Dicky mempercepat laju motornya saat itu menuju sekolah Nisa. Sekali lagi dengan harapan adiknya itu akan baik-baik saja. Dan berharap adiknya tidak menjadi korban karena permusuhannya dengan Levin. Ia tak akan memaafkan dirinya kalau itu sampai terjadi. Tentunya ia juga akan menghabisi Levin.
Setibanya di sekolah Nisa, Dicky langsung mencari keberadaan adiknya itu. Namun ia tak menemukan keberadaan adiknya itu di sekolah. Ia juga sudah menghubungi ibunya. Namun ibunya bilang, ia belum menjemput Nisa. Hal itu membuat Dicky semakin khawatir. Dimana keberadaan adiknya sekarang? Padahal sekarang sudah waktunya jam pulang sekolah untuk Nisa.
Namun tiba-tiba Dicky melihat sebuah kerumunan di tengah jalan. Seperti habis terjadi kecelakaan. Dicky mencoba bertanya kepada seseorang yang akan menghampiri kerumunan itu. Dan ternyata benar, habis terjadi kecelakaan kala itu. Orang itu bilang korbannya seorang anak kecil yang ditabrak lari. Membuat Dicky khawatir. Dicky menco
Semua sedang berduka saat itu. Terutama Dicky. Ada rasa bersalah yang besar di hatinya kepada adiknya yang sudah tak bernyawa itu. Ia hanya menatap jenazah adiknya itu dengan tatapan kosong. Rey dan Ryan saat itu yang mengurus semua keperluan untuk pemakaman Nisa. Dan mereka berdua jugalah yang menghalangi siapapun yang ingin mendekati Dicky. Karena mereka paham. Dicky tak ingin didekati saat ini.Sedangkan Ibu Dicky gagal untuk menahan tangisnya dan juga gagal untuk menerima kenyataan. Ia menangis melihat jasad putrinya itu dan berkali-kali pingsan. Mengapa anak bungsunya itu harus pergi secepat ini? Putri dan Thania saat itu hadir bersamaan. Namun mereka tak saling sapa. Ada perasaan canggung di antara mereka berdua. Berjuang untuk mendapatkan hati Dicky membuat hubungan mereka kurang baik dan berakhir dengan tak saling sapa.Thania dan Putri mencoba untuk menghampiri Dicky yang sedang terduduk dengan tatapan kosong itu. Berharap b
Malam itu Dicky bersiap untuk keluar. Ia akan menemui Levin untuk membalaskan dendamnya atas kematian Nisa. Tentunya Dicky berbohong pada ibunya saat meminta izin. Dicky izin pada ibunya untuk menemui Ryan dan Rey. Ia juga ingin menghibur diri katanya. Vina yang saat itu masih berada di kediaman Dicky bersama ibunya tak tau kenapa merasa aneh. Perasaan Vina juga tiba-tiba tidak enak tentang Dicky. Namun Vina hanya diam. Mungkin hanya perasaannya.Dicky menghubungi Rey yang sudah ditugaskannya untuk mencari posisi keberadaan Levin. Rey bilang Levin selalu berkumpul bersama Kemal dan Mondi di basecamp mereka yang tak terlalu jauh dari rumah Dicky. Rey memberikan titik lokasinya. Dan benar saja, Dicky tau tempat itu."Tunggu kita di sana Dicky, gue ama Ryan bakal langsung nyamperin lo," ujar Rey."Gak perlu, gue yang bakal habisin mereka sendiri, ini urusan gue ama Levin," bantah Dicky."Tapi Dicky--"&n
Dicky langsung dibawa ke UGD saat tiba di rumah sakit. Dicky langsung di tangani oleh dokter. Putri dan Thania sangat panik. Mereka tak ingin kehilangan orang yang mereka cintai. Thania sampai menangis kala itu. Ia benar-benar takut kehilangan Arielnya kembali. Putri yang melihat hal itu duduk di samping Thania dan menenangkannya."Hei, kita harus yakin Dicky akan baik-baik saja, ya?" ujar Putri.Sempat ada rasa kagum di hati Thania pada Putri. Di saat seperti ini ia tak mementingkan egonya. Memang benar kata Putri. Di saat seperti ini hanya tenang yang bisa dilakukan. Yakin Dicky akan baik-baik saja. Ibu Dicky akhirnya datang bersama Vina dan ibunya. Tentunya Ibu Dicky menangis sejadi-jadinya. Baru saja ia kehilangan anak bungsunya. Namun kali ini anak sulungnya sedang berada di antara hidup dan mati."Kenapa harus anak-anakku? Kenapa bukan aku saja yang pergi?" ujar Ibu Dicky frustasi.Mendengar perkataan Itu, Vina dan Putri menghampiri Ibu Dicky
