Share

Bab 208

Author: Clarissa
Mungkin karena terlalu panik, Tiffany tidak memperhatikan bahwa jari tangannya tergores pecahan piring. Darah mulai mengalir.

Sean mengernyit, lalu menariknya dan bertanya, "Apa terjadi sesuatu pada Julie?"

Tiffany jelas-jelas bersikap normal sore tadi. Sementara itu, Sean sangat sibuk dan Charles mengganggunya tadi. Dia tidak punya waktu untuk Tiffany.

Setelah Tiffany pulang, sikapnya menjadi seperti ini. Makanya, Sean mengira perubahannya ini berkaitan dengan Julie.

Bagaimanapun, dengan sikap Tiffany yang pemalu, dia tidak mungkin tiba-tiba melepas pakaiannya saat makan.

Tiffany menggigit bibirnya dan tidak berbicara. Sean menggenggam tangannya dan berujar, "Nggak usah dipungut lagi."

Kemudian, Sean menggendong Tiffany dan menurunkannya di sofa. Dia berbalik untuk mengambil kotak obat.

Tiffany teringat pada hari ulang tahun Sean. Saat itu, tangan Tiffany juga tergores. Sean juga menggendongnya seperti ini dan mencari kotak obat untuk mengobatinya.

Tiffany juga mencurigai Sean saat it
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 209

    Sean mengernyit, lalu hendak mendekapkan Tiffany ke pelukannya. "Tiff, sebenarnya aku ingin memberitahumu semuanya malam ini."Sean menyuruh Sofyan mengusir semua pelayan supaya dia membahas bisa masalah ini dengan Tiffany. Sayangnya, dia terlambat selangkah."Karena aku menemukannya duluan?" Tiffany tersenyum getir dan menolak pelukan Sean. "Kalau aku nggak menyadarinya bukankah kamu akan terus merahasiakannya dariku?""Nggak begitu." Sean berusaha memeluk Tiffany. Dia mencium daun telinga Tiffany, lalu menegaskan, "Tiff, dengarkan aku. Bukan seperti yang kamu pikirkan! Aku punya alasanku. Aku nggak bermaksud menipumu. Sebelum menikahimu, aku sudah berpura-pura cacat selama 13 tahun. Aku nggak mungkin langsung memberitahumu semuanya, 'kan?"Tiffany memejamkan matanya. "Dengan kata lain, kamu memang nggak percaya padaku."Tiffany lagi-lagi menepis tangan Sean. "Hari itu, Valerie bilang dia jauh lebih memahamimu daripada aku. Dia juga menanyakanku soal matamu. Aku kira dia sengaja supay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 210

    Sayangnya, rumah ini tidak bisa menerimanya. Pria yang dirawatnya dengan sepenuh hati juga tidak menganggapnya sebagai istri.Hujan turun dengan deras di luar. Ketika Tiffany berdiri di depan pintu, tangannya tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Dia menoleh, lalu menatap Sean dengan tatapan hampa. "Lepaskan aku."Sean mengernyit menatapnya, lalu menyerahkan payung kepadanya. "Jangan sampai kamu sakit."Tiffany tersenyum getir. "Jarang-jarang Pak Sean mencemaskan orang luar sepertiku.""Kamu istriku." Sean menatap Tiffany lekat-lekat. "Cepat pulang."Tiffany tersenyum sedih, lalu melemparkan payung itu dan berlari ke tengah hujan. Sean sekalipun tidak bisa menghalanginya. Dia hanya bisa memejamkan mata, lalu menghubungi seseorang.....Hujan masih turun dengan deras. Tiffany menyusuri jalanan. Di belakangnya, Chaplin yang berbaju biru perlahan-lahan mengikutinya sambil memayunginya.Tiffany berujar, "Kamu pulang saja, nggak usah ikut aku."Chaplin menggeleng dan terus mengikuti. Sikapnya y

