Share

Bab 396

Author: Clarissa
Ketika seluruh rumah bergaya tradisional di depan perlahan menghilang dari pandangan, Tiffany menghela napas sebelum berucap, "Awalnya, hari ini cukup menyenangkan ...."

Hanya saja, suasana itu berubah ketika Zara menyebutkan soal "ibu". Bagi Julie, kata "ibu" adalah luka yang tak pernah sembuh seumur hidupnya. Alhasil, mereka berdua membuat suasana makin berat seperti saling membuka luka lama.

"Ibuku dulu juga sangat baik padaku," ujar Sean sambil memegang kemudi. Dia menatap lurus ke depan. Emosi samar-samar terlihat di dalam matanya yang gelap dan dalam.

Sean melanjutkan, "Sayangnya, dia pergi terlalu cepat. Dia adalah orang yang sangat baik hati, sama seperti kamu. Kalau saja dia nggak meninggal terlalu cepat ... aku yakin, kakakku nggak akan menjadi seperti sekarang."

Tiffany menggigit bibirnya. Sean jarang membahas tentang keluarganya. Dia menarik napas panjang, lalu berkata lembut, "Aku bisa merasakan kalau ibumu orang yang sangat baik. Soalnya pengaruhnya pada dirimu terlihat j
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Sean takut kehilangan tiffany
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 397

    Ketika Tiffany dan Sean tiba di Desa Maheswari, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih. Pagi harinya saat berangkat dari bandara, Tiffany sudah menelepon Kendra dan memberi tahu bahwa mereka akan tiba di rumah sekitar pukul 2 siang.Namun karena sedikit tertunda di tempat Zara, mobil mereka baru berhenti di depan rumah Kendra pada pukul setengah 4 sore. Begitu keluar dari mobil, Tiffany langsung berlari ke dalam halaman seperti anak kecil yang antusias. Dia berseru, "Paman!"Di belakangnya, Sean hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil membuka bagasi. Dengan cekatan, dia mengeluarkan koper besar yang penuh dengan hadiah yang dibawa Tiffany.Saat membawa koper ke pintu, pandangan Sean tertuju pada halaman kosong di sebelah rumah Kendra. Di sana, ada sebuah mobil sedan hitam yang terlihat baru. Jelas itu bukan mobil milik warga desa.Tiffany terkejut saat masuk ke rumah. Selain Kendra, ada dua pria berjas rapi yang duduk di sofa ruang tamu. Dia pun bertanya, "Paman, siapa kedua orang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 398

    Tiffany mengerucutkan bibirnya, lalu berbicara dengan kesal, "Sudahlah. Lagian, ini bukan pertemuan terakhir. Aku masih bisa bertemu Nenek lain kali saat pulang lagi."Tiffany hanya berencana tinggal setengah jam di rumah, sekadar meninggalkan hadiah lalu pergi. Dia sudah lama absen kuliah, apalagi ujian akhir semester akan segera tiba. Dia benar-benar tak boleh menunda lagi.Mengingat ini, Tiffany menarik napas dalam-dalam sebelum berujar, "Hmph! Tinggal kurang dari setengah bulan lagi sebelum ujian akhir!"Tiffany menambahkan, "Begitu ujian selesai dan liburan musim panas dimulai, aku akan pulang ke sini dan tinggal beberapa hari. Aku akan memastikan Nenek nggak punya waktu untuk pergi nonton orang main kartu karena dia harus menemani aku di rumah!""Lagian, aku juga jago main kartu! Aku bisa menemaninya bermain!" lanjut Tiffany. Dulu setiap liburan musim panas, dia selalu bermain kartu bersama nenek dan bibinya. Mengingat masa-masa itu sekarang, rasanya sedikit nostalgia.Kendra ter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 399

    Meskipun di dalam rumah sudah tidak ada orang lain, dua polisi berpakaian biasa itu tetap menunjukkan kartu identitas mereka dengan serius.Salah satu dari mereka berujar, "Pak Kendra, kami menerima laporan dari Nona Sanny yang mengatakan bahwa kamu terkait dengan kebakaran yang terjadi 13 tahun lalu. Mohon ikut dengan kami untuk menjalani penyelidikan.""Oke, aku akan ikut," jawab Kendra sambil tersenyum. Dia berbalik, lalu menyeret koper berisi hadiah dari Tiffany ke pintu belakang. Sebelumnya, dia sudah berbicara dengan Jones dan memintanya untuk membawa barang-barang di rumah ini setelah dia ditangkap.Setelah memastikan semuanya siap, Kendra kembali tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah kedua polisi itu. Dia berucap, "Ayo."Saat borgol dingin melingkar di pergelangan tangannya, Kendra hanya tersenyum. Ingatannya melayang jauh, kembali ke musim panas 13 tahun lalu.Musim panas itu, Tiffany yang baru berusia 6 tahun terkena flu berat yang sedang mewabah di desa. Penyakit itu sebe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 400

