"Vina aku mau ngomong ama kamu, kamu harus dengerin penjelasan aku dulu,"
***
Vina terus menghindari pria itu saat pria itu terus saja memaksa Vina untuk berbicara dengannya. Vina juga terlihat sangat ketakutan. Tangan Vina juga sampai gemetar. Membuat Thania yang melihat hal itu prihatin sekaligus bertanya, apa urusan Vina dengan lelaki ini. Dicky kelihatannya juga tak bisa menahan emosinya lagi.
"Heh! Lo gak liat apa dia gak mau ngomong ama lo, pergi lo! Jangan deketin Vina lagi," perintah Dicky mendorong lelaki itu.
"Tapi gue harus ngomong ama dia Dicky, please," mohon lelaki itu.
Satu pukulan akhirnya mendarat di wajah lelaki itu. Lelaki itu bahkan sampai terjatuh dibuat oleh Dicky. Dari yang Thania lihat, Dicky dan lelaki itu saling kenal. Namun Dicky terlihat sangat membenci lelaki itu. Thania dengan cepat menahan Dicky yang akan kembali memukul lelaki itu. Lelaki itu bisa tak bernyawa dibuat oleh Dicky.
"
Sejak tadi tak ada percakapan yang terjadi antara Thania dan Dicky. Padahal mereka sudah tiba di Jakarta. Thania masih sama, masih berasa bersalah dan tidak enak pada Dicky. Membuat Thania tak berani mengajak Dicky untuk berbicara. Sedangkan Dicky tak tau harus berbicara apa karena Thania diam. Biasanya Thania akan mengoceh panjang. Tapi tak tau kenapa kali ini Thania hanya diam sepanjang perjalanan. Perut Dicky tiba-tiba berbunyi. Membuat Dicky merasa malu pada Thania. Mengapa perutnya ini tak bisa diajak kompromi. Thania yang mendengar bunyi perut Dicky itu tersenyum geli. Dicky juga tampak menahan laparnya. Sangat lucu menurut Thania. "Kita makan dulu," ujar Thania. "Kamu laper?" "Kamu yang laper Dicky, itu perut udah bunyi, kita mampir ke restoran dulu ya," ajak Thania. "Tapi--" "Heh, aku gak nerima penolakan," ujar Thania. Dicky akhirnya menurut. Thania sedikit beruntung karena bunyi perut Dicky itu. Memb
Hai, aku Thania. Lahir tanggal 1 Februari di Jakarta. Aku adalah anak tunggal dari seorang pemilik restoran terkenal di Jakarta. Ayahku bilang suatu saat nanti aku yang akan melanjutkan bisnis restoran itu. Aku tentunya tak menolak permintaan ayahku itu. Sejak kecil aku selalu dimanja oleh ayah dan ibuku. Apa saja yang kuinginkan pasti akan aku dapatkan. Mereka selalu ada di sisiku saat aku sedih maupun senang. Membuat aku merasa ayah dan ibuku adalah orang tua terbaik di dunia. Sama dengan Putri, aku juga dijuluki primadona di JIS. Banyak yang memuji kecantikanku. Namun sayang aku berbeda dengan Putri yang lebih pendiam. Aku lebih terbuka dan lebih berbaur dengan teman temanku. Mungkin karena aku anak tunggal yang mungkin sering kesepian dirumah. Banyak lelaki yang mencoba mendekatiku di sekolah. Mungkin karena kecantikanku. Tapi aku tak peduli. Karena jika mereka menyukaiku karena kecantikanku, itu hanya perasaan kagum. Bukan cinta. Aku butuh orang yang
Pagi itu Ibu Dicky dan Nisa sudah kembali ke Jakarta. Nisa pagi itu bersikeras untuk sekolah. Padahal ia dan Ibu Dicky baru saja tiba dari Bandung. Dicky yang masih terlelap pagi itu dibangunkan oleh Nisa. Nisa sangat ingin diantarkan sekolah oleh Dicky pagi ini. Mau tak mau Dicky akhirnya bangun dan juga bersiap siap ke sekolahnya. "Ma, Nisa kenapa sekolah hari ini? Kan baru nyampe dari Bandung," tanya Dicky pada ibunya saat sarapan bersama. "Gak tau, dari tadi dia ngotot banget mau sekolah," jawab Ibu Dicky. Nisa saat itu hanya tersenyum pada Dicky yang menatapnya. Ada yang aneh pada Nisa hari ini. Namun ia tak terlalu memikirkan hal itu. Setelah sarapan Dicky akhirnya berangkat untuk mengantarkan Nisa terlebih dahulu. Nisa terlihat lebih ceria hari ini. Nisa banyak bercerita pada Dicky saat itu. Sampai akhirnya motor Dicky berhenti di depan sekoah Nisa. "Kamu yang rajin ya belajarnya, jangan berantem sama teman kamu," ujar Dicky pada Ni
