Share

Bab 156

Penulis: Clarissa
"Rekam dia. Aku mau bukti sebagai jaminan. Kalau Kak Michael masih berani macam-macam dengan Tiffany lain kali ...." Sean menyesap tehnya dengan santai.

Kemudian, Sean melirik Ronny dari sutra hitamnya dan meneruskan, "Kalau kejadian seperti ini terulang lagi, aku bakal menyebarkan rekaman ini ke internet."

Usai berbicara, Sean tidak lupa menambahkan pukulan untuk Ronny. "Gimana, Paman? Kamu rasa ideku ini bagus nggak?"

Ronny menggertakkan giginya. Namun, nada bicaranya tetap dipenuhi belas kasih. "Sangat bagus. Michael memang bodoh. Dia juga pelupa. Dengan cara ini, dia nggak mungkin lupa lagi."

Sean tersenyum tipis. "Paman Ronny memang bijaksana."

Chaplin pun mengambil ponselnya, lalu mengarahkannya ke wajah Michael. "Lihat kemari!"

"Lihat bapakmu!" maki Michael sambil menggertakkan giginya. Ini jelas-jelas adalah penghinaan besar! Kalau sampai video ini tersebar, bagaimana dia bisa berkarier lagi di masa depan? Dia juga akan kehilangan teman! Namun ....

"Cepat minta maaf pada Tiffan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
hukuman ini terlalu ringan buat michael
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 157

    Begitu mendengarnya, Michael akhirnya tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dia menggertakkan gigi dan menyerbu ke depan. "Kamu mempermainkan kami ya?"Ronny menarik Michael dengan tenang. "Sean, kamu nggak seharusnya begini. Aku pamanmu. Selain itu, aku yang mendapat pesanan itu duluan. Kamu tiba-tiba merebutnya begitu saja. Aku mengerti ambisimu. Tapi, agak kelewatan kalau kamu menolak kerja sama ini, 'kan?"Ronny menarik napas dalam-dalam. "Begini saja. Aku bakal mengalah sedikit. Kamu 60%, aku 40%. Gimana?""Aku mau 70% dan 30%," sahut Sean yang tersenyum tipis."Kamu ini!" Michael menggertakkan giginya. Grup Ronny awalnya bisa mendapat 100% dari pesanan ini. Kini, pesanan itu direbut oleh Sean dan Sean meminta pembagian 70 serta 30 persen? Bukankah ini namanya memberi uang kepada Sean."Sepakat." Ronny memejamkan matanya dan berdeham. "Aku akan suruh orang membuat kontrak sekarang juga. Hari ini kita tanda tangan kontrak.""Oke." Sean tersenyum tipis. "Kalian sudah boleh pergi."Tata

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 158

    "Coba kamu pikirkan. Grup Ronny dan Grup Maheswari kerja sama untuk mengerjakan proyek ini, atau proyek ini direbut oleh Grup Maheswari yang lebih enak didengar?" tanya Ronny.Michael tidak memahami lika-liku di dunia bisnis. Dia hanya tahu dirinya diperlakukan tidak adil."Tapi ...."Ronny sontak memelototinya. "Lain kali lebih cerdas sedikit! Orang luar nggak peduli berapa persen keuntungan yang kita dapat. Mereka cuma tahu Grup Ronny dan Grup Maheswari bekerja sama." Michael mencebik. "Tapi, kita tetap saja rugi.""Hehe." Ronny terkekeh-kekeh dan memicingkan matanya. "Grup Maheswari yang mengambil pesanan ini dan menandatangani kontrak. Jadi, kalau ada yang salah dengan kualitasnya, Sean yang akan dimintai pertanggungjawaban. Ini akibat dari mengambil keuntungan dariku."Sambil berbicara, Ronny menyalakan sebatang rokok. "Ketika saat itu tiba, akan ada berita tentang kualitas pakaian Grup Maheswari yang nggak memenuhi standar."....Ketika Tiffany dan Sean sama-sama tiba di Grup Ma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 159

