Dicky kembali bersekolah setelah kemarin meliburkan diri. Pasti banyak yang mencarinya setelah sehari kemarin ia libur. Dan benar saja, banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab setelah seharian kemarin ia mematikan handphonenya. Sesampainya di sekolah, Ia tak langsung menuju kelasnya. Masih ada lima belas menit lagi sebelum bel berbunyi. Dicky menuju kantin untuk menikmati batagor Mbok Surti.
"Mas Dicky kemarin kenapa gak masuk? sakit ya?" tanya Mbok Surti.
"Enggak kok mbok, kemarin saya ada urusan ke Bandung, emang kenapa mbok? kengen ama saya ya?" canda Dicky.
"Bukan mas, kemarin mbak Thania nyariin,"
"Thania? Nyariin saya?"
"Iya mas, Mbak Thania keliatan khawatir banget gitu mas," jelas Mbok Surti.
Dicky merasa sedikit bersalah pada Thania setelah mendengar apa yang dikatakan Mbok Surti. Tapi apa boleh buat? Ia benar benar harus ke Bandung kemarin.
"Dicky," panggil seseorang yang baru dibicarakan. 
Malam itu Dicky tak ada niat untuk kemana-mana. Tamparan Thania masih membekas di hatinya. Sakit? mungkin itu pantas ia dapatkan. Ia juga sudah menceritakan apa yang terjadi siang tadi pada ibunya. Ibu Dicky hanya mengatakan, ini pasti akan berlalu. Ibu Dicky dan Nisa malam itu sedang pergi keluar untuk membeli keperluan. Bel rumah Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky heran. Baru saja ibunya pergi. Kenapa kembali secepat ini? Namun tiba tiba saat Dicky membuka pintu rumahnya, "Dicky, Maafin aku," ujar seorang gadis memeluk Dicky. "Thania?" Thania tiba-tiba datang dan langsung memeluk Dicky. Dari mana Thania tau rumah Dicky? Itulah yang sempat diherankan oleh Dicky. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu. "Ajak aku jalan malam ini, please," minta Thania. Dicky hanya menuruti permintaan Thania. Tak ingin melihat Thania semakin kecewa karena menolak permintaannya itu. Tak lupa juga ia mengabari ibunya bahwa ia akan keluar bersama
Pagi itu kala istirahat, Dicky masih berada di kelasnya. Ia tak berniat untuk ke kantin. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Sebelum ia berangkat tadi, Vina tiba-tiba mengirimkan pesan kepada Dicky. Kembali meminta agar membawa Putri atau Thania ke acara lamaran Arkan minggu depan. Itulah yang membuatnya bingung. Siapa yang harus ia ajak? "Woi! Lo ngapain bengong? Kesambet ya?" kejut Ryan. "Ngagetin aja lo, gue lagi bingun aja," jawab Dicky. "Lo bingung kenapa?" tanya Rey. Belum Dicky menjawab, bel masuk kelas berbunyi. Membuat Rey dan Ryan mau tidak mau harus kembali ke kelas mereka. "Masuk dulu deh, ntar pulang sekolah kalian kesini gue bakal cerita," perintah Dicky yang diangguki oleh dua temannya itu. Saat pelajaranpun Dicky tak bisa fokus. Yang ada dipikirannya hanyalah siapa yang akan ia ajak ke lamarannya Arkan. Dia juga harus memikirkan perasaan Putri dan Thania. Pesan dari Vina tiba-tiba kembali masuk. Huhhh, se
Dicky dan Thania pagi itu sudah berada di perjalanan menuju Bandung. Jangan tanya batapa senangnya Thania saat itu. Pergi bersama orang yang dicintainya. Ditambah lagi ia akan menghadiri acara salah satu keluarga orang yang dicintainya itu. Membuat rasa senang di hati Thania semakin tak karuan. Thania tak henti-hentinya senyum sepanjang perjalanan. Namun dibalik senyum Thania itu, ada rasa bersalah di hati Dicky pada Putri. Mungkin kalau Putri tau ia pergi bersama Thania, Putri akan sedih dan menangis. Hanya satu kata yang yang bisa Dicky ucapkan pada Putri. Maaf. "Hei kamu kenapa?" tanya Thania. "Gakpapa kok, aku senang liat kamu senyum," jawab Dicky. Jawaban Dicky itu membuat pipi Thania memerah. Dicky selalu bisa membuat pipinya merah karena malu. Hal itu membuat Thania kesal dan akhirnya mencubit Dicky. "Awww, sakit Thania," "Abis nyebelin, ngegombal mulu," kesal Thania. "Emang aku gak boleh gombal?" tanya
