“Mas, jangan!” suara teriakan wanita terdengar sangat keras.
“Kamu harus diberikan pelajaran supaya tidak membantah lagi!” Lelaki itu memukulinya.“Aku tidak akan melakukannya lagi, Mas. Maafkan Aku.” Dia memohon dengan bersujud di kaki lelaki yang adalah suaminya.“Sesekali Kamu harus diberikan pelajaran.” Lelaki itu tidak peduli dengan istrinya yang memohon ampun kepadanya, dia malah menyeretnya ke dalam kamar.“Berikan saja dia pelajaran supaya tidak membantah lagi!” teriak ibu mertua memprovokasi.Suaminya itu menutup pintu dengan keras, dia menyeret dan mendorong wanita malang membuatnya terjatuh di atas ranjang. Tempat biasa mereka pakai untuk saling memberikan kasih sayang, lalu berbagi kehangatan di sana.“Sudah beberapa kali Aku katakan supaya tidak mencuri di rumahku ini dan menuruti apa yang ibuku katakan kepadamu. Tetapi, kenapa Kamu malah melakukannya lagi!” hardiknya.“Aku lapar, Mas. Sudah seharian penuh tidak memakan apa pun,”“Jangan berbohong kepadaku! Kamu sudah diberikan ibuku makankan? Kenapa malah mencuri makanan yang disiapkan untuk adik dan keponakankku?!” tanyanya dengan suara meninggi.“Aa-ku tt-idak diberikan sedikit pun,” jawab wanita itu dengan tubuh gemetar.“Sudah Aku katakan jangan berbohong, masih saja!” Lelaki itu malah melepaskan ikat pinggang yang dia pakai.Lelaki yang mengangkat ikat pinggang adalah bernama Reynald Adrian dan seorang wanita yang sedang gemetar ketakutan itu bernama Riana Anita. Pernikahan mereka sudah berjalan selama 5 tahun tetapi, masih belum kunjung memilik keturunan. Makanya membuat Rey menyalahkan Riana yang tidak kunjung hamil. Belum lagi ibu Mayang selaku mertua Riana ikut memprovokasi anaknya supaya membenci istrinya itu.“Rey, cepat keluar! Serly dan anaknya sudah datang,”“Sebentar lagi, Ibu,”“Tidak usah pedulikan istrimu yang tidak berguna itu, temui saja keluargamu yang datang!”“Iya.” Reynald memasang kembali ikat pinggang yang sudah dia lepas.Lelaki itu meminum segelas air yang berada di atas nakas, lalu bergegas keluar menghampiri sang ibu. Riana merasa lega, dia beringsut mundur ke sudut ruangan. Menutupi wajahnya dengan kedua belah tangan dan kemudian menangis terisak, meratapi pilihan yang telah dia buat. Reynald Adrian. Lelaki berumur 25 tahun, berwajah tampan dengan rahang yang tegas, berhidung mancung, dan memiliki tinggi 164 cm. Lelaki yang berhasil membuat Riana menjadi sangat menyukainya, padahal wanita itu sewaktu gadis banyak sekali lelaki yang menyukainya. Riana yang cantik, manis dan lugu, membuat semua lelaki menjadi tergila-gila kepadanya. Hanya saja dia tidak bisa menatap orang lain selain Reynald.Ternyata pilihan yang dirinya buat sangatlah salah, lelaki tampan itu memiliki sifat yang buruk. Temperamen, posesif, dan sangat pecemburu, Riana disapa oleh lelaki lain saja dia menjadi marah. Padahal hanya sekedar bertegur sapa saja membuat lelaki itu marah dan mengurungnya di dalam rumah. Tidak membiarkannya untuk pergi me mana pun seorang diri.“Riana Anita, kemari Kamu!” teriak ibu mertuanya dari luar.Riana bergegas membersihkan sisa-sisa air mata yang mengalir dengan begitu derasnya. Lalu pergi keluar untuk menghampiri ibu meruanya.“Ada apa, Bu?”tanyanya pelan.