Share

Bab 389

Author: Clarissa
"Tapi, sekarang kamu yang melindungiku," kata Tiffany. Dia tersenyum lebar kepada Sean dan menambahkan, "Sebenarnya aku merasa sangat bahagia menikah denganmu."

Pada saat berusia 17 tahun, Tiffany pernah bermimpi bisa menikah dengan pria yang tampan, lembut, kaya, dan memanjakannya. Julie mentertawakan mimpi Tiffany yang tidak realistis.

Siapa sangka, Tiffany yang berasal dari desa benar-benar menikah dengan pria seperti Sean. Mungkin banyak orang tidak percaya dengan hal ini.

Jadi, Tiffany bisa terima jika orang lain cemburu padanya. Dia juga terima jika orang lain menyindir dan mentertawakannya. Semua ini karena Tiffany mendapatkan banyak hal.

Sean memandangi Tiffany, lalu tersenyum dan berjanji, "Tiffany, aku akan menyayangimu selamanya."

"Aku tahu," ujar Tiffany. Dia berkata lagi, "Kapan kita pulang ke Kota Aven? Julie bilang sekarang ayam yang dibuat Zara sangat enak dengan bantuannya. Aku ingin mencicipinya."

Kemudian, Tiffany mendongak dan meneruskan, "Oh, iya. Kita belum menemu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
Tiffany............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 390

    Xavier tersenyum kepada Derek, lalu bertanya seraya mengerjap, "Kamu nggak puji dia?"Derek mengusap janggutnya dan menjawab, "Prestasi Tiffany bagus, itu berarti dia belajar dengan serius. Dia lebih hebat dari putraku. Dulu, putraku hanya memikirkan untuk meninggalkan kampung halamannya dengan membawa gitar waktu sekolah."Bronson berdeham, lalu menimpali sembari mengernyit, "Ayah!"Kenapa Derek mengungkit hal memalukan yang dilakukan Bronson sewaktu muda di depan para junior?"Apa? Dulu prestasimu memang jelek!" tegur Derek sambil memelototi Bronson. Kemudian, dia menggenggam tangan Tiffany dan berujar seraya tersenyum, "Kamu harus rajin belajar dan capai cita-citamu, lakukan hal yang kamu sukai. Jangan ... tiru Sean yang cuma sibuk kerja setiap hari."Tiffany menyahut, "Oke, Kakek."Derek berucap sambil berlinang air mata, "Kakek menyukaimu. Ke depannya kamu harus sering datang. Setelah kamu pergi, Kakek nggak bisa melihat kamu yang ceria lagi."Tiffany merasa tidak tega saat meliha

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 391

    Tiffany bertanya sambil cemberut, "Bisnis keluarga yang kamu bilang itu ada di Kota Aven?""Pintar! Sebenarnya kepala keluarga memberiku uang untuk beli tiket pesawat sendiri. Tapi, waktu aku memberi tahu Pak Derek, dia bilang uang itu lebih baik aku tabung untuk modal menikah di masa depan," sahut Xavier sambil tersenyum cerah.Tiffany tertawa saat melihat raut serius Xavier. Dia berkata, "Modal nikah? Hidupmu sulit juga, ya. Sebelum ada pasangan, kamu bahkan sudah mencicil modal menikah sepuluh tahun sebelumnya."Xavier tertawa kecil dan menimpali, "Begitulah ...."Kemudian, Xavier tiba-tiba merasa ada yang salah. Dia berucap, "Kelinci Kecil, apa maksudmu? Usiaku 25 tahun. Kamu lagi mengutukku nggak akan menikah sampai aku 35 tahun? Jahat sekali!"Tiffany mengangkat bahunya. Sambil menyeret koper keluar dari kamar, dia membalas, "Jahat apanya? Aku hanya membuat prediksi yang masuk akal. Dengan sifatmu yang menyebalkan itu, kamu pasti akan sulit dapat jodoh."Xavier memutar bola matan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 392

    Sean juga meminta penyumbat telinga untuk dirinya sendiri, tetapi suara Xavier masih saja menembus gendang telinganya. Dia hanya bisa memejamkan mata dan mengernyit dalam-dalam.Menurut rumor, sejak keluarga dari Kota Zenith itu dipimpin kepala keluarganya 12 tahun lalu, para anggotanya hidup di bawah aturan ketat. Apa Xavier terlalu dikekang di rumah sehingga dia menjadi begitu liar saat di luar? Sean berusaha menahan sabar sepanjang perjalanan.Akhirnya, pesawat jet mereka mendarat di Kota Aven. Di depan gerbang kedatangan, Xavier berpamitan sambil tersenyum ceria, "Kelinci Kecil, Pak Sean, sampai ketemu lagi! Jangan terlalu merindukanku, ya!"Tiffany mengusap matanya yang masih mengantuk. Dia lalu memutar bola matanya dan mencibir, "Siapa yang akan merindukannya?"Mereka hanya pernah mengobrol beberapa kali. Sean dan Xavier bahkan lebih jarang lagi bicara. Namun, pria itu selalu bersikap seolah-olah mereka sangat dekat. Apa Xavier terlalu ramah atau terlalu sok akrab?Tiffany merega