"Vina aku mau ngomong ama kamu, kamu harus dengerin penjelasan aku dulu," *** Vina terus menghindari pria itu saat pria itu terus saja memaksa Vina untuk berbicara dengannya. Vina juga terlihat sangat ketakutan. Tangan Vina juga sampai gemetar. Membuat Thania yang melihat hal itu prihatin sekaligus bertanya, apa urusan Vina dengan lelaki ini. Dicky kelihatannya juga tak bisa menahan emosinya lagi. "Heh! Lo gak liat apa dia gak mau ngomong ama lo, pergi lo! Jangan deketin Vina lagi," perintah Dicky mendorong lelaki itu. "Tapi gue harus ngomong ama dia Dicky, please," mohon lelaki itu. Satu pukulan akhirnya mendarat di wajah lelaki itu. Lelaki itu bahkan sampai terjatuh dibuat oleh Dicky. Dari yang Thania lihat, Dicky dan lelaki itu saling kenal. Namun Dicky terlihat sangat membenci lelaki itu. Thania dengan cepat menahan Dicky yang akan kembali memukul lelaki itu. Lelaki itu bisa tak bernyawa dibuat oleh Dicky. "
Sejak tadi tak ada percakapan yang terjadi antara Thania dan Dicky. Padahal mereka sudah tiba di Jakarta. Thania masih sama, masih berasa bersalah dan tidak enak pada Dicky. Membuat Thania tak berani mengajak Dicky untuk berbicara. Sedangkan Dicky tak tau harus berbicara apa karena Thania diam. Biasanya Thania akan mengoceh panjang. Tapi tak tau kenapa kali ini Thania hanya diam sepanjang perjalanan. Perut Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky merasa malu pada Thania. Mengapa perutnya ini tak bisa diajak kompromi. Thania yang mendengar bunyi perut Dicky itu tersenyum geli. Dicky juga tampak menahan laparnya. Sangat lucu menurut Thania. "Kita makan dulu," ujar Thania. "Kamu laper?" "Kamu yang laper Dicky, itu perut udah bunyi, kita mampir ke restoran dulu ya," ajak Thania. "Tapi--" "Heh, aku gak nerima penolakan," ujar Thania. Dicky akhirnya menurut. Thania sedikit beruntung karena bunyi perut Dicky itu. Memb
Hai, aku Thania. Lahir tanggal 1 Februari di Jakarta. Aku adalah anak tunggal dari seorang pemilik restoran terkenal di Jakarta. Ayahku bilang suatu saat nanti aku yang akan melanjutkan bisnis restoran itu. Aku tentunya tak menolak permintaan ayahku itu. Sejak kecil aku selalu dimanja oleh ayah dan ibuku. Apa saja yang kuinginkan pasti akan aku dapatkan. Mereka selalu ada di sisiku saat aku sedih maupun senang. Membuat aku merasa ayah dan ibuku adalah orang tua terbaik di dunia. Sama dengan Putri, aku juga dijuluki primadona di JIS. Banyak yang memuji kecantikanku. Namun sayang aku berbeda dengan Putri yang lebih pendiam. Aku lebih terbuka dan lebih berbaur dengan teman temanku. Mungkin karena aku anak tunggal yang mungkin sering kesepian dirumah. Banyak lelaki yang mencoba mendekatiku di sekolah. Mungkin karena kecantikanku. Tapi aku tak peduli. Karena jika mereka menyukaiku karena kecantikanku, itu hanya perasaan kagum. Bukan cinta. Aku butuh orang yang
