Dicky saat itu sudah tiba di sebuah restoran tempat ia membuat janji dengan Rey dan Ryan. Di sana Rey, Ryan, Vanessa dan Steffani sudah menunggu kehadiran Dicky. Dicky mencoba untuk tersenyum dan bahagia di hadapan teman-temannya. Walau duka atas kehilangan adiknya masih belum hilang. Karena jika ia masih larut di dalam duka itu, duka yang ia rasakan tidak akan pernah hilang.
Obrolan mereka kala itu beragam. Dimulai dari apa yang terjadi di sekolah tadi, sampai membicarakan aib Ryan yang sangat lucu. Dicky bahkan sampai tertawa lepas. Ia juga merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menghiburnya dan menguatkannya saat ia terpuruk. Perkataan Levin mungkin benar. Dicky tak seharusnya keluar dari genk Ryan.
Obrolan mereka saat itu berubah tentang ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung tak lama lagi. Vanessa tampak sedikit stress karena ia harus mengejar ketertinggalan pelajaran pasca komanya Rey. Ryan dan Rey bahkan tak terlalu memikirkan tentang ujian itu.
Dicky dan Tasya saat itu masih berada di restoran. Dicky yang awalnya berniat untuk pulang dari tadi malah menunda untuk pulang karena keasyikan mengobrol dengan Tasya. Dicky akui, Tasya adalah orang yang cerewet. Sangat berbeda dengan Putri kakaknya. Ia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Singapura. Tak terasa, sudah satu jam mereka berada di sana. Namun tiba-tiba Tasya meminta sebuah permintaan yang tak pernah disangka Dicky sebelumnya."Kak, boleh gak kalau kita ke makam Nisa adik kakak itu? Aku mau kenalan sama dia" minta Tasya.Dicky awalnya tampak bingung. Namun Tasya sedikit memaksa dan Dicky akhirnya mengizinkan. Merekapun beranjak dari restoran itu menuju ke makan Nisa. Setibanya di makam Nisa, kesedihan kembali menghampiri Dicky. Ia kembali teringat senyuman dan tingkah-tingkah Nisa yang menggemaskan. Tuhan, apa waktu bisa diputar agar ia bisa melepaskan semua kerinduannya pada Nisa? Tasya melihat kesedihan Dicky dan menguatkan Dicky.&
Motor Dicky akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dikenal oleh Dicky. Ia berharap tidak akan bertemu dengan Putri saat ini. Pikirannya sudah kacau saat di mall tadi. Namun harapan Dicky itu tidak terjadi. Saat ia melihat Putri sedang berdiri depan rumah miliknya. Dengan cepat Dicky memalingkan wajahnya. Tasya dapat memahami keadaan yang sedang terjadi kala itu."Kak maaf, karena aku kakak--""Gakpapa Tasya, kakak yang seharusnya minta maaf karena udah nangis di hadapan kamu, maaf ya," timpal Dicky.Dicky tersenyum pada Tasya. Mencoba membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Namun Tasya sekali lagi tau, bahwa Dicky sedang tidak baik-baik saja. Dicky memang bisa menutupi kesedihannya."Tasya," panggil Putri.Tasya menoleh pada Putri. Memberikan Tasya kode agar Tasya masuk ke dalam rumah. Tasyapun menurut dan akhirnya pamit kepada Dicky. Hanya tersisa Dicky dan Putri berdua kala itu. Namun sedikitpun Dicky tak mau menatap P
