Share

Bab 691

Author: Clarissa
Sinar matahari menembus jendela, menyinari ruangan dengan cahaya hangat yang terang dan indah.

Di bawah sinar matahari, wajah Tiffany yang merah akibat mabuk terlihat semakin menawan.

Sean menyimpan rekaman di ponselnya. Dengan puas, dia menatapnya sambil tersenyum, "Kamu bilang aku orang baik. Apa itu pujian darimu?"

Tiffany tertegun sejenak, lalu buru-buru menggeleng. "Nggak ... bukan begitu. Aku benar-benar merasa kamu sangat baik. Kalau bukan karena kamu ...."

Wanita itu menatap wajah Sean dengan tatapan linglung. Senyumannya begitu polos. "Kalau nggak ada kamu, aku benaran nggak tahu harus gimana hari ini .... Selain itu ...."

Dia mengambil botol anggur, menuang segelas penuh, lalu meneguknya habis. "Tanpamu, aku nggak akan berpikir sejauh ini, nggak akan menyadari Bu Filda bisa melakukan hal seperti itu ...."

Usai berbicara, Tiffany menatap Sean lagi, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah tampan pria itu. "Sean, kamu ini malaikat ya?"

"Kenapa ... setiap kali kamu muncu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Shinta Astuti N
dikit banget thor ...
goodnovel comment avatar
Iza Soares
kok sekarang upnya cuma 2 bab sih thor...
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
Sean bantu Tiffany hancurkan chaty, manusia tidak tau diri seperti chaty itu pantas di kasih pelajaran, Bronson tolong buang chaty dan keluarkan dari keluarga japardi, itu cuma jadi racun dan virus di keluarga japardi dan di hidup Tiffany
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 692

    "Ya, ini aku." Sean berbicara dengan tenang, "Pak Xavier, sudah lama nggak bertemu.""Bagimu mungkin sudah lama, tapi bagiku nggak. Pagi ini aku bahkan melihatmu di televisi."Suara Xavier masih sama seperti lima tahun lalu, ada sedikit nada menggoda dan ceria. "Gimana keadaan Tiffany?""Aku menemaninya minum beberapa gelas, sekarang dia sudah tidur."Xavier tertawa getir. "Bagus kalau begitu.""Apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu?" Sean menarik napas dalam, lalu bertanya dengan suara rendah.Selama bertahun-tahun, Sean tidak berhubungan dengan Tiffany. Hanya saja, dia tahu Xavier dan Tiffany sangat dekat karena hubungan Tiffany dengan Niken. Jadi, Xavier pasti mengetahui semua yang terjadi tiga tahun lalu."Tiffany nggak mengizinkanku mengatakannya." Pria di ujung telepon tertawa. "Secara pribadi, aku sebenarnya ingin kasih tahu.""Tapi Tiffany pernah bilang, kalau aku membocorkannya, dia akan putus hubungan denganku. Aku sangat menyukainya, tentu saja aku nggak ingin kehilang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 693

    Tiffany menggigit bibirnya, melirik Sean dengan tatapan sebal. Namun, dia harus mengakui bahwa pria ini sangat perhatian.Kalau Sean tidak menyiapkan surat itu terlebih dahulu, hal pertama yang akan dia lakukan setelah bangun tidur adalah menulis surat pengunduran sendiri.Tiffany menarik napas dalam, mengambil pena di atas meja, lalu menandatangani namanya di surat itu."Setelah ini, rencanamu apa?" Setelah Tiffany selesai menandatangani, Sean bertanya dengan tenang."Belum terpikirkan." Tiffany menggigit bibirnya, menghela napas dengan sedikit putus asa. "Yang pasti aku harus berhenti bekerja dulu, baru setelah itu aku pikirkan lagi pekerjaan yang cocok untukku."Setelah berkata begitu, dia tersenyum canggung, seolah-olah takut Sean mengkhawatirkannya. "Aku ingat dulu kamu pernah bilang kalau aku cocok jadi guru, 'kan? Mungkin aku bisa mencoba. Ya, jadi guru. Lagian, belajar memang keahlianku!"Sean menyandarkan kepalanya di ujung tempat tidur, melipat kedua tangan di belakang kepala