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 211

    Tiffany mengerlingkan matanya dengan kesal, lalu mendesak Chaplin untuk segera mandi.Mark dipenuhi minat. Dia bersandar di sofa sambil menatap wajah Tiffany lekat-lekat. "Kamu benaran nggak mau menikah denganku?"Sebelumnya, Mark mengira Tiffany adalah pelayan di rumah Sean. Saat itu, dia memang merasa heran, bagaimana bisa Sean menerima pelayan seperti ini?Setelah Sean meneleponnya tadi, Mark baru tahu bahwa Tiffany ternyata adalah istri Sean. Dia pun merasa kesal saat teringat pada Sean dan Charles yang sok misterius saat dirinya bertanya tentang Tiffany.Mark terkekeh-kekeh dan terus menggoda, "Ayolah, pertimbangkan dulu. Aku nggak bakal pernah menipumu. Aku pasti memperlakukanmu dengan sangat baik!"Tiffany hanya mencebik dan tidak meladeni Mark. Setelah terkena hujan tadi, pikirannya menjadi lebih jernih. Namun, dia tidak pernah berpikiran untuk bercerai dari Sean.Perceraian adalah topik yang sangat berat baginya. Ketika menikah, paman dan bibinya telah berpesan untuk tidak per

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 212

    Tiffany menggigit bibirnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya mengangguk.Keduanya sama-sama menuju ke balkon. Hujan sudah berhenti. Udara di balkon terasa lembap dan segar.Mark memindahkan dua kursi, lalu membuka dua botol anggur merah dan minum bersama Tiffany."Ayo cerita dulu, kenapa kamu begitu sedih? Bukannya cuma masalah mata?" Setelah minum beberapa gelas, Mark mulai membahas tentang Sean.Tiffany menggeleng. "Ini masalah kepercayaan. Dia nggak percaya padaku."Dengan mata memerah, Tiffany meneguk anggurnya sebelum meneruskan, "Waktu aku menyembunyikan sesuatu darinya, dia bilang hal terpenting di antara suami istri adalah kepercayaan. Sekarang aku seratus persen memercayainya, tapi dia ...."Mark terkekeh-kekeh. "Tiff, aku harus bantu Sean menjelaskannya kepadamu. Dia seharusnya bukan ingin menipumu, tapi dia nggak punya pilihan lain."Tiffany memanyunkan bibirnya. "Kenapa begitu?"Mark mengembuskan napas panjang, lalu memandang langit dan menyahut, "Sebenarnya kamu san

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 213

    Tiffany memegang gelas anggurnya dengan erat. Dia menggigit bibirnya sambil mengenang satu per satu momen yang dilewatinya bersama Sean.Sean memang baik padanya. Sean membujuknya, membuatnya tertawa. Sean tidak pernah membiarkannya sedih.Baik itu Vernon ataupun Leslie, bahkan Wenda, semua mendapat ganjaran atas perbuatan mereka yang menyakiti Tiffany.Sean melakukan begitu banyak hal untuk Tiffany. Bagaimana bisa Tiffany merasa dirinya tidak berarti bagi Sean? Namun, jika Sean mencintainya, kenapa ....Apa mungkin yang dikatakan Mark memang benar? Waktu yang diberikannya kepada Sean belum cukup banyak?Kini, Tiffany merasa tindakannya agak gegabah, Setelah tenang kembali, perasaannya malah makin kacau."Kalau nggak bisa ngerti, biar waktu yang menjawab semuanya." Mark menghela napas, lalu membenturkan gelasnya ke gelas Tiffany. Terdengar dentingan yang nyaring."Kehidupan Sean sangat rumit. Dia nggak pernah berhubungan dengan wanita mana pun. Dia juga jarang berinteraksi dengan orang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 214

    Pada saat yang sama, terdengar suara mesin mobil di lantai bawah. Mark memandang ke bawah, lalu melihat sesosok berpakaian hitam.Mark bersiul sambil menghampiri. "Aku nggak nyangka masih bisa melihatmu mengemudikan mobil."Sean memutar bola matanya. "Di mana Tiffany?"Mark menunjuk ke arah balkon. "Baru saja tidur.""Hujan baru reda. Ngapain kamu bawa dia ke balkon?" Sean memutar bola matanya lagi, lalu bergegas menuju ke balkon.Tampak Tiffany berbaring di meja sambil tertidur lelap. Bulu matanya yang lentik membuatnya terlihat makin cantik.Sean menghela napas lega dan mengelus kedua mata Tiffany yang bengkak. Kemudian, dia langsung menggendong Tiffany ke kamar.Mark bersandar di pintu dengan culas dan bertanya, "Sudah malam sekali. Kamu masih mau bawa dia pulang? Sebaiknya kalian menginap di sini saja. Sisanya dibicarakan besok."Sean mengernyit dan merenung sejenak. Pada akhirnya, dia menggendong Tiffany ke kamar utama. Mark hanya bisa mengikuti di belakang dan mengeluh, "Kamu ini