Gue Brayn. Lahir tanggal 3 Januari di Kota Bandung. Gue tinggal ama nyokap sejak kecil. Nyokap gue adalah seorang pemilik hotel mewah di Jakarta. Sejak kecil, gue gak pernah liat sosok bokap di idup gue. Siapa bokap gue, bagaimana bokap gue, gue gak pernah tau. Nyokap bilang, bokap ninggalin dia waktu gue masih di dalam kandungan.Hidup sebagai orang kaya menurut gue sangat tidak menyenangkan. Kalau gue boleh memilih, gue lebih memilih hidup sederhana namun bisa selalu bersama dengan keluarga. Gue bahkan iri sama orang-orang yang bisa hidup bahagia dengan keluarganya. Yang mana anak dan orang tua selalu memiliki waktu untuk berkumpul bersama. Tidak seperti gue yang selalu kesepian karena kesibukan nyokap.Ya, memiliki sebuah hotel mewah di Jakarta membuat nyokap sibuk sampai ia melupakan anaknya. Mungkin aja, nyokap gak pernah tau apa makanan kesukaan gue. Bahkan gue lebih sering curhat ke pembantu gue di rumah dari pada nyokap. Saat makan bersamapun tak ad
Dicky mempercepat laju motornya saat itu menuju sekolah Nisa. Sekali lagi dengan harapan adiknya itu akan baik-baik saja. Dan berharap adiknya tidak menjadi korban karena permusuhannya dengan Levin. Ia tak akan memaafkan dirinya kalau itu sampai terjadi. Tentunya ia juga akan menghabisi Levin.Setibanya di sekolah Nisa, Dicky langsung mencari keberadaan adiknya itu. Namun ia tak menemukan keberadaan adiknya itu di sekolah. Ia juga sudah menghubungi ibunya. Namun ibunya bilang, ia belum menjemput Nisa. Hal itu membuat Dicky semakin khawatir. Dimana keberadaan adiknya sekarang? Padahal sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah untuk Nisa.Namun tiba-tiba Dicky melihat sebuah kerumunan di tengah jalan. Seperti habis terjadi kecelakaan. Dicky mencoba bertanya kepada seseorang yang akan menghampiri kerumunan itu. Dan ternyata benar, habis terjadi kecelakaan kala itu. Orang itu bilang korbannya seorang anak kecil yang ditabrak lari. Membuat Dicky khawatir. Dicky menco
Semua sedang berduka saat itu. Terutama Dicky. Ada rasa bersalah yang besar di hatinya kepada adiknya yang sudah tak bernyawa itu. Ia hanya menatap jenazah adiknya itu dengan tatapan kosong. Rey dan Ryan saat itu yang mengurus semua keperluan untuk pemakaman Nisa. Dan mereka berdua jugalah yang menghalangi siapapun yang ingin mendekati Dicky. Karena mereka paham. Dicky tak ingin didekati saat ini.Sedangkan Ibu Dicky gagal untuk menahan tangisnya dan juga gagal untuk menerima kenyataan. Ia menangis melihat jasad putrinya itu dan berkali-kali pingsan. Mengapa anak bungsunya itu harus pergi secepat ini? Putri dan Thania saat itu hadir bersamaan. Namun mereka tak saling sapa. Ada perasaan canggung di antara mereka berdua. Berjuang untuk mendapatkan hati Dicky membuat hubungan mereka kurang baik dan berakhir dengan tak saling sapa.Thania dan Putri mencoba untuk menghampiri Dicky yang sedang terduduk dengan tatapan kosong itu. Berharap b