“Enak banget ya tiduran di kamar, padahal Kamu tahu kalau adiknya dan keponakkan Rey sudah datang!”gerutu ibu Mayang.“Maafkan Aku, Bu,” katanya murung.Riana tidak mau berdebat dengan mertuanya, dia memilih mengalah saja dari pada harus menjadi sasaran amarah dari suaminya nanti.“Istrimu ini sangat tidak berguna sekali ya. Coba lihat tubuhnya yang amat kurus seperti tengkorak hidup berjalan,” ejek Serly terkekeh kecil.“Iya, memang dia istri yang tidak berguna. Aku tidak tahu kenapa Rey malah mempertahankannya sebagai istri,” ejek Mayang.“Riana, tolong siapkan makanan sekarang di meja!” perintah Reynald.“Baik, Mas.” Riana berjalan menjauh menuju dapu.Sesekali wanita itu menoleh ke belakang melihat suaminya yang tengah menggendong anaknya Serly. Ada rasa cemburu di dalam hati kepada sepupu suaminya itu. Ya, benar, Serly adalah adik sepupu Reynald. Wanita yang sangat cantik sekali, Riana merasa tidak percaya diri disamping wanita itu.Serly bukanlah seorang janda, dia memiliki anak tanpa adanya seorang suami. Wanita itu hamil diluar nikah, karena terlalu bebas dalam bergaul. Dia sering sekali keluar masuk klub malam dengan bergonta-ganti pasangan.“Makanannya sudah siap,” kata Riana.“Ayo, Ser kita makan dulu.” Ibu Mayang menggandeng mesra tangan Serly membawanya ke meja makan.Riana menatap dengan tersenyum kecut, selama mejadi menantu di rumah ini tidak pernah diperlakukan seperti Serly. Padahal dia selalu menuruti apa yang diperintahkan kepadanya dan tidak pernah melawan. Tetapi, tidak pernah sekali pun dapat perlakuan manis atau sekedar senyuman untuknya.“Mas, Aku belum makan apa pun.” Riana menahan lengan baju suaminya yang mau menghampiri kedua wanita yang sudah lebih dulu ke meja makan.“Kamu makan nanti saja, tolong asuh Leo dulu sebentar. Kasian ibunya mau makan nanti malah mengganggu.” Reynald menyerahkan bayi berumur empat bulan itu kepada Riana.Riana menyambutnya dengan perlahan, padahal tubuhnya gemetaran sedari tadi karena belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya. Saat mengambil sedikit lauk untuk dirinya makan tadi, dibuang ibu Mayang ke lantai. Baru diadukan kepada Reynald tentang kelakuan yang dia lakukan, mencuri sepiring nasi dan sedikit lauk untuk sarapan.“Mas, coba lihat ke sini,” kata Serly.“Apa?” tanya Reynald.“Coba aa!” Serly mengarahkan satu sendok penuh makanan ke mulut Reynald.“Aku bisa makan sendiri, Ser,” tolak Reynald.“Sekali saja kok,” rengek Serly manja.Reynald masih bergeming, dia tidak mengiraukan rengekan adik sepupunya itu.“Apa Mas jijik denganku? Karena Aku bekas banyak orang.” Serly menurunkan sendok yang masih mengarah ke Reynald.“Bukan begitu,” sanggah Reynald.“Lalu apa?” tanya Serly dengan mata berembun.“Ayolah, Rey. Sekali ini saja!” titah Ibu Mayang.Reynald menghela napas berat, dia memandang ke arah Riana yang terlihat masih setia menjaga Leo. Wanita itu pura-pura tidak melihat dan mendengar pembicaraan yang berlangsung di meja makan sana.“Baiklah, hanya satu suap saja,” kata Reynald.Serly menjadi bahagia mendengar kalau Reynald mau menerima satu suapan yang diberikannya. Dia mengarahkan sendoknya dengan penuh cinta kepada lelaki yang adalah kakak sepupunya.