali tak bereaksi.Aku tahu Athar mungkin tak mendengarku tapi entah mengapa aku sangat rindu. Aku rindu mendengar suaranya, aku rindu pelukannya dan aku rindu tingkahnya yang konyol saat menggodaku.Kuakui melihat Athar terbaring dengan banyaknya perban di kepala dan tubuh suamiku tak ayal hatiku terasa remuk dan perasaanku campur aduk.Sampai saat ini, aku masih gak menyangka suami yang kusayangi harus hidup hanya dengan dipenuhi berbagai alat yang men
Di tengah keputus-asaan dan kewarasanku yang tinggal setengahnya tiba-tiba telinga ini menangkap suara lelaki yang sangat kurindukan berteriak lantang. Sontak suasana jadi gak terkendali. Semua mata mengarah tajam ke arah pintu yang menampilkan bayangan suamiku.Ya Allah, alhamdullilah! Aku selamat. Dia datang."Athar, itu kamu, kan? Athar!" teriakku parau berharap penglihatanku gak salah. "Iya, Sayang! Ini aku! Bertahanlah! Aku akan bebasin kamu!" jawab Athar dengan suara bergetar. Pandangan matanya yang sedih beralih padaku yang sedang dalam kondisi mengenaskan."Iya, Thar! Hati-hati ya mereka orang jahat! Mereka menyekapku karena Anita! Dia gak mau kamu menuntut ibunya! Kamu jangan terpengaruh Athar!"Aku terus berusaha menambah keyakinan Athar. Melihat suamiku datang, rasanya tenagaku seolah disuntik ribuan vitamin. Aku berusaha kembali mengerahkan sisa tenaga untuk melawan para lelaki besar yang sedang mengikatku. Meski aku merasa kesakitan, kukuatkan jiwa dan raga demi bisa beb
Mataku terbuka setelah tersorot cahaya dari pintu kamar yang terbuka sempurna. Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur karena sepertinya aku pingsan usai dipukul oleh Ratna. Tak berapa lama, muncullah bayangan dua orang manusia yang berjalan dengan pongah dari ambang pintu. Dari bentuknya, aku yakin itu adalah dua orang wanita.Karena kepalaku masih sakit akibat hantaman benda tumpul, aku sangat sulit mengenali dengan jelas siapa saja yang datang itu. Terlebih, kini mataku terasa sangat perih dan parahnya badanku pun terikat hingga tidak bebas bergerak.Barulah setelah wanita itu menyalakan lampu dan sampai di depanku, aku langsung bisa melihat wajahnya yang serasa tak asing, meski lebih kurus dari sebelumnya tapi aku tahu kalau dia ...."Hey janda!" "Ternyata benar kalian bersekongkol? Berengsek!" makiku marah ketika melihat Ratna dan Anita berdiri di depanku sambil melipat tangan.Walau aku sudah curiga tetap saja kenyataan kalau mereka bersekutu sangat membuat darahku seolah men
Di antara kesadaran dan ketidaksadaran, sayup-sayup aku mendengar lagu BTS mengalun. Semula hanyalah alunan kecil semata tapi lama-lama semakin keras dan menuntut untut diangkat. Astaghfirullah! Ini siapa sih yang berani mengganggu tidurnya seorang istri yang baru saja menyelesaikan kewajibannya? Apa dia tidak tahu kalau aku sudah sangat bekerja keras demi mempersembahkan seorang anak bagi Athalarik Yusuf yang kekarnya setara dengan Aqua-Man? Astaghfirullah! Lemas, sumpah lemas. Gak nyangka kepiawaian berondong membuatku lupa akan trauma.Dikarenakan dering telepon itu terus mengganggu, dengan sangat terpaksa aku pun membuka mata. Walau pun nyawa belum kumpul semua dan melanglang buana setidaknya aku tahu dari arah mana itu berasal. Secara malas dan dengan masih memejamkan mata, aku merentangan tangan dan meraba-raba sisi di samping tempat tidur, berharap aku bisa menemukan benda pipih yang terus mengganggu itu dan akhirnya dapat."Halo, assalammu'alaikum. Halo? Siapa nih?" tanyaku
POV ATHARDengan perasaan masih tak karuan, aku hanya mampu terduduk di balik kemudi. Setelah melewati proses pemakaman dan interogasi yang menyita perhatian tentang kematian Clara akhirny aku bisa pulang. Namun, aku kecewa ketika sampai ke rumah aku malah tak menemukan Kania--istri yang selalu membuatku khawatir.Di mana dia? Kenapa semalam ini dia belum kembali? "Shit! Pake merah lagi!"Aku mendengkus kesal ketika mobilku terhalang lampu merah padahal perasaanku sudah sangat cemas. Sambil menunggu lampu berubah hijau, aku merogoh ponsel yang ada di saku celana. Tanganku gegas menekan tombol hijau untuk menelepon Kania tapi lagi-lagi gak ada jawaban. Hampir frustasi, aku memukul pelan setir dan lalu memandang layar hape yang menunjukan wajah istriku.Kupandang walpaper itu lamat-lamat.Heran. Ini orang narkoba apa manusia? Kenapa bisa membuatku resah begini? "Mbak kamu di mana? Lagi apa? Dan sama siapa?" Aku mendesah gelisah, apalagi lampu tak juga hijau. Sudah menjadi rahasia umu