Malam itu Dicky bersiap untuk keluar. Ia akan menemui Levin untuk membalaskan dendamnya atas kematian Nisa. Tentunya Dicky berbohong pada ibunya saat meminta izin. Dicky izin pada ibunya untuk menemui Ryan dan Rey. Ia juga ingin menghibur diri katanya. Vina yang saat itu masih berada di kediaman Dicky bersama ibunya tak tau kenapa merasa aneh. Perasaan Vina juga tiba-tiba tidak enak tentang Dicky. Namun Vina hanya diam. Mungkin hanya perasaannya.Dicky menghubungi Rey yang sudah ditugaskannya untuk mencari posisi keberadaan Levin. Rey bilang Levin selalu berkumpul bersama Kemal dan Mondi di basecamp mereka yang tak terlalu jauh dari rumah Dicky. Rey memberikan titik lokasinya. Dan benar saja, Dicky tau tempat itu."Tunggu kita di sana Dicky, gue ama Ryan bakal langsung nyamperin lo," ujar Rey."Gak perlu, gue yang bakal habisin mereka sendiri, ini urusan gue ama Levin," bantah Dicky."Tapi Dicky--"&n
Dicky langsung dibawa ke UGD saat tiba di rumah sakit. Dicky langsung di tangani oleh dokter. Putri dan Thania sangat panik. Mereka tak ingin kehilangan orang yang mereka cintai. Thania sampai menangis kala itu. Ia benar-benar takut kehilangan Arielnya kembali. Putri yang melihat hal itu duduk di samping Thania dan menenangkannya."Hei, kita harus yakin Dicky akan baik-baik saja, ya?" ujar Putri.Sempat ada rasa kagum di hati Thania pada Putri. Di saat seperti ini ia tak mementingkan egonya. Memang benar kata Putri. Di saat seperti ini hanya tenang yang bisa dilakukan. Yakin Dicky akan baik-baik saja. Ibu Dicky akhirnya datang bersama Vina dan ibunya. Tentunya Ibu Dicky menangis sejadi-jadinya. Baru saja ia kehilangan anak bungsunya. Namun kali ini anak sulungnya sedang berada di antara hidup dan mati."Kenapa harus anak-anakku? Kenapa bukan aku saja yang pergi?" ujar Ibu Dicky frustasi.Mendengar perkataan Itu, Vina dan Putri menghampiri Ibu Dicky
Siang itu Dicky terheran karena melihat sebuah mobil terpakir di halaman rumah miliknya. Bukan mobil milik ibunya. Siapa yang bertamu ke rumahnya? Mobil yang dilihatnya itu seperti tak asing bagi Dicky. Barulah Dicky tau sang pemilik mobil saat ia melihat plat mobil tersebut. Memori kelam yang selama ini mati-matian di hapus oleh Dicky tiba-tiba kembali. Dengan cepat Dicky masuk ke dalam rumahnya. Berharap bukan orang yang sangat dibencinya itu yang sedang bertamu ke rumahnya.Dan benar ternyata. Orang itu yang sedang bertamu ke rumah Dicky. Memory-memory kelam itu kembali menghampirinya. Dicky terdiam di tempatnya saat melihat orang itu. Rasa benci, sakit, dan trauma bercampur aduk di dalam hatinya. Bahkan Dicky sudah sampai di tahap phobia pada orang yang dilihatnya itu. Ia tak bisa berkata-kata. Orang itu menatap Dicky dengan tatapan berbinar. Tak menyangka anaknya sudah besar dan tampan."Dicky, ini papa nak, kamu sudah besar sekarang, maafin papa selam
Malam itu Dicky sedang berada di dalam kamarnya. Ia tak berniat keluar dari kamarnya. Karena jika ia keluar dari kamarnya, ibunya pasti akan menceramahinya di karenakan sifatnya siang tadi. Memang ia akui, sifatnya tadi sangat kekanak-kanakan. Namun sekali lagi ia memiliki alasan melakukan hal itu. Yang ia lakukan dari tadi hanya memainkan handphone miliknya. Membuka sosial medial miliknya. Huh, sangat membosankan. Namun ceramah dari ibunya akan lebih membosankan jika ia keluar dari kamarnya.Ibu Dicky tiba tiba datang menghampiri Dicky. Tampak wajah ibu Dicky kesal kala itu. Tentunya Dicky tau alasan kekesalan ibunya. Huh, Dicky hanya perlu mengumpulkan kesabaran untuk menghadapi ceramah dari ibunya saat ini."Kenapa ma?" tanya Dicky."Ikut mama, mama perlu ngomong sama kamu," perintah ibu Dicky.Dicky hanya menurut. Dengan malas, ia mengikuti langkah ibunya menuju ruangan TV. Di sana, Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu untuk duduk di