“Begitu dong,” kata ibu Mayang senang.Sedangkan Riana memalingkan wajahnya, dia diam-diam menitikkan air matanya melihat itu.“Makan yang banyak, Mas.” Serly menyodorkan beberapa lauk untuk Reynald.“Iya.” Reynald mengambil pemberian Serly.“Enak sekalikan masakan Ibu?” tanya ibu Mayang.“Sangat enak sekali dong, Bu. Bahkan Aku makan sangat banyak,” puji Serly.“Bukankah Riana yang masak?” tanya Reynald.“Riana? Dia tidak membantu ibu sama sekali, malah setelah masak dia memakannya sampai beberapa kali!” gerutu ibu Mayang.Reynald memandangi Riana yang langsung melirik ke arahnya karena mendengar tuduhan ibu mertua. Wanita malang itu menggelengkan kepalanya, pertanda bahwa tuduhan itu tidak benar.Seketika Serly malah bersendawa, karena terlalu banyak menyantap hidangan yang ada. “Kenyang sekali,” kata Serly.“Memang masakan ibu tidak ada bandingannya kan?” tanya ibu Mayang yang sebenarnya meminta dipuji.“Tentu dong, Tante.” Serly bergelayut manja di lengan tantenya itu.“Bagaimana dengan kabar kedua orang tuamu sekarang, apa mereka baik-baik saja?” tanya ibu Mayang.“Baik dong, mereka sedang sibuk di London mengerjakan beberapa proyek,” jawab Serly acuh.“London! Katakan kepada mereka bawakan Tante oleh-oleh dong, Aku kan ingin juga memiliki barang yang dijual di London sana,” rengkek ibu Mayang.“Tentu, nanti Aku akan bilang kepada ibuku,” kata Serly santai.“Kamu emang keponakan terbaik, Tante. Tidak seperti anak dari adik-adik Tante yang lain,” keluh Ibu Mayang.“Tentu dong, Tante,” kata Serly.“Andai Rey belum menikah pasti Kamu yang akan menjadi menantu Tante,” harapnya.“Aku mau kok jadi yang kedua, Tante.” Serly mengedipkan matanya kepada Reynald yang masih duduk di kursinya.“Sayang wanita itu pasti tidak akan mau dimadu, coba saja Rey mau menceraikan Riana. Pasti kalian akan bisa menikah,”Reynald tidak menggubris pembicaraan ibunya dan adik sepupunya. Dia memilih mendekati Leo yang berada diasuhan Riana, wanita itu menjadi diam sejak pembicaraan yang dilakukan kedua wanita berbeda umur di meja makan.Memang masih terdengar di telinganya pembicaraan itu, karena hanya bersebelahan dengan tempat di mana dia menjaga Leo. Bayi kecil itu memang tidak bisa terlalu jauh dengan ibunya, Leo akan menangis kalau tidak melihat wajah sang ibu terlalu lama.“Makan sana! Kamu tadi bilang belum makan kan?” perintah Reynald. Riana menyerahkan bayi kecil kepada Reynald, lelaki itu segera menyambut sang bayi dengan lembut. Memang sebenarnya sifat suami Riana adalah baik, hanya saja ia selalu dihasut ibunya untuk membencinya. Riana berjalan ke arah meja makan, dia melihat beberapa piring kotor yang masih berserakan di meja makan tanpa ada yang membereskannya. Membuat ia menghela napas panjang. 'Aku makan saja dulu, baru bereskan ini semua.' batin Riana didalam hati. Wanita itu tersenyum sambil membuka tudung mencari makanan yang ia masak tadi, Riana mengira kalau masih ada sisa karena suaminya menyuruhnya untuk makan. Kecewa! Itulah yang dia rasakan sekarang, saat membuka tudung saji yang ternyata tidak ada apa pun di sana. Hanya beberapa piring kotor tanpa ada sedikit pun sisa makanan yang terlihat. Riana berjalan dengan menundukkan kepalanya mendekati sang suami yang masih diam di tempatnya berada. “Mas, tidak ada lauk sedikit pun untuk