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 215

    Tangan Sean yang memegang ponsel perlahan-lahan mengerat. Dia tahu Tiffany tidak mungkin tiba-tiba mencurigai penglihatannya, apalagi menggunakan cara semacam itu untuk mengujinya. Ternyata Garry biang keroknya.Sean terkekeh-kekeh, lalu menghapus pesan itu. Setelah menghapusnya, dia merenung sejenak. Pada akhirnya dia memblokir nomor Garry dengan ponsel Tiffany.Sesudah semuanya beres, Sean kembali berbaring dengan tenang. Dia memeluk Tiffany sambil tidur. Malam itu, Tiffany tidur dengan sangat lelap.Keesokan pagi setelah matahari bersinar terang, Tiffany membuka matanya. Seperti biasa, dia menyingkirkan lengan Sean yang berada di atas tubuhnya. Kemudian, dia meregangkan tubuhnya dan hendak turun dari ranjang untuk mandi dan membuat sarapan.Begitu turun, Tiffany baru menyadari dekorasi kamar ini berbeda. Pikirannya hampa untuk beberapa saat. Kemudian, dia akhirnya mengingat semua yang terjadi kemarin malam.Ternyata dia sedang berada di rumah Mark? Kalau begitu, pria di atas ranjang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 216

    Tiffany mengernyit dan merasakan suatu firasat ....Saat ini, terdengar suara dari lantai atas. Tiffany tanpa sadar mendongak dan memandang ke atas.Seorang pria berpakaian hitam tampak perlahan-lahan menuruni tangga. Tubuhnya tinggi dan ramping. Sosoknya dipenuhi wibawa. Setiap gerakannya sungguh elegan.Kini, wajah dingin itu tidak ditutupi oleh sutra hitam lagi. Meskipun tidak terlihat semisterius dulu lagi, tatapannya tetap tajam dan angkuh.Tiffany termangu menatapnya. Kemudian, dia akhirnya bereaksi. Ternyata yang seranjang dengannya bukan Mark, melainkan Sean!Tebersit keterkejutan sekaligus kegembiraan pada tatapan Tiffany! Dia tahu dirinya bukan orang yang bertindak sembarangan saat mabuk!Untuk sesaat, Tiffany ingin sekali menyerbu ke depan dan memeluk Sean! Hanya Tuhan yang tahu betapa paniknya dia saat mengira pria di sampingnya adalah orang lain!Namun, begitu Tiffany mengambil langkah, dia sontak berhenti. Dia teringat pada semua yang terjadi di vila malam itu. Bahkan, Ti

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 609

    "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Ketika kalimat itu diucapkan dengan suara rendah oleh Sean, hati Tiffany tak kuasa bergetar. Baik lima tahun yang lalu maupun sekarang, kalimat ini selalu membawa kehangatan aneh setiap kali mendengar Sean mengatakannya.Terutama di saat seperti ini. Mereka telah terpisah selama lima tahun penuh. Lima tahun sudah cukup untuk mengubah banyak hal, cukup lama untuk membuat seseorang menjadi pribadi yang benar-benar berbeda.Namun, setelah bertemu lagi dan di saat dirinya difitnah, Sean masih bisa duduk dengan tenang di kursi belakang mobilnya dan berkata, "Aku mengenalmu lebih baik dari siapa pun."Perasaan dan ketulusan seperti ini membuatnya tersentuh. Tiffany menarik napas dalam-dalam. Senyuman tipis terukir di sudut bibirnya. "Kalau begitu, terima kasih, Pak Sean.""Sama-sama, Dok Tiff." Sean menyandarkan kedua lengannya di belakang kepala. "Tapi, kulihat tadi ada beberapa mahasiswa yang mengambil foto di kelas. Aku rasa masalah ini nggak ak

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 608

    "Malam ini aku masih ingin makan pangsit buatanmu."Tiffany memutar matanya. "Nggak mood buat."Dia benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba muncul seseorang yang ingin memperjuangkan keadilan untuk Zion, seolah-olah dia adalah orang jahat di sini.Cedera tangan Tiffany sangat parah dulu. Setiap beberapa waktu, dia harus pergi ke Elupa untuk menjalani perawatan.Suatu kali, saat dia sedang dalam perjalanan untuk berobat, rumah sakit menerima pasien dengan kondisi medis yang sangat kompleks.Tanpa mengabari Tiffany, Zion merasa kondisi pasien sangat mirip dengan salah satu kasus yang pernah dia tangani bersama Tiffany sebelumnya.Demi membuktikan kemampuannya, dia nekat mengajukan diri untuk menangani operasi, bahkan berbohong kepada rumah sakit bahwa rencana operasinya adalah hasil arahan Tiffany.Saat itu, kondisi pasien cukup mendesak. Karena pihak rumah sakit tidak dapat menghubungi Tiffany, mereka pun memercayai Zion.Akibatnya, terjadi insiden medis yang cukup besar. Jika bukan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 607