Pagi itu Dicky sudah bersiap untuk bersekolah. Ia mendapati ibunya sedang memasak makanan yang akan ia santap pagi itu. Dicky kembali mendapati handphone milik ibunya di meja makan. Membuat ia penasaran dan ingin kembali memeriksa handphone milik ibunya. Dicky masih penasaran dengan orang yang di save ibunya itu dengan tulisan mas. Dan benar saja. Ada sebuah pesan belum terbaca oleh orang yang sama di handphone milik ibunya."Tolong jaga dia untukku, aku belum siap untuk bertemu langsung dengannya,"Jaga? Siapa yang harus dijaga oleh ibunya? Dan bertemu dengan siapa? Permintaan orang ini sangat aneh. Namun dengan cepat Dicky meletakkan kembali handphone milik ibunya. Karena ia pasti akan kena omel jika ketauan mengecek handphone milik ibunya tanpa izin."Dicky, selamat pagi, kamu udah siap? Kebetulan mama baru selesai masak nasi goreng, ayo sarapan dulu," ajak ibu Dicky."Iya ma, selamat pagi," balas Dicky.Dickypun mulai memak
Siang itu sepulang sekolah, Dicky mendapatkan panggilan dari ibunya. Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu menemaninya ke mall untuk berbelanja dan makan siang bersama. Dicky hanya menuruti permintaan ibunya itu. Karena mungkin ia juga sudah lama tidak menikmati waktu bersama dengan ibunya. Ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari sekolahnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya."Kak,""Oh, Tasya, ada apa?""Kak, kakak mau kemana?" tanya Tasya."Ada janji ama nyokap, kamu mau ikut?" ajak Dicky."Emang boleh? Kalau boleh ayo,"Anggukan Dicky kala itu membuat senyuman Tasya mengembang. Mereka berduapun beranjak dari sekolah mereka. Tak lupa Dicky mengabari ibunya bahwa ia akan membawa salah satu temannya. Ibu Dicky mengiyakan. Karena ia tau anaknya tidak suka jika dikira orang-orang berpacaran dengan ibunya sendiri. Memang, setiap Dicky berjalan berdua bersama ibunya, orang-orang yang melihat pasti mengir
Malam itu Dicky sedang berada di dalam kamarnya. Ia tak berniat keluar dari kamarnya. Karena jika ia keluar dari kamarnya, ibunya pasti akan menceramahinya di karenakan sifatnya siang tadi. Memang ia akui, sifatnya tadi sangat kekanak-kanakan. Namun sekali lagi ia memiliki alasan melakukan hal itu. Yang ia lakukan dari tadi hanya memainkan handphone miliknya. Membuka sosial medial miliknya. Huh, sangat membosankan. Namun ceramah dari ibunya akan lebih membosankan jika ia keluar dari kamarnya.Ibu Dicky tiba tiba datang menghampiri Dicky. Tampak wajah ibu Dicky kesal kala itu. Tentunya Dicky tau alasan kekesalan ibunya. Huh, Dicky hanya perlu mengumpulkan kesabaran untuk menghadapi ceramah dari ibunya saat ini."Kenapa ma?" tanya Dicky."Ikut mama, mama perlu ngomong sama kamu," perintah ibu Dicky.Dicky hanya menurut. Dengan malas, ia mengikuti langkah ibunya menuju ruangan TV. Di sana, Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu untuk duduk di
Siang itu Dicky terheran karena melihat sebuah mobil terpakir di halaman rumah miliknya. Bukan mobil milik ibunya. Siapa yang bertamu ke rumahnya? Mobil yang dilihatnya itu seperti tak asing bagi Dicky. Barulah Dicky tau sang pemilik mobil saat ia melihat plat mobil tersebut. Memori kelam yang selama ini mati-matian di hapus oleh Dicky tiba-tiba kembali. Dengan cepat Dicky masuk ke dalam rumahnya. Berharap bukan orang yang sangat dibencinya itu yang sedang bertamu ke rumahnya.Dan benar ternyata. Orang itu yang sedang bertamu ke rumah Dicky. Memory-memory kelam itu kembali menghampirinya. Dicky terdiam di tempatnya saat melihat orang itu. Rasa benci, sakit, dan trauma bercampur aduk di dalam hatinya. Bahkan Dicky sudah sampai di tahap phobia pada orang yang dilihatnya itu. Ia tak bisa berkata-kata. Orang itu menatap Dicky dengan tatapan berbinar. Tak menyangka anaknya sudah besar dan tampan."Dicky, ini papa nak, kamu sudah besar sekarang, maafin papa selam