“Setiap kali dia datang ke rumah ini, pasti ibu akan menyuruhku untuk memasak banyak makanan. Padahal dia bukan seseorang yang penting untuk diberikan jamuan setiap kali dia datang kemari. Bahkan, Aku tidak dibiarkan menyantapnya walau sedikit karena wanita seperti dia.” Riana menunjuk wajahnya Serly dengan penuh emosi. “Riana, jangan Ka-“ kata ibu Mayang terpotong. “Apa? Jangan berani melawan kepada kalian semua, begitu maksud ibu? Aku sudah muak diperlakukan seperti ini terus, kalau Aku melawan sedikit saja seluruh tubuhku akan penuh luka lebam. Jadi, silahkan pukuli Aku sekarang, kalau berani!” Semua orang terdiam, bahkan sampai bayi kecil saja ikut terdiam mendengar Riana marah. Setelah dirasa tidak ada yang akan menjawab apa yang dia katakan, Riana memilih masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah karena diguyur air oleh ibu mertuanya. “Rey, istrimu berani sekali kepada ibu. Kamu lihat sendirikan?” Ibu Mayang bergelayut meminta pembelaan kepada sang anak.
Reynald pun memanggil pelayan untuk membayar semua hidangan yang dia pesan. Lelaki itu sangat marah sekaligus malu karena mendengar ucapan yang dikatakan oleh Chiko tentang pakiaan istrinya yang kusam. Tidak seperti istri petinggi perusahaan kebanyakan?! "Ck!" decak Reynald kesal. Pria itu masih tak sadar bahwa dirinyalah yang salah di sini. Seharusnya, Riana mendapatkan uang bulanan supaya Riana bisa membeli apa pun yang diinginkannya. Tapi, apa yang dia lakukan?Reynald justru menarik lengan Riana kasar, tidak memperdulikan semua mata yang memandangnya sejak tadi. Yang dia pikirkan hanyalah cepat sampai ke dalam rumah dan memarahi Riana karena sudah membuatnya malu. * *Brak!Suara pintu yang Reynald tendang membuat ibu Mayang melirik ke arahnya dengan tatapan penasaran. “Ada apa, Rey?” tanyanya. “Ini Riana membuat Aku malu saja!” jawab Reynald dengan emosi menggebu. “Membuat malu seperti apa? Dan kalian datang dari mana?” tanya Mayang lagi, matanya melirik ke arah Riana y
“Kenapa? Apa Kamu sudah dihasut oleh Riana untuk membenci Ibumu sendiri?” tanya Mayang sedih.“Tidak. Aku hanya kesal saja setiap hari ada saja masalah di rumah ini. Apa tidak bisa sehari saja tenang seperti rumah yang lainnya?” “Kamu tahu sendiri kan, Rey? Kalau Riana itu sebagai menantu tidak becus sekali melayani mertuanya. Bahkan dia tadi membuatkan Ibu jus yang sangat tidak enak rasanya, dengan terpaksa Ibu mengomelinya,” jelas Mayang. “Jelas saja kalau jusnya tidak enak. Karena tidak pakai gula, mana enak!” Reynald berlalu masuk ke dalam kamarnya, ia membanting pintu dengan keras sampai membuat Riana terkejut di dapur. Lelaki itu merebahkan tubuhnya di kasur dan mengirimi Diandra pesan. [Sudah sampai?] pesan Reynald. [Sudah, kalau Kamu?] balas Diandra. [Sudah kok. Aku sampai ke rumah dengan selamat] [Lalu setelah Kamu sampai, langsung mengirimi Aku pesan? Romantis sekali] Diandra menyematkan stiker love di pesannya, membuat Reynald semakin tersenyum senang dengan wanita c