Aku menatap perempuan yang ada di depanku dengan wajah datar. Sudah lima belas menit berlalu aku dan Anita duduk berhadapan di meja kafe tapi wanita di depanku belum juga bersuara. Tadinya, aku malas sekali menemui perempuan yang telah merebut Hans dariku ini tapi dia terus memohon hingga aku tak ada pilihan selain menemuinya. Pertemuan ini bermula dimulai dari beberapa waktu lalu di mana aku yang sedang membeli nasi goreng tiba-tiba melihat Anita turun dari mobil dan menghampiriku. Jujur, aku terkejut melihatnya menemuiku semalam ini, padahal aku kira dia sedang berada di luar kota dengan Bu Maryam sesuai yang aku lihat di medsosnya. Ternyata ... oh ternyata dia ada di sini, ajaib!Saat di depan tukang nasi goreng, Anita bilang dia ingin bicara padaku empat mata saja. Mulanya aku menolak karena curiga dan juga takut Athar mencari tapi dia tetap memaksa sampai memohon-mohon. Katanya ini sangat penting dan dia berjanji tidak akan lama berbicara. Entah apa tujuannya tapi kuakui kal
Kania mondar mandir gak tenang. Sudah seharian ini Athar tidak bisa dihubungi. Otaknya terus saja melancarkan aksi spekulasi tentang berbagai peristiwa yang mungkin terjadi pada Athar di luar sana. Setelah berpamitan pagi tadi, Athar seolah susah dihubungi.Kania gelisah, galau dan merana. Akibat kabar meninggalnya Clara, ternyata sangat hebat. Bahkan Kania saja yang sengaja gak masuk kantor langsung mendapat kasak-kusuk yang gak jelas via grup WA para karyawan.Mendapati itu, tak dipungkiri di satu sisi dia juga merasa sedih karena walau Kania tak menyukai Clara tetap saja dia adalah manajer di kantornya. Sedikitnya Kania dan Clara sempat bersinggungan. Namun, anehnya selain sedih di satu sisi lainnya Kania merasa sangat khawatir.Ya, khawatir akan ada masalah baru lagi."Huf."Kania mengambil napas dalam sekaligus beristighfar. Gadis itu menengadahkan tangannya menghadap kiblat untuk berdoa.Dia memutuskan untuk mendoakan mendiang Clara dan juga kebaikan untuk keluarganya terutama A
POV AuthorMata Athar mengerjap pelan ketika dia melihat tubuh atas Kania yang ter-ekspos setelah istrinya tersebut menanggalkan baju piyama. Ini untuk pertama kalinya Kania berani membuka pakaiannya di depan Athar. Melihat pemandangan ekslusif ini, Athar tidak menyangka kalau Kania memiliki banyak luka di sana sini, ada luka pukulan sampai goresan semua ada. Athar yakin semua itu bukti kekerasan Hans yang entah mengapa belum sembuh walau sudah sekian lama berlalu. Sebaliknya, Kania pun terkejut melihat penampakan punggung Athar yang kini bisa dilihatnya dengan jelas. Jujur. Kania tidak menyangka kalau Athar juga memliki bekas luka bakar di tubuhnya. Kata Athar itu terjadi karena dulu almarhum bapaknya sempat memukulinya karena berani menantang Bu Maryam. Mereka pun saling iba terhadap kondisi masing-masing dan berjanji akan saling melindungi, walau tidak terucap secara langsung."Mbak, kenapa Mbak gak pernah bilang kalau punya luka seberat ini? Ini harus divisum Mbak. Kita harus m
Kania terperanjat saat melihat Athar pulang dengan tatapan mata yang begitu sayu. Lelaki yang katanya mau menunaikan misi itu malah pulang dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Semalaman di luar nyatanya membuat tampilan Athar teramat kusut di pandangan Kania yang telah mencemaskannya.Tentu pemandangan ini membuat Kania bertanya-tanya. Apa yang terjadi pada suaminya? Kenapa pulang dari rumah Clara jadi seperti ini? Berbagai macam pertanyaan dan hipotesis mulai muncul di benak Kania. Namun, sayangnya belum juga itu terjawab, Athar sudah lebih dulu berjalan masuk melewati istrinya dengan tatapan kemarahan. Lelaki itu mengarahkan kakinya ke dapur meninggalkan Kania yang masih melongo kebingungan. "Thar, kenapa? Kamu haus?" kejar Kania cemas. Athar tak mengindahkan pertanyaan Kania. Athar lebih fokus untuk membuka kulkas untuk mengambil botol minum berisi air es dan lalu meminumnya hingga tandas. Akan tetapi, meski sudah beberapa kali menegak minuman sialnya rasa panas yang membakar tu