    Quinn tertegun sejenak, baru menyadari bahwa Sean sedang menyindirnya dengan kata-katanya sendiri. Wajahnya langsung memerah karena marah. "Aku hanya nggak tahan melihat ini terjadi!""Kalau begitu, ada satu pertanyaan." Sean tersenyum tipis. "Bahkan kamu, seorang mahasiswa biasa, bisa nggak tahan dan tahu soal 'kebenaran' ini. Tapi anehnya, rahasia sebesar ini bisa tersembunyi begitu dalam, sampai-sampai seluruh dunia medis Kota Kintan nggak mengetahuinya dan butuh mahasiswa sepertimu menegakkan keadilan?"Wajah Quinn langsung pucat pasi. Dia menggigit bibirnya, ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi Tiffany sudah melangkah naik ke podium dengan ekspresi tenang. Hanya alisnya yang berkerut sedikit."Tentang insiden malapraktik Zion, aku jarang membicarakannya. Dia adalah murid pertamaku dan dulu adalah rekan terbaikku. Saat insiden itu terjadi, aku benar-benar sedih dan terpukul.""Aku nggak ingin orang lain menghakimi dirinya dan aku juga memahami perasaannya saat itu. Tapi, dia mema

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 606

    Semakin berbicara, Quinn semakin emosi. Hingga akhirnya, dia langsung menangis tersedu-sedu.Dia menepis tangan satpam yang menahannya, suaranya penuh dengan isak tangis. "Tiffany! Jangan kira aku nggak tahu rahasiamu! Kamu punya dua anak! Kamu juga punya seorang suami!""Tapi, pria yang selalu ada di sisimu ini sudah mengejarmu sejak lama! Kamu bukan hanya tidak menolaknya, tapi bahkan pernah masuk hotel bersamanya!"Setelah berkata demikian, Quinn langsung menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. Di foto itu, terlihat Tiffany sedang membantu Sean masuk ke hotel setelah makan malam di restoran. Saat itu, Sean mengalami sakit perut karena makan makanan yang terlalu pedas.Karena sudut pengambilan gambar, foto itu tampak seperti Tiffany tersenyum bahagia sambil menggandeng lengan Sean dengan mesra.Foto itu ditambah dengan tuduhan yang dilontarkan Quinn, membuat seluruh kelas langsung gempar!Di Kota Kintan, Tiffany adalah ahli bedah jantung nomor satu. Dia adalah sosok yang dihormati da

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 605

    Menghadapi tuduhan tak berdasar dari Quinn, Tiffany tersenyum dingin. Tak ada lagi kelembutan di matanya seperti sebelumnya.Tiffany tahu bahwa bersikap terlalu baik hanya akan membuat seseorang dimanfaatkan dan dirugikan.Dia menatap Quinn dengan tatapan dingin. "Aku bermain dengan banyak orang? Aku bahkan nggak ingat aku pernah 'bermain' denganmu. Apa aku perlu membuktikan dengan fakta bahwa aku sudah punya anak untuk memberitahumu aku ini bukan lesbian?"Kata-kata Tiffany membuat seluruh ruangan kelas tiba-tiba sunyi. Sesaat kemudian, para mahasiswa mulai tertawa terbahak-bahak.Quinn tertegun, mungkin dia tidak menyangka Tiffany akan menanggapinya dengan kalimat seperti itu.Namun, dia segera tersenyum sinis, menatap Tiffany dengan dingin. "Akhirnya kamu menunjukkan sisi aslimu. Aku sudah berkali-kali bilang pada Kak Zion kalau kamu ini munafik, tapi dia nggak percaya!""Sekarang akhirnya kamu memperlihatkan wajah aslimu, 'kan? Kamu sama sekali nggak baik, nggak manis, dan cuma wan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 604