“Baik, Bu. Akan segera Aku bersihkan setelah makan,” jawab Riana.Riana melangkah mendekati meja makan, ia tidak mendapati lauk atau pun sayur di sana. Semua yang dia masak habis tidak bersisa, membuat dia menggelengkan kepalanya pelan. “Untung mas Rey tidak membawa bekal, jadi Aku bisa makan deh,” kata Riana seorang diri sambil memeluk erat kotak bekal yang berada di tangannya. Memang ada perasaan kecewa di hatinya tetapi, Riana tidak ingin memikirkan terlalu jauh. Karena menurutnya kalau memikirkan itu tidak baik bagi diri sendiri, makanya sebisa mungkin dia menahan diri supaya tidak menjadi beban pikiran yang akan membuatnya menjadi berpikiran buruk. Riana makan dengan lahap, ia sangat menyukai menu makanan pagi ini. Sebab, setiap kali Serly datang Mayang akan membeli lauk dan sayur enak dalam jumlah banyak, jadi saat dia memasaknya kemarin, masih ada sisa untuk sarapan pagi ini. Kapan lagi akan makan enak, biasanya setiap hari akan menyantap hidangan sederhana seperti ikan asin
Mayang menggeleng dramatis, seolah menjadi ibu mertua yang amat bijak. “Bagaimana ya, Jeng. Namanya juga punya anak lelaki dibilangin susahnya minta ampun, padahal sudah beberapa kali kukatakan kalau Riana bukan wanita yang baik untuk menjadi istrinya. Yah tetap saja dia ngeyel,” kata Mayang dengan ekspresi sedih lagi. “Mungkin karena si anakmu tuh, Jeng. Yang cinta berat sama istrinya, jadi wajarlah seperti itu. Apa lagi yang Aku lihat si Riana sangat cantik,” kata Desi. “Tidak juga sih, Kamu tidak lihat Riana lagi sih, Jeng Desi. Aku kemarin lewat rumah Mayang, si Riana itu sangat berbeda sekali dengan waktu pertama menikah. Jelek, kumal dan tidak terurus gitu,” ejek Santi. “Masa sih, Jeng Santi?” tanya Desi tidak percaya. “Ya, jelas dong. Coba tanya Mayang, apa Aku bohong sama Kamu, iyakan, Jeng.” Santi menyenggol lengan Mayang pelan. Mayang yang baru meminum jusnya langsung tersedak, karena terkejut. “Tentu dong, Jeng. Si Riana memang tidak pandai merawat diri, apa lagi dia b
“Lama banget shalatnya, Kamu shalat apa tidur?!” tanya Mayang kesal. “Tidak, Bu. Aku selesai shalat langsung kemari,” jawab Riana lembut. “Kenapa jadi lama banget? Ya, sudahlah langsung pijat saja, awas kalau mijatnya tidak enak!” Riana pun diam. Dia memilih memijat ibu mertuanya dengan lembut. Sungguh, ia tidak mau kalau Mayang akan merasa kesakitan dengan pijatannya. Jadi, ia melakukan hati-hati, karena tidak menginginkan kalau mertuanya akan marah. “Heh, Riana! Kamu mijat apa mengelus sih?!” tanya Mayang kesal, karena ia malah merasa geli. “Maaf, Bu. Aku tidak mau kalau Ibu akan kesakitan,” kata Riana lembut, tidak pernah terpancing menjawab mertuanya dengan nada tinggi. Hanya kemarin saja, ia sempat terpancing karena merasa lapar dan lelah. “Kalau Kamu memijatnya seperti itu, itu bukan memijat namanya melainkan mengelus. Pijat dengan keras!” perintah Mayang. Riana lantas menuruti perkataan Mayang, dia memijat mertuanya dengan keras, membuat Mayang menjadi menjerit karena k