Pagi itu Ibu Dicky dan Nisa sudah kembali ke Jakarta. Nisa pagi itu bersikeras untuk sekolah. Padahal ia dan Ibu Dicky baru saja tiba dari Bandung. Dicky yang masih terlelap pagi itu dibangunkan oleh Nisa. Nisa sangat ingin diantarkan sekolah oleh Dicky pagi ini. Mau tak mau Dicky akhirnya bangun dan juga bersiap siap ke sekolahnya. "Ma, Nisa kenapa sekolah hari ini? Kan baru nyampe dari Bandung," tanya Dicky pada ibunya saat sarapan bersama. "Gak tau, dari tadi dia ngotot banget mau sekolah," jawab Ibu Dicky. Nisa saat itu hanya tersenyum pada Dicky yang menatapnya. Ada yang aneh pada Nisa hari ini. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu. Setelah sarapan Dicky akhirnya berangkat untuk mengantarkan Nisa terlebih dahulu. Nisa terlihat lebih ceria hari ini. Nisa banyak bercerita pada Dicky saat itu. Sampai akhirnya motor Dicky berhenti di depan sekoah Nisa. "Kamu yang rajin ya belajarnya, jangan berantem sama teman kamu," ujar Dicky pada Ni
Gue Brayn. Lahir tanggal 3 Januari di Kota Bandung. Gue tinggal ama nyokap sejak kecil. Nyokap gue adalah seorang pemilik hotel mewah di Jakarta. Sejak kecil, gue gak pernah liat sosok bokap di idup gue. Siapa bokap gue, bagaimana bokap gue, gue gak pernah tau. Nyokap bilang, bokap ninggalin dia waktu gue masih di dalam kandungan.Hidup sebagai orang kaya menurut gue sangat tidak menyenangkan. Kalau gue boleh memilih, gue lebih memilih hidup sederhana namun bisa selalu bersama dengan keluarga. Gue bahkan iri sama orang-orang yang bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Yang mana anak dan orang tua selalu memiliki waktu untuk berkumpul bersama. Tidak seperti gue yang selalu kesepian karena kesibukan nyokap.Ya, memiliki sebuah hotel mewah di Jakarta membuat nyokap sibuk sampai ia melupakan anaknya. Mungkin aja, nyokap gak pernah tau apa makanan kesukaan gue. Bahkan gue lebih sering curhat ke pembantu gue di rumah dari pada nyokap. Saat makan bersamapun tak ad
Siang itu Dicky terheran karena melihat sebuah mobil terpakir di halaman rumah miliknya. Bukan mobil milik ibunya. Siapa yang bertamu ke rumahnya? Mobil yang dilihatnya itu seperti tak asing bagi Dicky. Barulah Dicky tau sang pemilik mobil saat ia melihat plat mobil tersebut. Memori kelam yang selama ini mati-matian di hapus oleh Dicky tiba-tiba kembali. Dengan cepat Dicky masuk ke dalam rumahnya. Berharap bukan orang yang sangat dibencinya itu yang sedang bertamu ke rumahnya.Dan benar ternyata. Orang itu yang sedang bertamu ke rumah Dicky. Memory-memory kelam itu kembali menghampirinya. Dicky terdiam di tempatnya saat melihat orang itu. Rasa benci, sakit, dan trauma bercampur aduk di dalam hatinya. Bahkan Dicky sudah sampai di tahap phobia pada orang yang dilihatnya itu. Ia tak bisa berkata-kata. Orang itu menatap Dicky dengan tatapan berbinar. Tak menyangka anaknya sudah besar dan tampan."Dicky, ini papa nak, kamu sudah besar sekarang, maafin papa selam
Malam itu Dicky sedang berada di dalam kamarnya. Ia tak berniat keluar dari kamarnya. Karena jika ia keluar dari kamarnya, ibunya pasti akan menceramahinya di karenakan sifatnya siang tadi. Memang ia akui, sifatnya tadi sangat kekanak-kanakan. Namun sekali lagi ia memiliki alasan melakukan hal itu. Yang ia lakukan dari tadi hanya memainkan handphone miliknya. Membuka sosial medial miliknya. Huh, sangat membosankan. Namun ceramah dari ibunya akan lebih membosankan jika ia keluar dari kamarnya.Ibu Dicky tiba tiba datang menghampiri Dicky. Tampak wajah ibu Dicky kesal kala itu. Tentunya Dicky tau alasan kekesalan ibunya. Huh, Dicky hanya perlu mengumpulkan kesabaran untuk menghadapi ceramah dari ibunya saat ini."Kenapa ma?" tanya Dicky."Ikut mama, mama perlu ngomong sama kamu," perintah ibu Dicky.Dicky hanya menurut. Dengan malas, ia mengikuti langkah ibunya menuju ruangan TV. Di sana, Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu untuk duduk di