    Setiap patah yang dilontarkan para wanita itu sungguh menyayat hati Tiffany. Tangannya yang memegang gelas mulai bergetar. Dia semula merasa senang karena punya suami yang begitu pintar berbisnis. Siapa sangka, malah ada yang mengatainya seperti ini di belakang.Namun, yang dikatakan mereka tidak salah. Sejak Tiffany menjabat sebagai presdir, dia tidak pernah melakukan apa pun untuk Grup Maheswari.Bahkan, ketika Sean sibuk bernegosiasi semalam, Tiffany sibuk dengan urusannya sendiri. Sesudah Sean meraih kesuksesan, Tiffany malah menikmati pujian dan hasilnya begitu saja. Sepertinya ... dia memang tidak berguna."Bu ... Bu Tiffany!" panggil seseorang yang tidak sengaja membenturnya. Seketika, suasana di ruang pantri pun menjadi hening.Tiffany menyapa staf itu, lalu memasuki ruang pantri. Para wanita yang menggosipi Tiffany tadi pun hanya bisa berdiri di tempat sambil menatapnya. Penampilan mereka cukup modis, berbeda dengan Tiffany.Di bawah tatapan para wanita itu, Tiffany mengambil

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 160

    "Kita berbeda! Aku bisa lihat, kamu nggak bisa! Di sini sangat bahaya!" Tiffany menggigit bibirnya."Kalau tahu bahaya, kamu seharusnya menemaniku." Sean mendongak, merasakan angin di rooftop. "Aku sudah lama nggak datang ke tempat tinggi seperti ini dan menikmati angin dingin."Tiffany sontak terperangah. Dia bertanya, "Sayang, kamu mau menikmati angin di sini?"Sean mengangguk. "Kamu harus menemaniku. Aku nggak bisa lihat. Kamu mataku."Tiffany termangu. Sesaat kemudian, dia menunduk dengan kecewa. "Sebenarnya Chaplin yang lebih pantas disebut begitu. Dia kuat. Dia bukan cuma bisa jadi matamu, tapi juga bisa melindungimu. Aku ....""Di mataku, nggak ada yang bisa dibandingkan denganmu." Sean tersenyum dan menyentuh tangan Tiffany yang memegang kursi rodanya. "Tiff, kamu tahu berapa banyak kritikan dan hinaan yang kudapat sejak kecil?"Tiffany tidak merespons. Dia tentu tahu. Liam saja bisa mengatakan di depan Sean bahwa nasib Sean tidak bagus, apalagi orang lain.Suara Sean terdengar

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 161

    Tersentuh oleh kata-kata bijak Sean, suasana hati Tiffany pun membaik. Dia mengusap hidungnya dan berkata dengan tegas, "Sayang, yang kamu bilang memang benar. Sejak awal, cita-citaku hanyalah menjadi seorang dokter bedah jantung."Tiffany teringat pada neneknya yang menderita penyakit jantung. Sejak kecil, dia telah menyaksikan berkali-kali saat neneknya harus mengatasi nyeri dada dengan minum obat. Tujuannya sederhana ... menjadi dokter yang bisa menyelamatkan nyawa, agar lebih banyak orang yang mengalami hal serupa bisa hidup sehat.Menjadi presdir sebenarnya hanyalah sebuah kebetulan. Wajar saja jika dia tidak mengerti apa pun tentang bisnis. Lagi pula, pada akhirnya perusahaan ini akan dia serahkan kembali kepada Taufik.Memikirkan hal itu, Tiffany merasa lebih lega. Dia menoleh dan tersenyum pada Sean. "Suamiku memang lebih bijak!"Sejak menikah dengan Sean, Tiffany merasa semakin mudah terpengaruh oleh orang lain. Mungkin, karena dari lubuk hatinya, dia merasa bahwa dunia bisnis

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 162

    Sean mengangkat tangannya, mengusap lembut kepala Tiffany. Karena "keputusan bijaknya", Tiffany dan Sean bahkan mendapat salam hormat dari para karyawan saat berjalan ke mobil.Setelah melambai ke para karyawan dari balik jendela, Tiffany duduk santai dan menghela napas panjang. "Mereka semua antusias sekali!""Itu karena kamu ini seorang pemimpin yang manusiawi." Sean tersenyum lembut padanya. "Apa yang membuatmu kepikiran untuk mengajak semua orang bersantai setelah jam kerja?"Selama ini, dia sudah sering memberi penghargaan kepada karyawan, tetapi biasanya dalam bentuk uang atau cek. Baginya, uang adalah bentuk pengakuan terbaik untuk kinerja mereka.Sean bahkan tidak pernah membayangkan bahwa acara makan malam dan karaoke yang mungkin hanya menghabiskan beberapa puluhan juta bisa membuat para karyawan yang terbiasa menerima miliaran itu begitu gembira.Tiffany tersenyum malu, "Mungkin karena dulu aku adalah ketua kelompok belajar di kelas. Setiap kali selesai ujian, aku selalu mem