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 694

    "Baiklah." Sean tersenyum, mengeluarkan ponselnya, lalu menelepon seseorang. "Pesan tiket pesawat."Tiffany meliriknya dengan dingin sebelum berbalik dan masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap....."Tiff, keputusanmu sudah bulat?" Di dalam kantor direktur, Morgan menatap Tiffany dengan penuh penyesalan. "Selama ini, kamu telah memberikan begitu banyak kontribusi luar biasa untuk rumah sakit. Aku bisa mengabaikan pendapat orang lain dan tetap membiarkanmu bekerja di sini."Tiffany menggeleng. "Lupakan saja, Pak Morgan. Kamu selalu dikenal sebagai sosok yang adil dan jujur. Rumah sakit ini sudah cukup dengan satu wakil direktur yang bermasalah. Jangan biarkan dirimu ikut terseret."Ruangan itu langsung sunyi. Morgan menatap Tiffany, tatapannya penuh dengan rasa sesal dan kekecewaan. "Sepertinya kalau kamu pergi, Julie juga akan ikut."Tiffany tersenyum. "Itulah kenapa aku menyarankan agar kalian mempekerjakan Zion kembali. Dia adalah dokter yang sangat berbakat. Setelah aku dan Julie p

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 695

    Tiffany tersenyum tipis saat menatap Zion. "Sama seperti kamu yang dulu rela menanggung semua kesalahan demi aku, sama seperti kamu yang nggak ingin mengungkit masa lalu demi Bu Filda, aku juga punya seseorang yang sangat penting untuk kulindungi."Sinar matahari pagi menyinari wajahnya, membuat senyumannya seperti berlapis cahaya keemasan. Dia menatap Zion dengan lembut. "Aku tahu kamu pasti bersedia menjaga rahasiaku."Zion menggigit bibirnya. Sebenarnya, dia benar-benar tidak ingin menyimpan rahasia ini. Dia sangat ingin berdiri di depan semua orang dan memberi tahu mereka bahwa Tiffany bukanlah seperti yang mereka katakan!Tiffany memang cedera dan tidak bisa lagi melakukan operasi sendiri ....Namun, ketika melihat sorot mata tulus dari Tiffany, Zion hanya bisa menghela napas dalam-dalam. "Baiklah."Meskipun tahu kebenarannya, dia tidak bisa menentang keinginan Tiffany. Ini adalah urusan Tiffany sendiri. Sebesar apa pun rasa kagumnya terhadap Tiffany, sebesar apa pun penyesalannya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 696

    "Lebih baik aku cepat pulang ke Kota Aven untuk menemani ayahku."Zion hanya bisa mematung di tempat dengan ekspresi putus asa.....Setelah resmi mengundurkan diri dari rumah sakit, Tiffany menerima telepon dari Bronson."Tiff." Suara Bronson di ujung telepon terdengar agak berat. "Aku sudah melihat isi konferensi pers tadi. Apa kamu ... menyembunyikan sesuatu?"Tiffany menggigit bibirnya dan memandang matahari di langit. Hari ini, cahaya matahari terasa menyilaukan.Dia mengangkat tangan untuk menutupi matanya, lalu berjalan menuju tempat parkir sambil menyahut dengan nada datar, "Ayah, jangan khawatirkan aku.""Lima tahun lalu saat Ibu meninggal, kamu selalu bersamaku. Kamu pasti tahu betapa beratnya tekanan yang kualami.""Maaf kalau aku nggak mewarisi ketegaran mental kalian berdua. Aku ingin istirahat sejenak dari dunia ini. Soal masa depan ... masih bisa dipikirkan nanti."Bronson menghela napas panjang di seberang telepon. "Aku baru saja memarahi Cathy habis-habisan. Aku cuma t

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 697

    Setelah kembali dari rumah sakit, Tiffany mulai berkemas.Meskipun sebelumnya Sean mengatakan bahwa dia akan membawa anak-anak sehari lebih lambat dari yang dijadwalkan, mengingat sifatnya yang seenaknya, Tiffany merasa dia lebih baik membawa lebih banyak pakaian sebagai persiapan.Saat dia selesai mengemas pakaian dan barang-barang untuk kedua anaknya serta dirinya sendiri, waktu sudah menunjukkan pukul 1.30 siang.Dia menarik napas dalam-dalam. Ketika hendak berbaring untuk beristirahat sejenak, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang tergesa-gesa dari luar.Tiffany mengernyit, mengira itu adalah Sean. Dia bangkit dengan sedikit rasa kesal untuk membuka pintu.Bagaimanapun, hanya sedikit orang yang mengetahui alamat rumahnya. Xavier jarang datang ke sini, sedangkan Julie selalu menghubunginya terlebih dahulu jika ingin mengajaknya keluar. Jadi, satu-satunya orang yang bisa datang tanpa pemberitahuan seharusnya hanya Sean."Hai." Begitu pintu terbuka, ternyata orang yang berdiri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 698