Siang itu sepulang sekolah, Dicky mendapatkan panggilan dari ibunya. Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu menemaninya ke mall untuk berbelanja dan makan siang bersama. Dicky hanya menuruti permintaan ibunya itu. Karena mungkin ia juga sudah lama tidak menikmati waktu bersama dengan ibunya. Ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari sekolahnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya."Kak,""Oh, Tasya, ada apa?""Kak, kakak mau kemana?" tanya Tasya."Ada janji ama nyokap, kamu mau ikut?" ajak Dicky."Emang boleh? Kalau boleh ayo,"Anggukan Dicky kala itu membuat senyuman Tasya mengembang. Mereka berduapun beranjak dari sekolah mereka. Tak lupa Dicky mengabari ibunya bahwa ia akan membawa salah satu temannya. Ibu Dicky mengiyakan. Karena ia tau anaknya tidak suka jika dikira orang-orang berpacaran dengan ibunya sendiri. Memang, setiap Dicky berjalan berdua bersama ibunya, orang-orang yang melihat pasti mengir
Pagi itu Dicky sudah bersiap untuk bersekolah. Ia mendapati ibunya sedang memasak makanan yang akan ia santap pagi itu. Dicky kembali mendapati handphone milik ibunya di meja makan. Membuat ia penasaran dan ingin kembali memeriksa handphone milik ibunya. Dicky masih penasaran dengan orang yang di save ibunya itu dengan tulisan mas. Dan benar saja. Ada sebuah pesan belum terbaca oleh orang yang sama di handphone milik ibunya."Tolong jaga dia untukku, aku belum siap untuk bertemu langsung dengannya,"Jaga? Siapa yang harus dijaga oleh ibunya? Dan bertemu dengan siapa? Permintaan orang ini sangat aneh. Namun dengan cepat Dicky meletakkan kembali handphone milik ibunya. Karena ia pasti akan kena omel jika ketauan mengecek handphone milik ibunya tanpa izin."Dicky, selamat pagi, kamu udah siap? Kebetulan mama baru selesai masak nasi goreng, ayo sarapan dulu," ajak ibu Dicky."Iya ma, selamat pagi," balas Dicky.Dickypun mulai memak
Motor Dicky akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dikenal oleh Dicky. Ia berharap tidak akan bertemu dengan Putri saat ini. Pikirannya sudah kacau saat di mall tadi. Namun harapan Dicky itu tidak terjadi. Saat ia melihat Putri sedang berdiri depan rumah miliknya. Dengan cepat Dicky memalingkan wajahnya. Tasya dapat memahami keadaan yang sedang terjadi kala itu."Kak maaf, karena aku kakak--""Gakpapa Tasya, kakak yang seharusnya minta maaf karena udah nangis di hadapan kamu, maaf ya," timpal Dicky.Dicky tersenyum pada Tasya. Mencoba membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Namun Tasya sekali lagi tau, bahwa Dicky sedang tidak baik-baik saja. Dicky memang bisa menutupi kesedihannya."Tasya," panggil Putri.Tasya menoleh pada Putri. Memberikan Tasya kode agar Tasya masuk ke dalam rumah. Tasyapun menurut dan akhirnya pamit kepada Dicky. Hanya tersisa Dicky dan Putri berdua kala itu. Namun sedikitpun Dicky tak mau menatap P