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 163

    Sean berdeham pelan, lalu berkata, "Pak Genta, jalan."Tidak ada yang tahu, Sean memejamkan matanya dengan erat di balik kain hitam tersebut. Dia tidak sanggup menatap mata Tiffany yang begitu tulus dan polos. Tatapan Tiffany murni hingga dia tidak tega berbohong.Sean yang biasanya dingin dan tegas, kali ini bahkan tidak berani bertatapan dengan Tiffany. Selama masih belum yakin sepenuhnya, Sean tidak mungkin membeberkan semua rencananya pada Tiffany. Baginya, Tiffany lebih baik tidak tahu apa pun dan hanya menjalani perannya sebagai istri. Dengan begitu, dia akan tetap aman.Tiffany yang polos tidak tahu kerasnya dunia luar. Sean khawatir suatu saat Tiffany tidak akan sanggup menyimpan rahasia. Jika hal itu terjadi ... Sean tidak sanggup membayangkan akibatnya.Tanpa mengetahui pemikiran Sean yang rumit, Tiffany tetap tersenyum cerah padanya. "Sayang, jangan lupa janjimu, ya! Kalau nanti matamu sudah sembuh, kamu harus temani aku ke kampus!"Sean tersadar dan tersenyum lembut. "Baik.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 164

    "Aku yang jaga tempat, kamu yang antre beli dua porsi makanan. Aku juga mau kamu dan aku minum dari satu gelas boba dengan dua sedotan .... Terus, kamu harus suapin aku di depan semua orang ...."Sean mengusap dahinya, lalu tertawa pelan. Apa yang harus dia lakukan? Godaan untuk pamer kemesraan benar-benar terlalu besar.....Saat Tiffany berlari masuk ke kelas, waktu menunjukkan dua menit sebelum kelas dimulai. Julie menyodorkan tisu basah sambil memandangnya dengan sedikit mencemooh, "Kamu ngapain aja? Orang yang nggak pernah telat ini sampai bolos, tadi dosen sejarah nanyain kamu berkali-kali. Aku sampai bilang kalau kamu sakit.""Terima kasih!" Tiffany tersenyum sambil mengelap keringatnya. "Untung masih sempat ikut kelas!""Coba ceritain, kamu tadi ngapain saja? Jangan-jangan tadi pagi kamu nggak bisa bangun karena Sean terlalu hebat semalam?"Tiffany terdiam.Dia mengambil buku dari tasnya sambil berkata, "Kamu ini suka sekali berimajinasi, ya?"Julie tersenyum nakal. "Siapa tahu

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 605

    Menghadapi tuduhan tak berdasar dari Quinn, Tiffany tersenyum dingin. Tak ada lagi kelembutan di matanya seperti sebelumnya.Tiffany tahu bahwa bersikap terlalu baik hanya akan membuat seseorang dimanfaatkan dan dirugikan.Dia menatap Quinn dengan tatapan dingin. "Aku bermain dengan banyak orang? Aku bahkan nggak ingat aku pernah 'bermain' denganmu. Apa aku perlu membuktikan dengan fakta bahwa aku sudah punya anak untuk memberitahumu aku ini bukan lesbian?"Kata-kata Tiffany membuat seluruh ruangan kelas tiba-tiba sunyi. Sesaat kemudian, para mahasiswa mulai tertawa terbahak-bahak.Quinn tertegun, mungkin dia tidak menyangka Tiffany akan menanggapinya dengan kalimat seperti itu.Namun, dia segera tersenyum sinis, menatap Tiffany dengan dingin. "Akhirnya kamu menunjukkan sisi aslimu. Aku sudah berkali-kali bilang pada Kak Zion kalau kamu ini munafik, tapi dia nggak percaya!""Sekarang akhirnya kamu memperlihatkan wajah aslimu, 'kan? Kamu sama sekali nggak baik, nggak manis, dan cuma wan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 604

    Namun, tak pernah sekali pun Xavier mengirimkan mawar, apalagi buket sebesar ini.Selain itu, sejak setahun yang lalu, setelah Tiffany meminta Xavier untuk tidak lagi mengirimkan bunga, dia memang tidak pernah lagi menerima bunga dari Xavier."Bu, ini dari suamimu ya?" Seorang mahasiswi di barisan terdepan tersenyum menatap Tiffany. "Kamu beruntung sekali!"Tiffany tertawa dengan canggung. Karena dia memiliki dua anak, banyak orang sering bertanya tentang ayah dari anak-anaknya.Akhirnya, Tiffany dan Xavier sepakat bahwa di depan orang lain, mereka akan mengaku sebagai pasangan suami istri. Dengan begitu, Tiffany bisa menolak para pria yang mencoba mendekati, sekaligus menghindari pertanyaan tentang mengapa dia menjadi ibu tunggal.Jadi, di mata banyak orang, Xavier memang adalah suaminya. Hanya beberapa orang yang tahu bahwa hubungan mereka sebenarnya lebih seperti saudara."Cih." Mahasiswi yang tadi bertanya, Quinn, tersenyum mencela. Di tengah kerumunan yang merasa iri terhadap Tiff