    Tiffany menggigit bibirnya. Dia akhirnya tak mampu menahan diri, lalu bertanya kepada Sean, "Sayang, gimana kalau kita kembali saja? Aku merasa kedua pria di rumah Paman bukan orang baik-baik."Tiffany menambahkan, "Paman bilang mereka anak dari teman seperjuangannya. Tapi, selama ini Paman nggak pernah berhubungan sama teman lamanya. Dia sudah pensiun lebih dari 20 tahun, kenapa tiba-tiba hari ini anak dari temannya datang, bahkan bersikeras nggak mau pergi?"Makin memikirkannya, Tiffany makin merasa ada yang tidak beres. Dia berujar, "Nggak bisa, kita harus kembali untuk periksa. Gimana kalau mereka sebenarnya ...."Tiffany menggaruk-garuk kepalanya. Dia berpikir keras sebelum melanjutkan, "Paman biasanya jujur dan sederhana. Dia nggak pernah bermusuhan dengan siapa pun ...."Setelah berpikir cukup lama, Tiffany tiba-tiba mendongak sambil bertanya, "Sayang, mungkinkah ini ada hubungannya sama suami Wenda? Gimana kalau dia sudah keluar dari penjara dan utus orang untuk menyulitkan pam

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 401

    Sean menggenggam erat setir mobil. "Waktu kamu sakit itu ... musim panas?""Iya."Tiffany mengangguk patuh. "Ngomong-ngomong soal itu, lain kali kalau aku pulang, aku seharusnya mengingatkan Paman.""Meskipun kerabat jauh itu sudah bertahun-tahun nggak muncul, tetap saja kita harus bayar utangnya. Ini soal kepercayaan."Sean mengangguk sambil tersenyum. "Baik, lain kali kalau pulang, aku yang bayar, kamu tanyakan sama Paman. Lagi pula, aku berterima kasih sama orang yang menyelamatkan nyawa istriku."Tiffany menggigit bibir dan mengangguk dengan sungguh-sungguh. Dia masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ternyata itu pesan dari dosen pembimbing di kampus. Pesannya dikirim ke grup, isinya mengingatkan semua orang untuk belajar dengan giat karena ujian akhir semester akan segera tiba.Selain itu, dosen tersebut mengirim pesan pribadi untuk Tiffany secara khusus dan menyuruhnya belajar dengan baik. Katanya, pelajaran yang tertinggal selama semester ini cukup

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 402

    Rika memperhatikan Tiffany dengan saksama. Lalu setelah beberapa saat, dia berpaling dan terbatuk pelan, "Kurusan, kurusan!"Tiffany merengut dengan wajah sedih, "Sikapmu ini pasti karena kamu pikir aku gemukan!"Sebelumnya, saat di Desa Maheswari, pamannya juga mengatakan dia gemukan. Apa dia benar-benar gemukan?Tiffany cemberut lagi dan menarik napas panjang. "Aku memutuskan, mulai sekarang aku akan belajar sambil diet!""Baik, baik, baik!" Rika tersenyum lebar sambil menarik Tiffany masuk ke dalam vila. "Aku sudah masakkin paha ayam kesukaanmu. Kita makan dulu jamuan penyambutan yang kusiapkan, baru diet!"Tiffany terdiam.....Di kantor polisi Kota Aven.Kepala kepolisian memandang Sean dengan wajah putus asa. "Pak Sean, kenapa Anda bisa sepeka itu? Orang yang baru saja kami tangkap bahkan belum sempat diinterogasi, Anda sudah datang untuk menjenguknya. Ini melanggar prosedur, lho!"Sean mengangguk, lalu duduk dengan nyaman di kursi di depan kepala polisi. "Nggak masalah. Anda pun

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 403

    Sean terdiam cukup lama. Akhirnya, dia tersenyum tipis dan berkata pelan, "Dia memang polos, tapi dia benar-benar peduli padamu. Kalau aku nggak mencegahnya, dia mungkin sudah tahu semuanya sekarang."Kendra tertegun sejenak, lalu menundukkan kepala dan berkata dengan suara serak, "Terima kasih.""Nggak perlu berterima kasih padaku." Sean menutup matanya sejenak. "Aku nggak pernah menyangka, kebakaran tiga belas tahun yang lalu itu, bukan hanya menghancurkan hidupku dan kakakku, tapi juga menyelamatkan nyawa seorang gadis.""Yang lebih mengejutkanku lagi, gadis itu ternyata adalah istriku, orang yang akan berbagi hidup denganku di masa depan."Sean menyilangkan tangan di depan dada. "Paman, aku datang ke sini hari ini bukan untuk menuntutmu. Kronologi dan detail dari kejadian itu sudah diselidiki oleh orang-orangku. Aku hanya nggak menyangka ... semua orang ternyata bisa menyembunyikan hal ini dariku selama ini."Sejak awal, dia sudah merasa bahwa Kendra adalah orang yang tidak sederha

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 404

    "Nggak kusangka .... Kakek memang benar."Sean menyipitkan matanya, lalu mengulangi apa yang Kendra katakan sebelumnya dengan tegas, "Kamu sebenarnya cuma alat. Tiga belas tahun yang lalu, meskipun bukan kamu, pasti akan ada orang lain."Sean menutup matanya, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. "Sebenarnya nggak semua tanggung jawab bisa dibebankan padamu."Kendra tersenyum getir. "Tapi aku sudah melakukan kesalahan, dan kesalahan tetaplah kesalahan. Apa pun yang harus kutanggung, aku memang pantas menanggungnya."Dia meregangkan tubuhnya dan mencoba sedikit rileks. "Semuanya sudah kuatur untuk keluarga di rumah. Bibinya akan membawa seluruh keluarga pergi ke tempat di mana nggak ada yang mengenal mereka. Tanpa aku, nggak akan ada yang cari masalah sama mereka."Setelah itu, dia menutup matanya. "Sebenarnya, yang paling membuatku khawatir ... tetap saja gadis polos itu. Dia punya latar belakang yang rumit, ibunya seorang wanita yang sangat kuat, dan ayahnya ...."Setelah he

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status