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 393

    Sean yang sudah memprediksi jawaban Tiffany hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya. Dia lalu memanggil Sofyan datang dan berkata padanya, "Kamu dan Chaplin bisa pulang duluan. Tinggalkan kotak hadiah yang dibeli Tiffany, sisanya kalian bawa pulang."Sofyan mengangguk, lalu segera memberikan kotak hadiah yang dibeli Tiffany kemarin pada Sean. Setelah itu, dia pulang bersama Chaplin dengan mobil.Sean mengemudi sendiri, membawa Tiffany dari bandara di Kota Aven menuju desa tempat Zara tinggal.Tiffany yang duduk di kursi belakang memandang ke luar jendela. Dia tengah memikirkan betapa paman dan bibinya akan gembira saat mereka melihat apa yang dibelinya.Pemikiran ini membuatnya makin bersemangat. Tiffany bahkan mulai tertawa-tawa sendiri di kursi belakang.Sean yang mengemudi di depan hanya bisa menggeleng tanpa daya ketika melihat tingkah menggemaskan istrinya. Setiap tindak tanduk gadis itu selalu bisa membuatnya gemas hingga ingin memeluk dan melahapnya.Dengan mengikuti alama

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 394

    Zara menarik Tiffany memasuki rumah sambil memutar bola matanya dan berseru, "Biarpun aku nggak di dekatmu, belum tentu juga kamu bisa dapat istri!"Tiffany menatap Zara tanpa daya. Pada pertemuan pertama mereka, dia sempat merasa rendah diri. Mereka sebaya, tetapi Zara terkesan jauh lebih dewasa baik dari segi IQ maupun EQ. Namun, sekarang ....Tiffany memandangi gadis di sebelahnya yang terus beradu mulut dengan Charles. Mungkin Zara hanya pintar berakting.Di dalam rumah bergaya tradisional itu, Mark dan Julie sudah menyiapkan peralatan makan di meja.Begitu Tiffany masuk, Zara langsung memamerkan hasil kerja kerasnya dan berkata, "Lihat, lihat. Ini paha ayam yang kumasak. Kak Julie bilang rasanya enak. Bahkan lebih enak dari masakan koki di Restoran Imperial."Tiffany memandang ke arah yang ditunjuk Zara. Terlihat sepiring paha ayam yang menggugah selera di sana. Setelah penerbangan pagi itu, Tiffany memang sudah lapar. Dia mengulurkan tangan untuk mengambil satu paha ayam, tetapi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 395

    Sean mengernyit, lalu mengangguk dan menjawab, "Boleh.""Terima kasih," ujar Zara. Dia menunduk dan meminum sepertiga obat di tangannya sambil terisak pelan.Zara berkata, "Sebenarnya ... aku nggak sedekat itu dengan ayah dan kakakku. Sejak kecil hingga dewasa, hanya ibuku yang memperlakukanku dengan baik. Sayangnya ...."Gadis itu tersenyum pahit. Air mata mengalir tanpa bisa ditahan dari sudut matanya. "Aku merindukan ibuku ...," ucapnya.Tangisan Zara menular. Tangan Julie yang sedang memegang sendok makan juga membeku di udara. Dia tersenyum getir dan menimpali, "Sebenarnya, kamu masih lebih baik dariku."Julie menatap mata Zara yang memerah dan berucap dengan hati sendu, "Setidaknya kamu punya kenangan indah bersama ibumu. Kamu tahu apa yang kuingat tentang ibuku? Sebelum aku berusia 7 tahun, dia hanya terbaring tanpa bisa bergerak.""Setiap hari ayahku membersihkan tubuhnya dan perawat memberinya larutan nutrisi, sementara aku hanya bisa melihatnya dengan tatapan kosong. Ibu lain

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 396

    Ketika seluruh rumah bergaya tradisional di depan perlahan menghilang dari pandangan, Tiffany menghela napas sebelum berucap, "Awalnya, hari ini cukup menyenangkan ...."Hanya saja, suasana itu berubah ketika Zara menyebutkan soal "ibu". Bagi Julie, kata "ibu" adalah luka yang tak pernah sembuh seumur hidupnya. Alhasil, mereka berdua membuat suasana makin berat seperti saling membuka luka lama."Ibuku dulu juga sangat baik padaku," ujar Sean sambil memegang kemudi. Dia menatap lurus ke depan. Emosi samar-samar terlihat di dalam matanya yang gelap dan dalam.Sean melanjutkan, "Sayangnya, dia pergi terlalu cepat. Dia adalah orang yang sangat baik hati, sama seperti kamu. Kalau saja dia nggak meninggal terlalu cepat ... aku yakin, kakakku nggak akan menjadi seperti sekarang."Tiffany menggigit bibirnya. Sean jarang membahas tentang keluarganya. Dia menarik napas panjang, lalu berkata lembut, "Aku bisa merasakan kalau ibumu orang yang sangat baik. Soalnya pengaruhnya pada dirimu terlihat j

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 397

    Ketika Tiffany dan Sean tiba di Desa Maheswari, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore lebih. Pagi harinya saat berangkat dari bandara, Tiffany sudah menelepon Kendra dan memberi tahu bahwa mereka akan tiba di rumah sekitar pukul 2 siang.Namun karena sedikit tertunda di tempat Zara, mobil mereka baru berhenti di depan rumah Kendra pada pukul setengah 4 sore. Begitu keluar dari mobil, Tiffany langsung berlari ke dalam halaman seperti anak kecil yang antusias. Dia berseru, "Paman!"Di belakangnya, Sean hanya bisa tersenyum tak berdaya sambil membuka bagasi. Dengan cekatan, dia mengeluarkan koper besar yang penuh dengan hadiah yang dibawa Tiffany.Saat membawa koper ke pintu, pandangan Sean tertuju pada halaman kosong di sebelah rumah Kendra. Di sana, ada sebuah mobil sedan hitam yang terlihat baru. Jelas itu bukan mobil milik warga desa.Tiffany terkejut saat masuk ke rumah. Selain Kendra, ada dua pria berjas rapi yang duduk di sofa ruang tamu. Dia pun bertanya, "Paman, siapa kedua orang

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status