Dicky Lelaki dingin yang tidak mempercayai cinta semenjak ia ditinggal oleh ayahnya. Baginya cinta hanya membuatnya kehilangan orang yang ia sayang. Hanya dua sumber kebahagiaan yang ia miliki saat ini. Ibu dan Adiknya.“Bagi gue cinta itu hanya sebuah dongeng yang akan membawa kita jatuh ke dalam kesedihan, Bukan kebahagiaan,cinta juga bakal merebut orang yang kita sayang,” Dicky~*** &nb
Mentari pagi saat itu menyelimuti kawasan JIS ( Jakarta Internasional School). Hari pertama sekolah setelah libur panjang. Hari ini juga hari pertama masuk ke sekolah baru bagi seorang Pria bernama Dicky. Jujur, ia benci dengan Jakarta. Karena kota ini selalu mengingatkannya akan masa lalu yang kelam. Namun apa boleh buat, keputusan ibunya yang membuatnya kembali ke kota ini.Ruang kepsek sekolah itu tak kunjung ia temukan. Sebesar apa sih sekolah ini sampai sampai ruangan kepsek saja sangat sulit ditemukan? Ingin bertanya tapi semua murid sudah masuk ke kelas mereka. Bagaimana ia akan belajar kalau ia tidak tau kelas yang akan ia tepati. "DAMN!" umpatnya."Aduh," Keluh seorang gadis karena tak sengaja tertabrak oleh Dicky."Maaf, gue gak sengaja," ucap Dicky membantu gadis itu b
Siang itu Dicky terheran karena melihat sebuah mobil terpakir di halaman rumah miliknya. Bukan mobil milik ibunya. Siapa yang bertamu ke rumahnya? Mobil yang dilihatnya itu seperti tak asing bagi Dicky. Barulah Dicky tau sang pemilik mobil saat ia melihat plat mobil tersebut. Memori kelam yang selama ini mati-matian di hapus oleh Dicky tiba-tiba kembali. Dengan cepat Dicky masuk ke dalam rumahnya. Berharap bukan orang yang sangat dibencinya itu yang sedang bertamu ke rumahnya.Dan benar ternyata. Orang itu yang sedang bertamu ke rumah Dicky. Memory-memory kelam itu kembali menghampirinya. Dicky terdiam di tempatnya saat melihat orang itu. Rasa benci, sakit, dan trauma bercampur aduk di dalam hatinya. Bahkan Dicky sudah sampai di tahap phobia pada orang yang dilihatnya itu. Ia tak bisa berkata-kata. Orang itu menatap Dicky dengan tatapan berbinar. Tak menyangka anaknya sudah besar dan tampan."Dicky, ini papa nak, kamu sudah besar sekarang, maafin papa selam
Malam itu Dicky sedang berada di dalam kamarnya. Ia tak berniat keluar dari kamarnya. Karena jika ia keluar dari kamarnya, ibunya pasti akan menceramahinya di karenakan sifatnya siang tadi. Memang ia akui, sifatnya tadi sangat kekanak-kanakan. Namun sekali lagi ia memiliki alasan melakukan hal itu. Yang ia lakukan dari tadi hanya memainkan handphone miliknya. Membuka sosial medial miliknya. Huh, sangat membosankan. Namun ceramah dari ibunya akan lebih membosankan jika ia keluar dari kamarnya.Ibu Dicky tiba tiba datang menghampiri Dicky. Tampak wajah ibu Dicky kesal kala itu. Tentunya Dicky tau alasan kekesalan ibunya. Huh, Dicky hanya perlu mengumpulkan kesabaran untuk menghadapi ceramah dari ibunya saat ini."Kenapa ma?" tanya Dicky."Ikut mama, mama perlu ngomong sama kamu," perintah ibu Dicky.Dicky hanya menurut. Dengan malas, ia mengikuti langkah ibunya menuju ruangan TV. Di sana, Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu untuk duduk di