“Riana!” panggil Mayang dengan berteriak dari dalam kamar. “Iya, Ibu.” Riana tergopoh-gopoh berlari mendekati mertuanya. “Belikan Ibu soto ayam di depan sana, jangan pakai lama!” Mayang menyodorkan selembar uang berwarna biru. “Iya, Bu.” Riana segera berjalan ke kamar, ia memasang jilbab instan dan jaket, lalu mengambil kunci motornya. Motor yang sudah ada sebelum Riana menikah, motor matik menemani ke mana pun dia pergi sewaktu gadis. Riana melajukan matik pergi ke tempat yang mertuanya maksud, lumayan jauh kalau berjalan ke sana. Jadi dia memilih mengeluarkan maticnya. Riana sudah sampai di tempat yang dia tuju, dia segera memparkirkan matiknya ke tempat parkiran. Lalu masuk ke dalam warung makan yang sangat ramai, membuat dia harus mengantri beberapa saat. Tidak lama, tiba giliran Riana, dengan cepat wanita itu memesan satu bungkus soto. “Berapa, Pak?” tanya Riana. “15ribu, Dek.” “Ini uangnya.” Riana menyerahkan selembar uang berwarna biru. Dia bergegas berjalan pulang, tid
Tidak terasa waktu sudah berlalu dengan begitu cepat, Mayang sekarang menjadi kesulitan bicara dan berjalan karena stroke yang dia derita melumpuhkan separuh tubuhnya sebelah kanan. Sehingga apa yang ingin dia lakukan menjadi kesulitan, jadi harus dibantu oleh orang lain, mulai dari makan bahkan sampai ke kamar mandi. “Ck, aku nikah buat hidup enak, bukan seperti ini!” gerutu Diandra. Diandra sepanjang jalan menggerutu sedari tadi, membuat Reynald menajdi muak, “Diam kamu! Ini juga karena aku menikah denganmu, hidupku menjadi sial!” Reynald menyalahkan Diandra atas kesalahnnya sendiri, begitulah dia selalu melempar kesalahannya kepada orang lain. “Idih! Kamu yang korupsi, kok aku yang disalahin?!” Diandra menatap bengis kepada suaminya yang baru dia nikahi beberapa bulan ini. “Iyalah, karena aku menikah denganmu semuanya jadi kacau! Beda saat bersama dengan Riana, apa lagi kamu tahu suamimu tidak bekerja malah tetap pergi shoping, sehingga semua harta yang terisa menjadi habis kare
“Wanita itu? Apa kamu mengingat sesuatu?” Riana menatap lekat kekasihnya, dia menunggu jawaban keluar dari mulut Wira dengan tidak sabaran.Wira masih mengingat-ingat apakah benar wanita itu, tetapi penampilan dan sifatnya jauh berbeda dengan wanita yang diingat tersebut, dulu setahu Wira hanya satu wanita yang menatap Riana dengan tatapan penuh iri dan kebencian. Wanita yang wajahnya penuh jerawat dan bahkan selalu mendelik setiap kali Riana melihatnya.“Aku tidak tahu namanya, tapi dia wanita yang selalu mendelik kepadamu setiap kali kamu melewatinya. Hanya saja penampilannya sangat jauh berbeda dengan dulu, bukan maksudku menghina, wajahnya penuh dengan jerawat bahkan selalu berjalan menunduk karena dia selalu dibully oleh senior!” ucap Wira dengan ragu, dia masih tidak yakin kalau wanita itu adalah Diandra.Hanya dia lah yang terlihat sangat membenci Riana, bahkan setiap kali ada kesempatan wanita itu akan mengerjai kekasihnya tersebut, tetapi Wira ‘lah yang selalu menggagalkan re
“Wira? Maaf aku sedang sibuk!” Riana menjauhi Wira dan melambaikan tangan kepada pelayan yang lain. “tolong layani dia, aku akan masuk ke ruanganku!”Sebenarnya dia ingin mengajak Wira berbicara, dirinya merindukan lelaki itu walau baru sebentar tidak bertemu dengan nya, hanya saja teringat akan Subroto yang tidak merestui ubungan dia dnegan lelaki itu mmebuat Riana menjadi urung untuk sekedar mengajak Wira berbicara.“Riana, tunggu!” Wira menahan tangan Riana, supaya wanita itu tidak pergi.“Maaf saya sedang sibuk sekarang, jadi saya harap Anda pergi saja!” Riana mengusir Wira sambil menepis tangan lelaki itu dari dirinya.“Riana, apa kamu marah kepadaku karena tidak membelamu? Maafkan aku untuk itu, aku akan mengumpulkan bukti untuk mengatakan kepada Papa sekaligus membersihkan namamu!” Wira mengatakan semuanya kepada Riana, tetapi dia ragu kalau wanita itu akan mempercayainya.Riana terdiam, hatinya terasa nyeri mendnegar perkataan Wira tersebut, yah dia memang merasa sakit hati la
