Share

Bab 140

Penulis: Clarissa
"Waktu nenekmu sakit beberapa bulan lalu juga kami melakukan penggalangan dana. Sekarang kamu sudah kembali ke keluargamu dan keluargamu juga kaya sekali ...."

Julie yang berdiri di sampingnya mengerutkan alis dengan erat. "Maksud kalian, mau suruh Tiffany untuk traktir kalian makan dan karaoke?"

Semua orang terdiam. Ketua kelas kemudian mengangguk dan berkata, "Benar. Masalah ujian ulang kemarin juga kesalahan Tiffany. Seharusnya nggak keterlaluan kalau kami memintanya untuk traktir makan, bukan? Lagi pula, dengan statusnya sekarang ... hal seperti ini pasti bukan masalah buatnya."

Julie memutar matanya. "Uang Tiffany juga bukan sepenuhnya miliknya, kalian nggak merasa ini keterlaluan?"

Sejak menikah dengan Sean, Tiffany yang keras kepala itu bahkan belum membeli apa pun dengan uangnya. Tidak mungkin dia akan memakai uang Sean untuk mentraktir semua orang makan dan karaoke.

Ketua kelas menatap Julie dengan kesal, "Sekarang Tiffany sudah seperti seorang putri. Semua uang keluarganya pa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
nah Lo ..makanya jangan asal main setuju aja tif...dpikir dulu donk... minta bantuan Sean aja...takutnya uangmu g cukup
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 141

    Ekspresi Tiffany berubah ketika mendengar omongan Julie. Sesaat kemudian, Tiffany merapatkan bibir dan bertanya, "Gimana kalau ... nggak minum anggur? Semuanya mahasiswa, nggak apa-apa kalau nggak minum anggur merah."Julie terdiam. Lalu, dia mengetuk kepala Tiffany dan menegurnya, "Dasar bodoh! Aku bilang uangmu nggak cukup untuk bayar satu botol anggur merah karena biaya di sana mahal! Satu botol bir sudah jutaan. Sekali makan bisa puluhan juta! Kalau kamu ajak satu kelas, kira-kira bisa ratusan juta! Dana beasiswamu yang hanya 20 juta itu nggak akan cukup!"Tiffany cemberut. Dia berkata, "Aku tahu ...."Tiffany mengira hanya bir yang mahal. Melihat reaksi Tiffany yang lugu, Julie mengerenyotkan bibir dengan tidak berdaya. Julie berucap, "Sudah begini, bisa nggak kamu panik? Sekarang sudah jam 4. Mereka semua akan pergi Restoran Violet jam 8 nanti malam! Gimana kamu bisa cari ratusan juta dalam 4 jam?"Setelah itu, Julie menjejalkan ponsel Tiffany ke tangan Tiffany. Dia menyuruhnya,

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 142

    "Sayang .... " Tiffany berulang kali mencoba untuk merekam pesan suara, tetapi selalu menghapusnya. Dia merasa sangat malu. Tidak hanya malu, tetapi juga ... tidak berbobot.Empat menit setelah Tiffany mencoba untuk merekam suara, seorang gadis yang sedang menghafal kosakata di pojok tidak tahan lagi. Dia langsung menghampiri Tiffany dan berkata, "Buat apa sepusing itu untuk semangati pacarmu?"Gadis itu, meneruskan, "Dengarkan aku. Kalau kamu bilang 'Sayang, aku cinta kamu, semangat!', itu jauh lebih berguna dari yang kamu coba bilang dari tadi!"Tiffany terdiam. Dia menatap gadis itu dengan ragu dan bertanya, "Benaran?""Tentu saja!" Gadis itu memutar mata, lalu memberi tahu Tiffany, "Pacarku selalu bersemangat setiap kali dengar aku bilang aku cinta dia!"Mata Tiffany berbinar! Di bawah bantuan dan motivasi gadis itu, Tiffany akhirnya merekam pesan suara yang tepat dan mengirimnya. Pesan suara Tiffany sangat sederhana. Tiffany hanya mengatakan, "Sayang, aku cinta kamu. Semangat!"Ti