Siang itu sepulang sekolah, Dicky mendapatkan panggilan dari ibunya. Ibu Dicky memerintahkan anaknya itu menemaninya ke mall untuk berbelanja dan makan siang bersama. Dicky hanya menuruti permintaan ibunya itu. Karena mungkin ia juga sudah lama tidak menikmati waktu bersama dengan ibunya. Ia pun bersiap-siap untuk segera beranjak dari sekolahnya. Namun tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya."Kak,""Oh, Tasya, ada apa?""Kak, kakak mau kemana?" tanya Tasya."Ada janji ama nyokap, kamu mau ikut?" ajak Dicky."Emang boleh? Kalau boleh ayo,"Anggukan Dicky kala itu membuat senyuman Tasya mengembang. Mereka berduapun beranjak dari sekolah mereka. Tak lupa Dicky mengabari ibunya bahwa ia akan membawa salah satu temannya. Ibu Dicky mengiyakan. Karena ia tau anaknya tidak suka jika dikira orang-orang berpacaran dengan ibunya sendiri. Memang, setiap Dicky berjalan berdua bersama ibunya, orang-orang yang melihat pasti mengir
Pagi itu Dicky sudah bersiap untuk bersekolah. Ia mendapati ibunya sedang memasak makanan yang akan ia santap pagi itu. Dicky kembali mendapati handphone milik ibunya di meja makan. Membuat ia penasaran dan ingin kembali memeriksa handphone milik ibunya. Dicky masih penasaran dengan orang yang di save ibunya itu dengan tulisan mas. Dan benar saja. Ada sebuah pesan belum terbaca oleh orang yang sama di handphone milik ibunya."Tolong jaga dia untukku, aku belum siap untuk bertemu langsung dengannya,"Jaga? Siapa yang harus dijaga oleh ibunya? Dan bertemu dengan siapa? Permintaan orang ini sangat aneh. Namun dengan cepat Dicky meletakkan kembali handphone milik ibunya. Karena ia pasti akan kena omel jika ketauan mengecek handphone milik ibunya tanpa izin."Dicky, selamat pagi, kamu udah siap? Kebetulan mama baru selesai masak nasi goreng, ayo sarapan dulu," ajak ibu Dicky."Iya ma, selamat pagi," balas Dicky.Dickypun mulai memak
Motor Dicky akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang sangat dikenal oleh Dicky. Ia berharap tidak akan bertemu dengan Putri saat ini. Pikirannya sudah kacau saat di mall tadi. Namun harapan Dicky itu tidak terjadi. Saat ia melihat Putri sedang berdiri depan rumah miliknya. Dengan cepat Dicky memalingkan wajahnya. Tasya dapat memahami keadaan yang sedang terjadi kala itu."Kak maaf, karena aku kakak--""Gakpapa Tasya, kakak yang seharusnya minta maaf karena udah nangis di hadapan kamu, maaf ya," timpal Dicky.Dicky tersenyum pada Tasya. Mencoba membuktikan bahwa ia baik-baik saja. Namun Tasya sekali lagi tau, bahwa Dicky sedang tidak baik-baik saja. Dicky memang bisa menutupi kesedihannya."Tasya," panggil Putri.Tasya menoleh pada Putri. Memberikan Tasya kode agar Tasya masuk ke dalam rumah. Tasyapun menurut dan akhirnya pamit kepada Dicky. Hanya tersisa Dicky dan Putri berdua kala itu. Namun sedikitpun Dicky tak mau menatap P