Dicky dan Tasya saat itu masih berada di restoran. Dicky yang awalnya berniat untuk pulang dari tadi malah menunda untuk pulang karena keasyikan mengobrol dengan Tasya. Dicky akui, Tasya adalah orang yang cerewet. Sangat berbeda dengan Putri kakaknya. Ia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Singapura. Tak terasa, sudah satu jam mereka berada di sana. Namun tiba-tiba Tasya meminta sebuah permintaan yang tak pernah disangka Dicky sebelumnya."Kak, boleh gak kalau kita ke makam Nisa adik kakak itu? Aku mau kenalan sama dia" minta Tasya.Dicky awalnya tampak bingung. Namun Tasya sedikit memaksa dan Dicky akhirnya mengizinkan. Merekapun beranjak dari restoran itu menuju ke makan Nisa. Setibanya di makam Nisa, kesedihan kembali menghampiri Dicky. Ia kembali teringat senyuman dan tingkah-tingkah Nisa yang menggemaskan. Tuhan, apa waktu bisa diputar agar ia bisa melepaskan semua kerinduannya pada Nisa? Tasya melihat kesedihan Dicky dan menguatkan Dicky.&
Dicky saat itu sudah tiba di sebuah restoran tempat ia membuat janji dengan Rey dan Ryan. Di sana Rey, Ryan, Vanessa dan Steffani sudah menunggu kehadiran Dicky. Dicky mencoba untuk tersenyum dan bahagia di hadapan teman-temannya. Walau duka atas kehilangan adiknya masih belum hilang. Karena jika ia masih larut di dalam duka itu, duka yang ia rasakan tidak akan pernah hilang.Obrolan mereka kala itu beragam. Dimulai dari apa yang terjadi di sekolah tadi, sampai membicarakan aib Ryan yang sangat lucu. Dicky bahkan sampai tertawa lepas. Ia juga merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menghiburnya dan menguatkannya saat ia terpuruk. Perkataan Levin mungkin benar. Dicky tak seharusnya keluar dari genk Ryan.Obrolan mereka saat itu berubah tentang ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung tak lama lagi. Vanessa tampak sedikit stress karena ia harus mengejar ketertinggalan pelajaran pasca komanya Rey. Ryan dan Rey bahkan tak terlalu memikirkan tentang ujian itu.
Gue Levin, gue gak suka basa-basi. Mungkin sebagian dari kalian udah tau siapa gue. Walau kalian gak tau sepenuhnya tentang gue. Gue sepupu Thania. Salah satu primadona tercantik di JIS. Mempunyai sepupu yang sangat cantik, bahkan sampai terkenal satu sekolah mungkin menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi gue. Bayangkan saja, dulu hampir setiap hari temen-temen sekelas gue minta nomor Thania ke gue. Thania bahkan sampai kesel ke gue karena gue ngasih nomornya ke orang lain tanpa seizinnya. Gue cuma bilang, "Tenang aja, kalau ada dari mereka yang macam-macam gue bakal tanggung jawab tentang itu,".Namun seperti yang diceritakan Thania sebelumnya, Hanya Ariel yang dapat memenangkan hati Thania. Sepupu gue itu sangat bahagia dengan Ariel. Namun sayang, kebahagiaannya itu hilang saat Ariel pergi untuk selama-lamanya. Hal itu membuat Thania terpuruk bahkan hampir mengakhiri hidupnya. Sejak saat itu gue bertekad, bahwa gue yang akan jadi pelindungnya. Gue gak akan ngebuat di
Dicky sempat terkejut saat tiba-tiba seorang gadis menghampirinya. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri di hadapan Dicky dengan senyumannya. Satu hal yang ada di pikiran Dicky saat melihat senyuman gadis yang menghampirinya itu. Senyumannya sangat manis dan mirip dengan Putri. "Hai kak, kak Dicky kan?" tebak gadis itu. "Iya, siapa ya?" "Aku Tasya kak, aku mau ngasih titipan ini ke kakak, ini dari kak Putri kak," ujar gadis itu memberikan sebuah kotak makanan kepada Dicky. Raut wajah Dicky berubah seketika. Ia tak ingin menerima titipan itu. Karena jika ia menerimanya, Putri akan beranggapan bahwa Dicky sudah memaafkannya dan memberikannya kesempatan padanya untuk mencintai Dicky kembali. "Kak?" panggil Tasya kembali. "Eh iya, sorry, sekarang kakak minta tolong ke kamu, tolong balikin titipan ini ke dia, bilang ke dia kalau kakak gak bakal nerima apapun dari dia lagi," perintah