“Iya. Tante Desi memang wanita yang sangat baik, aku berdoa kalau dia ‘lah yang menjadi mertuaku nanti. Apakah aku terlalu berharap?” Riana bertanya dengan mata berbinar-binar, dia sangat berharap kalau dirinya berjodoh dnegan Wira. Kapan lagi dia mendapatkan mertua seperti Desi, yang selalu menyayanginya.“Tidak ada salahnya untuk berharap. Sekarang kamu istirahat saja, besok sudah mulai belajar mengelola restoran dengan Mutia. Jadi kamu harus menyiapkan diri untuk besok, aku pamit pulang dulu.” Edo mengusap rambut keponakannya sebelum pergi, Riana menjawab dengan anggukan kepala.*Di lain tempat Desi tengah bersedih, dia tidak menyangka kalau suaminya setega itu kepada seorang wanita muda malang itu, sungguh padahal tadi dia sangat bahagia sekali dengan kepulangan Riana dari rumah sakit dan sekaligus kedatangan suaminya yang tiba-tiba. Namun, ternyata malah berakhir dengan kesedihan, sekaang dia tidak bersemangat lagi menyambut kedatangan Subroto dengan penuh semangat seperti tadi,
“Tidak perlu Paman melakukannya, biarkan saja!” Riana tidak mau sang paman membalas apa yang telah orang-orang itu lakukan kepadanya.“Kenapa? Mereka ‘kan sudah jahat kepadamu, jadi biarkan aku yang mengurusnya. Kamu hanya perlu melihat saja tanpa perlu mengotori tanganmu itu!” Edo geram dengan ke’empat orang itu, dia ingin memberikan pelajaran kepada mereka semua. Walau Subroto sedikit sulit karena dia seorang pemilik perusahaan besar dan terkenal, tetapi dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membalas perbuatan mereka semua.“Tidak papa! Aku sudah ingin berusaha ikhlas saja dengan perbuatan mereka, apa lagi ayahnya Wira, aku tidak mau melakukan sesuatu yang buruk kepada dia. Karena Tante Desi, istrinya sangat baik kepadaku selama ini dan juga Wira ....” Riana tidak meneruskan kalimatnya.“Apa Ibu Riana menyukai Wira? Maaf kalau saya ikut campur pembicaraan ini!” tebak Mutia. Karena dia tahu kalau seseorang membicarakan seorang lelaki dengan wajah yang memerah, berarti orang itu menyu
“Iya. Ini restoran sekarang adalah milik Anda, karena Anda adalah ahli waris yang sah! Oh, iya, perkenalkan saya adalah Mutia, manajer di restoran ini.” Mutia mengulurkan tangannya, untuk memperkenalkan diri kepada bos barunya tersebut.Riana hanya menerima uluran tangan itu dalam diam, dia masih mencerna situsi yang ada, dia masih tdak menyangka kalau kedua orang tuanya memiliki restoran yang mewah dan besar seperti ini. Apakah memang benar ini adalah milik kedua orang tuanya? Dia masih tidak mempercayainya, karena menganggap semua ini hanya mimpi.“Bu Riana?” Mutia menyentuh Riana pelan, karena sedari tadi dia mengajak bicara tetapi tidak ada sahutan yang terdengar.“Eh, ii-iya!” Riana tergagap, dia terkejut karena tadi sempat melamun.“Apa Anda mau berkeliling untuk melihat restoran ini?” Mutia menawarkan untuk berkeliling, sebenanrnya Pak Edo menyuruhnya untuk mengajak Riana berkeliling dan memperkenalkan dengan bawahan yang lain.“Boleh. Tapi barangku ini di taruh di mana?” Rian