Dicky dan Tasya saat itu masih berada di restoran. Dicky yang awalnya berniat untuk pulang dari tadi malah menunda untuk pulang karena keasyikan mengobrol dengan Tasya. Dicky akui, Tasya adalah orang yang cerewet. Sangat berbeda dengan Putri kakaknya. Ia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalamannya selama di Singapura. Tak terasa, sudah satu jam mereka berada di sana. Namun tiba-tiba Tasya meminta sebuah permintaan yang tak pernah disangka Dicky sebelumnya."Kak, boleh gak kalau kita ke makam Nisa adik kakak itu? Aku mau kenalan sama dia" minta Tasya.Dicky awalnya tampak bingung. Namun Tasya sedikit memaksa dan Dicky akhirnya mengizinkan. Merekapun beranjak dari restoran itu menuju ke makan Nisa. Setibanya di makam Nisa, kesedihan kembali menghampiri Dicky. Ia kembali teringat senyuman dan tingkah-tingkah Nisa yang menggemaskan. Tuhan, apa waktu bisa diputar agar ia bisa melepaskan semua kerinduannya pada Nisa? Tasya melihat kesedihan Dicky dan menguatkan Dicky.&
Dicky saat itu sudah tiba di sebuah restoran tempat ia membuat janji dengan Rey dan Ryan. Di sana Rey, Ryan, Vanessa dan Steffani sudah menunggu kehadiran Dicky. Dicky mencoba untuk tersenyum dan bahagia di hadapan teman-temannya. Walau duka atas kehilangan adiknya masih belum hilang. Karena jika ia masih larut di dalam duka itu, duka yang ia rasakan tidak akan pernah hilang.Obrolan mereka kala itu beragam. Dimulai dari apa yang terjadi di sekolah tadi, sampai membicarakan aib Ryan yang sangat lucu. Dicky bahkan sampai tertawa lepas. Ia juga merasa bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang menghiburnya dan menguatkannya saat ia terpuruk. Perkataan Levin mungkin benar. Dicky tak seharusnya keluar dari genk Ryan.Obrolan mereka saat itu berubah tentang ujian kenaikan kelas yang akan berlangsung tak lama lagi. Vanessa tampak sedikit stress karena ia harus mengejar ketertinggalan pelajaran pasca komanya Rey. Ryan dan Rey bahkan tak terlalu memikirkan tentang ujian itu.
Gue Levin, gue gak suka basa-basi. Mungkin sebagian dari kalian udah tau siapa gue. Walau kalian gak tau sepenuhnya tentang gue. Gue sepupu Thania. Salah satu primadona tercantik di JIS. Mempunyai sepupu yang sangat cantik, bahkan sampai terkenal satu sekolah mungkin menjadi satu kebanggaan tersendiri bagi gue. Bayangkan saja, dulu hampir setiap hari temen-temen sekelas gue minta nomor Thania ke gue. Thania bahkan sampai kesel ke gue karena gue ngasih nomornya ke orang lain tanpa seizinnya. Gue cuma bilang, "Tenang aja, kalau ada dari mereka yang macam-macam gue bakal tanggung jawab tentang itu,".Namun seperti yang diceritakan Thania sebelumnya, Hanya Ariel yang dapat memenangkan hati Thania. Sepupu gue itu sangat bahagia dengan Ariel. Namun sayang, kebahagiaannya itu hilang saat Ariel pergi untuk selama-lamanya. Hal itu membuat Thania terpuruk bahkan hampir mengakhiri hidupnya. Sejak saat itu gue bertekad, bahwa gue yang akan jadi pelindungnya. Gue gak akan ngebuat di
Dicky sempat terkejut saat tiba-tiba seorang gadis menghampirinya. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri di hadapan Dicky dengan senyumannya. Satu hal yang ada di pikiran Dicky saat melihat senyuman gadis yang menghampirinya itu. Senyumannya sangat manis dan mirip dengan Putri. "Hai kak, kak Dicky kan?" tebak gadis itu. "Iya, siapa ya?" "Aku Tasya kak, aku mau ngasih titipan ini ke kakak, ini dari kak Putri kak," ujar gadis itu memberikan sebuah kotak makanan kepada Dicky. Raut wajah Dicky berubah seketika. Ia tak ingin menerima titipan itu. Karena jika ia menerimanya, Putri akan beranggapan bahwa Dicky sudah memaafkannya dan memberikannya kesempatan padanya untuk mencintai Dicky kembali. "Kak?" panggil Tasya kembali. "Eh iya, sorry, sekarang kakak minta tolong ke kamu, tolong balikin titipan ini ke dia, bilang ke dia kalau kakak gak bakal nerima apapun dari dia lagi," perintah