Siang itu sepulang sekolah, Dicky mendapatkan panggilan dari ibunya. Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu menemaninya ke mall untuk berbelanja dan makan siang bersama. Dicky hanya menuruti permintaan ibunya itu. Karena mungkin ia juga sudah lama tidak menikmati waktu bersama dengan ibunya. Ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari sekolahnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya."Kak,""Oh, Tasya, ada apa?""Kak, kakak mau kemana?" tanya Tasya."Ada janji ama nyokap, kamu mau ikut?" ajak Dicky."Emang boleh? Kalau boleh ayo,"Anggukan Dicky kala itu membuat senyuman Tasya mengembang. Mereka berduapun beranjak dari sekolah mereka. Tak lupa Dicky mengabari ibunya bahwa ia akan membawa salah satu temannya. Ibu Dicky mengiyakan. Karena ia tau anaknya tidak suka jika dikira orang-orang berpacaran dengan ibunya sendiri. Memang, setiap Dicky berjalan berdua bersama ibunya, orang-orang yang melihat pasti mengir
Pagi itu Dicky sudah bersiap untuk bersekolah. Ia mendapati ibunya sedang memasak makanan yang akan ia santap pagi itu. Dicky kembali mendapati handphone milik ibunya di meja makan. Membuat ia penasaran dan ingin kembali memeriksa handphone milik ibunya. Dicky masih penasaran dengan orang yang di save ibunya itu dengan tulisan mas. Dan benar saja. Ada sebuah pesan belum terbaca oleh orang yang sama di handphone milik ibunya."Tolong jaga dia untukku, aku belum siap untuk bertemu langsung dengannya,"Jaga? Siapa yang harus dijaga oleh ibunya? Dan bertemu dengan siapa? Permintaan orang ini sangat aneh. Namun dengan cepat Dicky meletakkan kembali handphone milik ibunya. Karena ia pasti akan kena omel jika ketauan mengecek handphone milik ibunya tanpa izin."Dicky, selamat pagi, kamu udah siap? Kebetulan mama baru selesai masak nasi goreng, ayo sarapan dulu," ajak ibu Dicky."Iya ma, selamat pagi," balas Dicky.Dickypun mulai memak
Motor Dicky akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dikenal oleh Dicky. Ia berharap tidak akan bertemu dengan Putri saat ini. Pikirannya sudah kacau saat di mall tadi. Namun harapan Dicky itu tidak terjadi. Saat ia melihat Putri sedang berdiri depan rumah miliknya. Dengan cepat Dicky memalingkan wajahnya. Tasya dapat memahami keadaan yang sedang terjadi kala itu."Kak maaf, karena aku kakak--""Gakpapa Tasya, kakak yang seharusnya minta maaf karena udah nangis di hadapan kamu, maaf ya," timpal Dicky.Dicky tersenyum pada Tasya. Mencoba membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Namun Tasya sekali lagi tau, bahwa Dicky sedang tidak baik-baik saja. Dicky memang bisa menutupi kesedihannya."Tasya," panggil Putri.Tasya menoleh pada Putri. Memberikan Tasya kode agar Tasya masuk ke dalam rumah. Tasyapun menurut dan akhirnya pamit kepada Dicky. Hanya tersisa Dicky dan Putri berdua kala itu. Namun sedikitpun Dicky tak mau menatap P
Dicky dan Tasya saat itu masih berada di restoran. Dicky yang awalnya berniat untuk pulang dari tadi malah menunda untuk pulang karena keasyikan mengobrol dengan Tasya. Dicky akui, Tasya adalah orang yang cerewet. Sangat berbeda dengan Putri kakaknya. Ia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Singapura. Tak terasa, sudah satu jam mereka berada di sana. Namun tiba-tiba Tasya meminta sebuah permintaan yang tak pernah disangka Dicky sebelumnya."Kak, boleh gak kalau kita ke makam Nisa adik kakak itu? Aku mau kenalan sama dia" minta Tasya.Dicky awalnya tampak bingung. Namun Tasya sedikit memaksa dan Dicky akhirnya mengizinkan. Merekapun beranjak dari restoran itu menuju ke makan Nisa. Setibanya di makam Nisa, kesedihan kembali menghampiri Dicky. Ia kembali teringat senyuman dan tingkah-tingkah Nisa yang menggemaskan. Tuhan, apa waktu bisa diputar agar ia bisa melepaskan semua kerinduannya pada Nisa? Tasya melihat kesedihan Dicky dan menguatkan Dicky.&