Mata Dicky akhirnya terbuka secara perlahan. Dicky sadar. Ibu Dicky langsung memeluk anak sulungnya itu yang sekarang mungkin sudah berubah status menjadi anak tunggalnya. Ibu Dicky menangis sejadi-jadinya. Bersyukur anak satu-satunya yang ia miliki sekarang itu tak pergi meninggalkannya."Kenapa kamu lakuin ini Dicky? Kenapa kamu bahayain diri kamu? Kenapa kamu juga mau ninggalin mama?" tangis Ibu Dicky."Aku cuma mau ngebales kematian Nisa ma, sekarang aku udah tenang, orang yang ngebunuh Nisa mungkin sudah berada di tempat yang semestinya, aku janji gak bakal kenapa-napa lagi ma," ujar Dicky.Ibu Dicky sedikit tenang mendengar janji anaknya itu. Ryan dan Rey juga sudah mengabari pada Dicky bahwa Rey dan teman temannya juga sudah ditangkap oleh polisi. Membuat Dicky lega. Suka cita saat itu menghapiri. Ryan dan Rey juga ikut memeluk Dicky saat itu. Berharap ini adalah kesedihan terakhir yang ia rasakan.Namun sepertinya harapan itu tidak ter
Putri menangis saat itu di perjalanan pulangnya. Biasanya ia akan pulang bersama Dicky. Menaiki motor yang selalu digunakan oleh Dicky dan memeluk Dicky dari belakang. Ia sangat berharap moment itu kembali. Tapi mungkin harapan itu tidak akan terjadi. Karena ia sudah merelakan Dicky untuk Thania. Tak lupa Putri mengabari Ibu Dicky bahwa ia akan mengikuti kemauan Dicky."Ma, ini Putri, Maaf Putri mundur ma, mungkin ini yang terbaik, biar Thania yang melanjutkan perjuangan Putri untuk mendapatkan keyakinan hati Dicky, Putri gak nyerah kok ma, tapi Putri cuma mengalah, karena mungkin dengan ini Dicky bisa mempercayai cinta lagi, maafin Putri udah ngebuat Dicky gak mempercayai cinta lagi, tapi Putri harap keputusan yang Putri ambil ini bisa ngebuat Dicky mempercayai cinta lagi,"Putri menangis saat mengetik pesan itu. Ia tak kuat menahan sakit di hatinya. Perasaan tak rela itu saat itu masih ada di hatinya walau ia sudah berusaha merelakan Dicky untuk
Ibu Dicky dan Ibu Vina sempat terkejut saat keluar dari ruang inap milik Dicky. Ia melihat Thania sedang tertidur di sebuah bangku yang berada di di depan ruang inap Dicky. Ibu Dicky langsung membangunkan Thania dengan lembut. Ada perasaan bersalah pada Thania. Bahkan juga dengan Putri. Namun apa boleh buat. Sifat keras kepala anaknya itu tak bisa ia lawan."Thania, hey, bangun sayang," ujar Ibu Dicky lembut.Thaniapun bangun. Ibu Dicky memeluk Thania hangat saat itu. Merasa kasihan pada Thania. Ia sudah berkorban terlalu besar untuk membuktikan cintanya pada Dicky. Kesalnya, Ibu Dicky tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Sekali lagi Ibu Dicky tak bisa melawan sifat keras kepala dari anaknya. Air mata Thania kembali mengalir saat berada di pelukan Ibu Dicky."Ma, gimana keadaan Dicky?" tanya Thania."Dicky udah baikan kok, kamu kenapa gak pulang sayang? Kamu harus istirahat, besok kamu kan sekolah," tanya Ibu Dicky mengelus rambut Thania.&
Pagi itu Dicky sudah bersiap-siap untuk bersekokah kembali. Setelah sudah hampir seminggu ia tidak bersekolah. Vina dan keluarganya juga sudah kembali ke Bandung. Rasanya pagi ini Dicky tak ada semangat untuk bersekolah. Berbeda pagi itu rasanya. Dicky menghampiri ibunya yang saat itu sudah menunggunya di meja makan. Mencoba tersenyum agar ibunya juga tersenyum. Berharap pagi ini tidak ada kesedihan yang akan menghampiri ia dan ibunya lagi."Pagi ma,""Pagi sayang, ayo sini sarapan, kamu mau sarapan apa?" tanya Ibu Dicky."Nasi goreng aja ma,"Dicky mulai memakan nasi goreng yang sudah disiapkan oleh ibunya itu. Sunyi rasanya pagi itu. Tak ada senyuman dan tawa Nisa yang biasanya menghiasi kebersamaan keluarga kecil Dicky di meja makan. Senyuman terakhir Nisa di hari terakhirnya itu kembali teringat oleh Dicky. Membuat Dicky kembali merindukan adiknya itu. Hampir saja Dicky meneteskan air matanya. Namun Ibu Dicky dengan cepat menguatkan anak s
Dicky sempat terkejut saat tiba-tiba seorang gadis menghampirinya. Ia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri di hadapan Dicky dengan senyumannya. Satu hal yang ada di pikiran Dicky saat melihat senyuman gadis yang menghampirinya itu. Senyumannya sangat manis dan mirip dengan Putri. "Hai kak, kak Dicky kan?" tebak gadis itu. "Iya, siapa ya?" "Aku Tasya kak, aku mau ngasih titipan ini ke kakak, ini dari kak Putri kak," ujar gadis itu memberikan sebuah kotak makanan kepada Dicky. Raut wajah Dicky berubah seketika. Ia tak ingin menerima titipan itu. Karena jika ia menerimanya, Putri akan beranggapan bahwa Dicky sudah memaafkannya dan memberikannya kesempatan padanya untuk mencintai Dicky kembali. "Kak?" panggil Tasya kembali. "Eh iya, sorry, sekarang kakak minta tolong ke kamu, tolong balikin titipan ini ke dia, bilang ke dia kalau kakak gak bakal nerima apapun dari dia lagi," perintah