"Tapi ada bukti dan saksi yang mengatakan kalau Riana lah yang mencuri bersama dengan Kiki," ucap Subroto tidak ingin mengatakan siapa saksi yang bersaksi atas Riana lah yang mencurinya."Aku tidak percaya hal itu, Pa! Mana mungkin Riana yang mencurinya dan buat apa juga dia melakukan hal itu?!" Desi berkata dengan nada tinggi, dia tidak terima suaminya itu menuduh Riana wanita yang menurutnya adalah wanita baik-baik."Saksi dan bukti sudah ada, lagi pula map ini kami temukan di kamar Riana. Tepatnya di bawah pakaiannya terselip." Subroto mengambil map yang berada di balik punggungnya, dia memperlihatkan kepada Desi kalau Riana benar-benar seperti yang dia katakan.Riana yang melihat hal seperti itu, dua mengetahui kalau Subroto tidak menyukai dirinya dan dari pengalaman yang dia dapatkan di rumah Reynald, percuma membela diri pasti lelaki itu akan bersikeras mengatakan kalau dia lah yang mencuri map tersebut dari bukti, saksi bahkan penemuan map yang tidak pernah dia lihat sekali pun.
“Apa maksudmu?!” Wira tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Reynald tentang Riana. “Masa Anda tidak mengerti, Pak? Setiap orang akan berubah seiring berjalannya waktu, sama halnya Riana yang Anda kenal dulu. Jadi sekarang dia bukanlah Riana yang Anda kenal dulu, tapi Riana yang berbeda," ucap Reynald menjelaskan. “Iya. Kau memang benar, orang pasti bisa berubah!” Subroto membenarkan perkataan Reynald, diiringi dengan anggukan oleh para karyawan wanita yang masih berada di sana. “Tt-tapi aku sangat yakin kalau Riana tidak berubah!” ucap Wira dengan terbata. Dia masih berusaha menolak perkataan Reynald. “Wira, kamu tidak bisa terus-menerus menolak semua perubahan Riana! Memang benar perkataan mantan suaminya itu, karena dia pernah menjadi suami sekaligus tinggal bersama selama lima tahun lamanya. Kamu tahu, hanya seorang suami lah yang mengetahui baik-buruknya istri, begitu pun sebaliknya.” Subroto menepuk pundak Wira, dia berusaha menyadarkan lelaki tersebut untuk mnerima kenyataan
“Aku tahu pasti kamu yang mengambil map merah itu! Kalau bukan kamu, ya, siapa lagi? Karena kamu ‘lah yang terlihat paling mencurigakan beberapa hari ini!” Kiki menunjuk wajah Lia, dia sangat tahu kalau wanita itu lah yang mengambil map dari gerak-gerik yang terlihat selama ini. “Buat apa juga aku mengambil map itu?” Lia sengaja bertanya seperti itu, supaya Kiki tidak lagi menuduhnya. “Mana kutahu! Hanya kamu yang mengetahuinya atau mungkin karena ingin sengaja menjatuhkan Riana, kan kamu sangat membencinya. Entah apa kesalahannya kepadamu, sehingga kamu menjadi membenci wanita baik itu!” Kiki menggerutu dengan mata memerah, dia ingin sekali menerjang wanita tersebut tetapi tidak memiliki tenaga sama sekali. “Memangnya kenapa kalau aku yang mengambilnya?! Ya, aku mengambil map itu! Lalu apa? Kamu mau mengatakannya kepada mereka? Mana mungkin mereka mempercayai dirimu itu!” Lia bergegas menjauh dari Kiki, wanita itu memilih meninggalkan Kiki karena merasa kesal sampai akhir Kiki mas