    "Kamu bilang, kebiasaan seperti ini menjijikkan atau nggak?"Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu langsung membuka pintu lebar-lebar. "Kalau kalian datang ke sini cuma untuk menghinaku, silakan angkat kaki dari sini.""Hidup seperti apa yang kujalani, pilihan apa yang kubuat, itu adalah urusanku sendiri, nggak ada hubungannya dengan kalian."Setelah mengatakan itu, dia tersenyum dingin. "Atau mungkin kalian sudah nggak sabar aku kembali ke Keluarga Japardi dan bersaing dengan kalian untuk mendapatkan hak waris?"Cathy tersenyum. "Tiffany, lihat cara bicaramu. Kalaupun kami nggak datang, memangnya kamu akan menyerahkan hak warismu?""Jangan bercanda. Kalau kamu benar-benar bisa melepaskannya, kenapa di konferensi pers kemarin kamu masih menyembunyikan kebenaran tentang apa yang terjadi saat itu?"Tiffany juga tersenyum. "Kalau kamu sudah tahu aku nggak akan menyerah, untuk apa repot-repot melakukan hal yang nggak berguna seperti ini? Atau kamu pikir dengan mempertaruhkan profesi dan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 699

    "Sean, dasar licik!" Setelah melontarkan kata-kata itu dengan marah, Cathy menarik tangan Mason, lalu berbalik dan pergi dengan kesal menggunakan sepatu hak tingginya.Melihat punggungnya yang menjauh, tiba-tiba Tiffany merasakan kepuasan yang luar biasa dalam hatinya. Dia menoleh, melirik Sean, lalu tersenyum padanya. "Terima kasih.""Untuk apa berterima kasih padaku?" Pria itu melangkah masuk, menutup pintu dengan santai, lalu menatapnya dengan senyuman tipis. "Lagian, aku pernah bilang kalau aku nggak suka ucapan terima kasih yang cuma sebatas kata-kata."Tiffany menggigit bibirnya. Entah apa yang merasukinya, dia tiba-tiba melangkah maju, berjinjit, dan mengecup bibir pria itu.Saat bibir lembutnya menyentuh bibir Sean yang dingin, keduanya terkejut sejenak. Seperti ada aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh mereka.Jantung Tiffany mulai berdetak kencang, wajahnya memanas dan memerah. Kemudian, dia baru menyadari bahwa dirinya baru saja melakukan sesuatu yang tak seharusnya

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 737

    "Baiklah." Julie menghela napas, "Lagian, sudah banyak rahasia yang kujaga, nggak masalah kalau nambah satu lagi."Sambil berbicara, Julie mengambil cangkir kopi dan menyesapnya. "Gimana kerjaan barumu?"Tiffany tersenyum. "Sejauh ini, pekerjaan baruku lumayan bagus. Di lembaga riset, nggak ada yang peduli soal masa laluku. Suasananya juga harmonis dan penuh pengertian. Aku baru kerja belum genap sehari, tapi sejauh ini rasanya menyenangkan."Julie mengangguk. "Syukurlah kalau begitu. Kamu 'kan orangnya lembut banget, aku sempat khawatir kamu bakal ditindas di sana.""Kebanyakan mikir!" Tiffany tersenyum lebar, lalu mengambil teko kopi dan menuangkan ke cangkirnya dan milik Julie. "Kalau kamu sendiri? Setelah balik ke Kota Aven, mau cari kerja apa?""Atau ... mau aku tanya ke kepala lembaga? Siapa tahu mereka lagi buka lowongan.""Jangan, jangan!" Julie cepat-cepat melambaikan tangannya. "Aku nggak cocok kerja di tempat seperti lembaga riset yang tiap hari cuma duduk diam di kantor. Bu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 736

    Sean menatap ke kejauhan. Suaranya tenang, sejauh pandangannya melayang. "Karena ingin dikenang untuk waktu yang lama, aku minta orang untuk membuat album kenangan itu dengan bahan logam berlapis emas ....""Awalnya, aku cuma mau album itu bisa bertahan lama. Tapi ternyata ... dalam kebakaran tiga tahun lalu, album itu ikut hilang."Saat berkata, dia menggeleng dengan ekspresi menyesal. "Mark menduga, karena sampul album itu berlapis emas, kemungkinan besar ada orang yang menemukannya lalu mengambilnya untuk dilebur jadi emas ...."Lalu pria itu menunduk dan mencubit lembut ujung hidung Tiffany. "Sayang sih, tapi yang penting kamu sudah kembali. Mulai sekarang, kita masih punya banyak hal yang bisa kita kenang bersama."Tiffany terdiam dan bibirnya terkatup rapat. Dia hanya menggenggam tangan Sean tanpa berkata apa pun. Mana mungkin dia memberi tahu Sean bahwa album kenangan itu ... masih ada.Terselip rapi di lapisan dalam koper yang dia bawa.Album itu tidak pernah hilang. Tidak ada