Dicky saat itu sudah tiba di sebuah restoran tempat ia membuat janji dengan Rey dan Ryan. Di sana Rey, Ryan, Vanessa dan Steffani sudah menunggu kehadiran Dicky. Dicky mencoba untuk tersenyum dan bahagia di hadapan teman-temannya. Walau duka atas kehilangan adiknya masih belum hilang. Karena jika ia masih larut di dalam duka itu, duka yang ia rasakan tidak akan pernah hilang.Obrolan mereka kala itu beragam. Dimulai dari apa yang terjadi di sekolah tadi, sampai membicarakan aib Ryan yang sangat lucu. Dicky bahkan sampai tertawa lepas. Ia juga merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menghiburnya dan menguatkannya saat ia terpuruk. Perkataan Levin mungkin benar. Dicky tak seharusnya keluar dari genk Ryan.Obrolan mereka saat itu berubah tentang ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung tak lama lagi. Vanessa tampak sedikit stress karena ia harus mengejar ketertinggalan pelajaran pasca komanya Rey. Ryan dan Rey bahkan tak terlalu memikirkan tentang ujian itu.
Gue Levin, gue gak suka basa-basi. Mungkin sebagian dari kalian udah tau siapa gue. Walau kalian gak tau sepenuhnya tentang gue. Gue sepupu Thania. Salah satu primadona tercantik di JIS. Mempunyai sepupu yang sangat cantik, bahkan sampai terkenal satu sekolah mungkin menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi gue. Bayangkan saja, dulu hampir setiap hari temen-temen sekelas gue minta nomor Thania ke gue. Thania bahkan sampai kesel ke gue karena gue ngasih nomornya ke orang lain tanpa seizinnya. Gue cuma bilang, "Tenang aja, kalau ada dari mereka yang macam-macam gue bakal tanggung jawab tentang itu,".Namun seperti yang diceritakan Thania sebelumnya, Hanya Ariel yang dapat memenangkan hati Thania. Sepupu gue itu sangat bahagia dengan Ariel. Namun sayang, kebahagiaannya itu hilang saat Ariel pergi untuk selama-lamanya. Hal itu membuat Thania terpuruk bahkan hampir mengakhiri hidupnya. Sejak saat itu gue bertekad, bahwa gue yang akan jadi pelindungnya. Gue gak akan ngebuat di
Dicky sempat terkejut saat tiba-tiba seorang gadis menghampirinya. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri di hadapan Dicky dengan senyumannya. Satu hal yang ada di pikiran Dicky saat melihat senyuman gadis yang menghampirinya itu. Senyumannya sangat manis dan mirip dengan Putri. "Hai kak, kak Dicky kan?" tebak gadis itu. "Iya, siapa ya?" "Aku Tasya kak, aku mau ngasih titipan ini ke kakak, ini dari kak Putri kak," ujar gadis itu memberikan sebuah kotak makanan kepada Dicky. Raut wajah Dicky berubah seketika. Ia tak ingin menerima titipan itu. Karena jika ia menerimanya, Putri akan beranggapan bahwa Dicky sudah memaafkannya dan memberikannya kesempatan padanya untuk mencintai Dicky kembali. "Kak?" panggil Tasya kembali. "Eh iya, sorry, sekarang kakak minta tolong ke kamu, tolong balikin titipan ini ke dia, bilang ke dia kalau kakak gak bakal nerima apapun dari dia lagi," perintah