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 603

    Sore itu, Tiffany memiliki kelas di Universitas Kedokteran Kintan. Seperti biasa, dia mempersiapkan materi sesuai dengan kebiasaan mahasiswa dan memulai kelas tepat pukul 2 siang.Sebagai dokter bedah jantung terbaik di Kota Kintan, Tiffany sangat percaya diri bahwa dia bisa memberikan materi dengan baik.Namun, di kelas sore itu, dia bertemu dengan seorang mahasiswi yang sengaja mencari gara-gara. "Bu."Saat sesi tanya jawab, seorang mahasiswi berdiri dan menatap Tiffany. "Apakah semua penyakit jantung bisa disembuhkan?"Tiffany mengangguk. "Secara teori, kalau jantungnya nggak hancur total, dengan kemajuan medis saat ini, semua penyakit jantung dapat diobati."Mahasiswi itu menyipitkan matanya. "Tapi, kalau sejak awal sebuah jantung sudah rusak, apakah jantung itu bisa diperbaiki dengan keahlianmu?"Tiffany segera menyadari bahwa yang dimaksud oleh mahasiswi itu bukan "jantung" yang sedang dibahas dalam kelas.Namun, dia tetap tersenyum lembut. "Nggak ada jantung yang sejak awal rusa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 602

    Tiffany mengernyit, keluarga Sanny?"Maksudmu Conan?" Dia mengerutkan kening dan hendak membuka data rawat inap Sanny. "Kenapa? Perlu menghubungi keluarganya untuk pembayaran? Kenapa nggak langsung ke bangsalnya saja?""Bukan, bukan!" Suster muda itu buru-buru menggeleng, wajahnya memerah karena gugup.Suster lain tersenyum penuh arti ke arah Tiffany. "Kami bukan membicarakan suaminya! Tapi ... adiknya. Kudengar adiknya masih lajang lho!"Tiffany tertegun. "Adiknya?" Sean?"Ya." Para suster mulai saling mendorong dengan wajah memerah. "Dia ganteng banget!""Kudengar dia juga kaya raya. Uang itu nomor dua, yang penting itu wajahnya! Apalagi, auranya begitu luar biasa. Setiap gerak-geriknya buat orang jatuh hati ...."Setelah bergosip panjang lebar, mereka akhirnya memandang Tiffany dengan penuh harapan. "Dok Tiff, kamu 'kan sudah nikah. Kamu pasti nggak ngerti perasaan kami para jomblo saat melihat pria berkualitas tinggi ....""Kami sudah berdiskusi lama dan akhirnya memutuskan untuk m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 601

    "Karena aku bukan bagian dari Keluarga Tanuwijaya. Aku tahu kapan harus bersikap profesional."Tiffany tersenyum menatap Conan dengan tatapan sedingin es. "Jangan berpikir terlalu jauh. Aku bersedia mengoperasi Sanny bukan karena ingin berdamai dengan Keluarga Tanuwijaya, juga bukan karena aku memilih untuk memaafkan.""Pertama, aku adalah seorang dokter dan dia adalah pasien. Tugas seorang dokter adalah merawat pasien. Karena kalian datang ke rumah sakit kami, sudah menjadi kewajibanku untuk memberikan yang terbaik.""Kedua, penyakitnya hampir sama dengan yang dialami ibuku dulu. Aku mengoperasinya karena penyakit ini sangat langka dan aku telah meneliti kasus ini selama hampir lima tahun. Aku butuh praktik."Setelah mengatakannya, Tiffany mendongak menatap Conan. "Masih ada pertanyaan?"Conan membuka mulutnya, tetapi tidak bisa berbicara. Sesaat kemudian, dia menarik napas dalam-dalam. "Kalau begitu, karena penyakit istriku sama seperti yang dialami ibumu, ke depannya ...."Tiffany m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 600