    Namun, tak pernah sekali pun Xavier mengirimkan mawar, apalagi buket sebesar ini.Selain itu, sejak setahun yang lalu, setelah Tiffany meminta Xavier untuk tidak lagi mengirimkan bunga, dia memang tidak pernah lagi menerima bunga dari Xavier."Bu, ini dari suamimu ya?" Seorang mahasiswi di barisan terdepan tersenyum menatap Tiffany. "Kamu beruntung sekali!"Tiffany tertawa dengan canggung. Karena dia memiliki dua anak, banyak orang sering bertanya tentang ayah dari anak-anaknya.Akhirnya, Tiffany dan Xavier sepakat bahwa di depan orang lain, mereka akan mengaku sebagai pasangan suami istri. Dengan begitu, Tiffany bisa menolak para pria yang mencoba mendekati, sekaligus menghindari pertanyaan tentang mengapa dia menjadi ibu tunggal.Jadi, di mata banyak orang, Xavier memang adalah suaminya. Hanya beberapa orang yang tahu bahwa hubungan mereka sebenarnya lebih seperti saudara."Cih." Mahasiswi yang tadi bertanya, Quinn, tersenyum mencela. Di tengah kerumunan yang merasa iri terhadap Tiff

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 603

    Sore itu, Tiffany memiliki kelas di Universitas Kedokteran Kintan. Seperti biasa, dia mempersiapkan materi sesuai dengan kebiasaan mahasiswa dan memulai kelas tepat pukul 2 siang.Sebagai dokter bedah jantung terbaik di Kota Kintan, Tiffany sangat percaya diri bahwa dia bisa memberikan materi dengan baik.Namun, di kelas sore itu, dia bertemu dengan seorang mahasiswi yang sengaja mencari gara-gara. "Bu."Saat sesi tanya jawab, seorang mahasiswi berdiri dan menatap Tiffany. "Apakah semua penyakit jantung bisa disembuhkan?"Tiffany mengangguk. "Secara teori, kalau jantungnya nggak hancur total, dengan kemajuan medis saat ini, semua penyakit jantung dapat diobati."Mahasiswi itu menyipitkan matanya. "Tapi, kalau sejak awal sebuah jantung sudah rusak, apakah jantung itu bisa diperbaiki dengan keahlianmu?"Tiffany segera menyadari bahwa yang dimaksud oleh mahasiswi itu bukan "jantung" yang sedang dibahas dalam kelas.Namun, dia tetap tersenyum lembut. "Nggak ada jantung yang sejak awal rusa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 602

    Tiffany mengernyit, keluarga Sanny?"Maksudmu Conan?" Dia mengerutkan kening dan hendak membuka data rawat inap Sanny. "Kenapa? Perlu menghubungi keluarganya untuk pembayaran? Kenapa nggak langsung ke bangsalnya saja?""Bukan, bukan!" Suster muda itu buru-buru menggeleng, wajahnya memerah karena gugup.Suster lain tersenyum penuh arti ke arah Tiffany. "Kami bukan membicarakan suaminya! Tapi ... adiknya. Kudengar adiknya masih lajang lho!"Tiffany tertegun. "Adiknya?" Sean?"Ya." Para suster mulai saling mendorong dengan wajah memerah. "Dia ganteng banget!""Kudengar dia juga kaya raya. Uang itu nomor dua, yang penting itu wajahnya! Apalagi, auranya begitu luar biasa. Setiap gerak-geriknya buat orang jatuh hati ...."Setelah bergosip panjang lebar, mereka akhirnya memandang Tiffany dengan penuh harapan. "Dok Tiff, kamu 'kan sudah nikah. Kamu pasti nggak ngerti perasaan kami para jomblo saat melihat pria berkualitas tinggi ....""Kami sudah berdiskusi lama dan akhirnya memutuskan untuk m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 601

    "Karena aku bukan bagian dari Keluarga Tanuwijaya. Aku tahu kapan harus bersikap profesional."Tiffany tersenyum menatap Conan dengan tatapan sedingin es. "Jangan berpikir terlalu jauh. Aku bersedia mengoperasi Sanny bukan karena ingin berdamai dengan Keluarga Tanuwijaya, juga bukan karena aku memilih untuk memaafkan.""Pertama, aku adalah seorang dokter dan dia adalah pasien. Tugas seorang dokter adalah merawat pasien. Karena kalian datang ke rumah sakit kami, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan yang terbaik.""Kedua, penyakitnya hampir sama dengan yang dialami ibuku dulu. Aku mengoperasinya karena penyakit ini sangat langka dan aku telah meneliti kasus ini selama hampir lima tahun. Aku butuh praktik."Setelah mengatakannya, Tiffany mendongak menatap Conan. "Masih ada pertanyaan?"Conan membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berbicara. Sesaat kemudian, dia menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, karena penyakit istriku sama seperti yang dialami ibumu, ke depannya ...."Tiffany m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status