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 143

    Saat ditarik ke dalam taksi oleh Julie, Tiffany masih memegang pen yang dia gunakan untuk menghitung. Tiffany menatap Julie dengan bingung dan bertanya, "Ada apa?""Pak, ke Restoran Violet!" kata Julie. Baru setelah mobil dijalankan, dia menghela napas lega. Dia menceritakan segalanya kepada Tiffany.Tiffany terdiam. Dia juga tidak menyangka ketua kelas akan benar-benar mengajak teman sekelas makan di Restoran Violet sebelum dia yang menjadi pembayar sampai. Mereka begitu percaya dia sangat kaya dan bersedia mentraktir mereka makan? Baiklah, dia memangnya seharusnya pergi. Akan tetapi, dia tidak menyangka ...."Cepat telepon Sean!" Julie mendorong Tiffany dan berkata lagi, "Sekarang masalahnya harus diselesaikan dengan uang. Suruh Sean transfer uang dulu!"Tiffany mengangguk. Alhasil, dia meraba sekujur tubuhnya dan memasang ekspresi tidak berdaya. "Terlalu buru-buru tadi, nggak bawa ponsel."Julie langsung menjejalkan ponselnya ke tangan Tiffany. Dia berujar, "Pakai punyaku!"Tiffany

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 144

    Teman-teman sekelas langsung memprotes. "Bukannya kamu sudah janjikan kami ...."Tiffany membantah, "Aku memang janji akan traktir kalian makan, tapi nggak janji di tempat macam ini, 'kan? "Ketua kelas mengernyit dan sedikit jengkel. Dia berujar, "Tapi aku sudah kabari kamu di Restoran Violet tadi sore dan kamu juga sudah setuju!"Tiffany tersenyum. Dia mengejek, "Ketua kelas, kamu jelas pikir aku ini orang luar kota dan nggak tahu Restoran Violet itu tempat macam apa."Tiffany mengingat kembali kejadian tadi sore. Dia berkata, "Aku setuju saat kamu bilang di Restoran Violet. Lalu, kalian semua langsung menghilang. Sebenarnya, kalian nggak ada kesibukan. Kalian hanya takut aku tahu tempat macam apa Restoran Violet ini, 'kan? "Saat serius, otak Tiffany yang selalu bisa mendapat nilai maksimal dalam ujian menjadi sangat jernih. Tiffany berkata lagi, "Kalau aku yang traktir, harusnya aku yang tentukan standar dan jumlah pengeluaran transaksi."Tiffany melanjutkan, "Dengan kata lain, kal

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 145

    Julie kegirangan sampai ingin bertepuk tangan untuk Tiffany! Benar saja. Meskipun Tiffany ceroboh dalam banyak hal, Tiffany memiliki pikiran yang jernih dalam masalah besar.Ekspresi ketua kelas menjadi sangat masam. Dia menatap Tiffany dengan agresif dan berkata, "Tiff, nggak bisa kamu hitung begitu. Ketua kelas melanjutkan, "Kami semua sudah bantu saat kamu kesulitan. Walau ... walau nggak banyak uangnya, itu juga berguna bagi kalian, 'kan? Kamu nggak bisa meremehkan kebaikan kami karena sumbangan kami terlalu sedikit!"Tiffany tersenyum padanya dan membantah, "Aku tahu berterima kasih, tapi kalian nggak bisa minta aku bayar seratusan juta untuk kalian karena sifatku yang setia kawan!" Tiffany melanjutkan, "Seratusan juta sudah bisa menyelamatkan dua anak yang menderita penyakit mematikan, bisa mendirikan sekolah dasar yang baik untuk kampung halaman kita. Jangankan aku nggak punya uang sebanyak itu. Kalaupun ada, aku hanya akan pakai untuk hal-hal yang lebih berarti, bukan untuk .