    "Nggak terlalu lama." Tiffany tersenyum tipis, memeluk mapnya, dan melangkah masuk dengan tenang. "Apa kabarmu hari ini?""Cukup baik." Wajah Sanny agak merah. "Tiff, aku baru tahu dari suster beberapa hari ini. Ternyata aku pasien pertama yang kamu operasi sendiri."Sanny tahu tentang kejadian di hari pernikahan Tiffany dulu, ketika tangan kanannya ditikam oleh Shani. Saat itu, Sanny mengira itu hanya luka kecil, tetapi ternyata tikaman itu melukai tendon di tangan Tiffany.Cedera itu membuat tangannya gemetar setiap kali memegang pisau bedah untuk waktu yang lama."Mm." Berbeda dengan mata Sanny yang penuh emosi, Tiffany tampak jauh lebih tenang. Sambil menulis sesuatu di rekam medis, dia berkata dengan nada datar, "Yang penting kamu nggak keberatan dengan keahlianku.""Mana mungkin aku keberatan!" Sanny bersemangat hingga duduk tegak. "Tiff, sebenarnya ... aku ingin mengatakan banyak hal padamu. Tahun itu ....""Masa lalu sudah berlalu." Tiffany membalik halaman rekam medis yang ber

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 599

    Setelah rapat pagi yang panjang dan membosankan, Tiffany memeluk buku catatannya dan kembali ke mejanya tanpa semangat.Julie melambaikan tangan di depan wajahnya. "Lagi ada pikiran?""Nggak ada." Tiffany menggeleng dan mulai membuka buku catatannya.Meskipun ada banyak tulisan di sana, tidak satu pun kata bisa dicerna. Akhirnya, dia menutup buku itu dan melemparkannya ke samping dengan kesal.Melihat reaksinya, jelas Julie tidak akan percaya bahwa Tiffany baik-baik saja. Dia lantas menopang dagu di depan Tiffany dan bertanya, "Sean belum mencarimu?""Sudah." Tiffany menggigit bibirnya. "Dia sudah pindah ke rumah seberang selama dua hari. Selama beberapa hari ini, dia berhasil membujuk Arlene sampai hampir berpihak padanya.""Pagi ini, aku sampai harus berusaha keras meyakinkan si bocah kalau dia itu orang asing yang nggak ada hubungannya sama kita, jadi jangan terlalu dekat dengannya.""Bagus sekali!" Julie mengacungkan jempol, memberi dukungan penuh. "Memang harus begitu! Biar dia ta

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 598

    Berbeda dengan Arlo yang justru sedang dalam suasana hati yang baik. Anak kecil itu tersenyum ceria sambil menatap Tiffany. "Mama, semalam tidurnya nyenyak?"Tangan Tiffany yang sedang memegang setir mobil membeku sesaat. "Lumayan.""Tapi, semalam waktu aku bangun dan ke toilet, aku lihat Mama nggak di rumah." Arlo mengejapkan mata, menatap Tiffany melalui kaca spion. "Mama ke mana?"Tatapan serius yang penuh rasa ingin tahu itu membuat alis Tiffany agak berkerut. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Arlene, kamu sadar kalau kamu salah?"Arlene yang sedang duduk di kursi belakang langsung meringkukkan tubuhnya, bersandar di sudut kursi dengan wajah penuh rasa bersalah. "Aku nggak salah ....""Masih bilang nggak salah?" Tiffany mengernyit. "Beberapa hari ini kamu nggak makan dengan baik, 'kan? Ini karena kamu pergi ke rumah orang lain buat makan enak, 'kan?""Mama sudah pernah bilang, kamu nggak boleh sembarangan makan makanan dari orang lain. Kamu juga nggak boleh sembarangan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 597

    Tiffany kembali ke rumah, menyiapkan saus sesuai dengan selera yang dulu disukai Sean. Setelah itu, dia membawa piring itu keluar.Saat tiba di depan pintu rumah Sean, Tiffany mendengar suara telepon berdering. Sean meletakkan garpunya dengan elegan, lalu mengangkat tangan dan menjawab telepon."Hm, aku di sini." Tiffany yang berdiri di luar pintu bisa mendengar suara lembut pria itu. Tiba-tiba, langkahnya terhenti."Aku baru bisa pulang dalam beberapa hari lagi." Sean menarik napas dalam-dalam dan mengernyit. Tatapannya menunjukkan sedikit ketidaksabaran. "Sudah kubilang, aku nggak akan pulang secepat itu.""Jangan pikir yang aneh-aneh. Hubunganku dan mantan istriku nggak akan memengaruhi hubungan kita.""Ya sudah, jangan berpikir terlalu jauh. Kamu seharusnya tidur jam segini. Hm, dengarkan aku."Tiffany berdiri terpaku di tempatnya, terdiam mendengar suara penuh kasih sayang Sean, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.Suara ini, nada ini ... dia hanya pernah mendengar Sean berbi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status