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 735

    Tiffany baru saja akan membalas ucapan Sean, saat tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu. "Tuan, Nyonya, makan malam sudah siap," suara Rika terdengar dari luar.Barulah Tiffany buru-buru melepaskan diri dari pelukan Sean. Mereka pun turun ke bawah dengan masih bergandengan tangan.Di ruang makan, Kendra dan Indira sudah duduk di meja bersama Arlo dan Arlene. Melihat Tiffany dan Sean bergandengan tangan saat turun dari tangga, Kendra dan Indira saling melirik, lalu tersenyum penuh arti.Sementara itu, Arlo duduk dengan tangan bersilang di dada. Wajah kecilnya yang imut tampak kesal. Sebaliknya, Arlene justru luar biasa bersemangat. Dia bertepuk tangan dan berseru, "Selamat ya, Paman Ganteng! Sekarang sudah bisa gandeng tangan Mama cantikku!""Terima kasih, Arlene." Sean tersenyum sambil menggandeng Tiffany menuju meja makan, lalu menarikkan kursi untuknya dengan sopan.Setelah Tiffany duduk, barulah Sean duduk di seberangnya. Makan malam keluarga pun dimulai."Ngomong-ngomon

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 734

    Setelah telepon ditutup, Tiffany mengangkat pandangannya menatap Sean. Di saat yang sama, Sean juga menundukkan kepala menatap Tiffany.Setelah beberapa saat berlalu, keduanya tiba-tiba tertawa bersamaan.Sean merentangkan lengannya dan menarik Tiffany ke dalam pelukannya. "Sudah senang sekarang?""Dasar nakal.""Aku nakal, ya?"Tiffany mencemberutkan bibirnya, lalu menyandarkan wajahnya ke dada Sean sambil menggoda. "Kalau dibandingkan sama penyelamat hidupmu yang cuma minum seteguk obat pencahar terus pura-pura pingsan ... aku ini jauh lebih baik, 'kan?"Sean mengangguk setuju, lalu mengecup lembut pipinya. "Benar juga."Setelah itu, Sean menghela napas dan ekspresi wajahnya berubah sedikit sendu. "Padahal dulu Vivi nggak seperti itu. Setiap kali Lena bikin masalah, dia pasti langsung menegur adiknya dengan tegas. Makanya aku dulu sangat percaya sama dia.""Tapi sekarang dia berubah. Sepertinya, aku juga bersalah. Mungkin karena aku terlalu baik padanya, sampai dia lupa siapa dirinya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 733

    Wajah Tiffany langsung merah padam. Dia memalingkan wajahnya dan melangkah mundur untuk menjaga jarak dari Sean."Kapan aku bilang mau milih kamu?"Pria itu melangkah depan dengan berani. "Sejak kamu ikut pulang ke Kota Aven bersamaku, aku tahu, kamu sudah memilihku.""Tiffany." Mata Sean yang hitam pekat menatap Tiffany dengan dalam. Di dalamnya menyiratkan perasaan yang begitu mendalam. "Tiff, aku ingin mengulang semuanya dan hidup bersama denganmu. Aku manggil kamu Nyonya Tanuwijaya dan kamu panggil aku Sayang .... Boleh nggak?"Tiffany tertegun sejenak. Dia sama sekali tidak menyangka Sean akan bicara begini padanya dalam situasi seperti ini. Seketika, kepanikan langsung merayap di hatinya.Tiffany mengatupkan bibir dan berkata, "Sean, apa ... kamu nggak terlalu gegabah?""Apa iya?" Sean mendekapnya dalam pelukan, lalu mengecup dahinya. "Kalau begitu, bisa nggak Nyonya Tanuwijaya bilang padaku, cara seperti apa yang dianggap nggak gegabah?"Tiffany terdiam. Dia juga tidak tahu!Nam