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 146

    Di koridor, seorang wanita berpakaian merah lewat dan mengernyit mendengar keributan. "Ada apa?"Manajer umum restoran yang berdiri di samping segera menjelaskan, "Ada sekelompok mahasiswa yang datang makan. Mereka nggak bisa bayar, jadi buat keributan."Valerie bertanya sambil mengernyit, "Sudah lapor polisi?""Belum. Soalnya ada salah satu mahasiswa yang bisa bayar. Mereka lagi memaksanya bayar," balas manajer umum.Valerie terkejut mendengarnya. Mahasiswa sekarang benar-benar nakal. Dari celah pintu, Valerie mengintip ke dalam. Ketika melihat wanita yang ditodong pisau, Valerie memicingkan mata. Ternyata dia."Dia bukan orang yang bisa kita usik. Beri tahu manajer di dalam, mereka nggak usah bayar lagi." Valerie menyunggingkan senyuman mencela.Kemudian, Valerie melirik wanita yang ditodong pisau lagi dan merenung sejenak sebelum berujar, "Kalian provokasi mahasiswa yang pegang pisau itu. Setelah lihat darah, baru kasih mereka gratis. Jangan sampai ada korban. Kalau sudah beres, baw

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 147

    "Kamu benaran pemilik Restoran Violet? Bos Restoran Violet semuda ini?" Julie yang berdiri di samping menatap Valerie dengan tercengang."Ya." Valerie menempelkan plester di leher Tiffany. "Nggak perlu terkejut. Semua yang kumiliki diberikan oleh ayahku. Aku berbeda dengan Pak Sean yang memulai semuanya dari nol."Tiffany mengernyit. Dia tahu yang disebut Valerie adalah suaminya. Hanya saja, bukankah suaminya pengangguran yang dicampakkan keluarga sendiri? Kenapa Valerie mengatakan Sean memulai semuanya dari nol?Julie yang bingung pun bertanya, "Pak Sean memulai semuanya dari nol?""Ya, suami Bu Tiffany, Pak Sean. Dia memulai semuanya dari nol," timpal Valerie sambil merapikan kerah baju Tiffany. Kemudian, dia tiba-tiba menutup mulutnya dengan kaget. "Jangan-jangan kamu nggak tahu identitas asli Pak Sean?"Tiffany makin bingung. "Identitas apa?"Valerie makin terkejut. "Kalau begitu, apa kamu tahu apa yang terjadi dengan mata Pak Sean?"Tiffany mengernyit saat berujar, "Dia nggak bisa

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 148

    Tiffany memejamkan mata dan membalas, "Anggap saja aku baik hati. Aku nggak ingin Sean membalas dendam kepada para siswa di kelas kita."Julie menggigit bibirnya dan tahu Tiffany punya pemikiran lain. Namun, dia tidak berani menjamin bahwa Valerie hanya mengarang cerita. Dia sendiri bisa menilai bahwa Sean sangat misterius.Segera, taksi tiba di kampus. Tiffany dan Julie menuju ke perpustakaan. Sekarang sudah pukul 10 malam lewat. Tidak ada siapa pun di koridor. Hanya ada lampu yang menyinari.Begitu pintu terbuka, Tiffany melihat pria yang matanya ditutup sutra hitam, sedang duduk di kursi yang biasanya didudukinya. Tangan Sean memegang ponsel.Di sampingnya adalah Genta yang berdiri dengan patuh dan Chaplin yang bersandar di meja untuk tidur. Tadi tempat ini masih ramai, tetapi sekarang tersisa mereka bertiga.Mungkin karena mendengar suara, Sean mendongak dan bertanya, "Dari mana saja kamu?"Tiffany termangu sesaat sebelum tersenyum kaku. "Pergi makan dan karaoke sama teman.""Kenap

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status