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 732

    "Sejak kapan Sean datang? Lena juga kenapa bisa menangis?"Tiffany menonton pertunjukan itu dengan senyum sinis. "Tadi kamu pingsan, jadi adikmu panik dan menangis. Sean juga naik ke atas karena khawatir melihatmu.""Pingsan?" Lena memasang wajah bingung. "Aku nggak pingsan kok .... Aku cuma minum air yang diberikan Kak Rika, lalu merasa agak ngantuk dan ketiduran."Tiffany pura-pura tersenyum. "Kalau begitu, tidurnya nyenyak nggak?""Cukup ... cukup nyenyak." Vivi tersenyum kikuk, lalu melirik tajam ke arah Lena. "Dasar kamu ini, suka panik berlebihan. Pasti bikin Sean dan Bu Tiffany ketakutan. Aku cuma ketiduran!"Lena cemberut dan tidak berbicara lagi karena kesal."Sudahlah, yang penting sudah sadar." Sejak tidak merasakan apa pun setelah meminum air tersebut, Sean sudah bisa menebak trik apa yang sedang dimainkan oleh Vivi. Hanya saja, dia malas mengungkapkannya."Kami turun dulu. Vivi, aku masih bisa menoleransi kamu tidur di rumahku kali ini, tapi aku nggak mau lihat hal seperti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 731

    Tiffany menaikkan alisnya. Harus diakui, kemampuan Lena dalam berpura-pura memang hebat. Saat berada di hadapannya, Lena mencerca kedua anaknya tanpa ampun. Namun, saat berada di hadapan Sean, dia malah mengatakan bahwa anak-anak tidak tahu apa pun, semuanya adalah ajaran orang tua?"Tapi, tadi aku sudah tanya sama anakku."Tiffany mengerutkan alisnya dan berkata dengan suara tenang, "Anakku bilang, dia cuma menaruh tablet vitamin yang biasa aku hancurkan dan larutkan dalam air, ke dalam gelas air Vivi."Lena tertegun, lalu langsung menunjuk hidung Tiffany dan mulai memaki. "Vitamin? Kalau cuma vitamin, kenapa kakakku langsung pingsan setelah minum? Jelas-jelas itu racun!""Huh, demi menutupi kejahatan mengajari anakmu meracuni orang, kamu malah bilang itu cuma vitamin?"Suara Lena sangat kuat dan tajam saat menuding Tiffany, "Orang seperti kamu masih berani mengaku-ngaku sebagai dokter hebat? Hebat jadi algojo mungkin ya?"Tiffany tersenyum tenang, "Hebat jadi dokter atau algojo, kamu

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 730

    Arlo mengangguk pelan, meskipun masih belum sepenuhnya mengerti. "Aku paham. Aku nggak akan diam-diam memasukkan obat pencahar ke dalam minuman orang lain lagi ...."Tiffany menghela napas panjang, lalu mengusap kepala Arlo dengan lembut. Namun, tiba-tiba tangannya yang sedang mengusap kepala anaknya itu terhenti."Tunggu ... barusan kamu bilang ... yang kamu masukkan itu obat pencahar?""Iya." Arlo cemberut. "Itu obat pencahar yang Mama bawa dari rumah sakit untuk Paman Xavier yang sembelit. Paman bilang obatnya sangat manjur, jadi aku diam-diam mengambil sedikit ...."Tiffany sungguh kehabisan kata-kata. Anak macam apa yang dia besarkan ini? Obat pencahar untuk Xavier pun dicuri?"Katakan yang sejujurnya, selain ini, apa lagi yang sudah kamu ambil dari Paman Xavier tanpa sepengetahuanku?""Banyak ...." Arlo menggigit bibirnya. Dengan wajah polos, dia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Mama, apa sekarang wanita itu sudah mulai sakit perut? Mau ... kasih dia obat diare nggak?"Ucapan Ar

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 729

    "Arlo!" Begitu keluar dari kamar tamu, Tiffany langsung mendorong pintu kamar anak tempat Arlo dan Arlene berada.Saat ini, Arlo dan Arlene sedang berbaring di sisi kiri dan kanan Kendra, mendengarkan cerita yang sedang diceritakan.Melihat Tiffany masuk, Arlo langsung merasa bersalah dan melirik ke arah wanita yang berdiri di ambang pintu dengan perasaan bersalah. "Ma ... Mama, kenapa tiba-tiba naik?"Melihat ekspresi bersalahnya, Tiffany langsung tahu bahwa ini pasti ulahnya. Bocah ini memang cerdas dan dewasa seperti ayahnya, tetapi dia tetap mewarisi beberapa sifat dari Tiffany, yaitu tidak bisa berbohong.Tiffany menarik napas dalam-dalam, menahan amarahnya. Dia menatap Arlo. "Sebelum aku benar-benar marah, lebih baik kamu segera mengaku. Apa yang kamu masukkan ke air yang kamu berikan kepada Bibi Rika?"Kendra yang sedang menikmati momen hangat bersama kedua anak itu pun mengerutkan kening. Dia tidak menyukai nada bicara Tiffany. "Tiff, kenapa marah-marah?""Arlo ini anak yang pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status