Sekarang kita panggil Anastasya dengan nama barunya yaitu Alina.
Alina sedang berada di pesawat menuju Bali. Alina akan mengadakan jumpa fans di sana setelah Novel terbarunya mencapai 500.000 pembelian. Alina terlihat tidak fokus, entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ethan menatap Alian dengan penuh kecemasan karena Alina tidak pernah seperti ini sebelumnya.
Ethan meraih tangan Alina dan sedikit mengelus lalu bertanya, "Apa semua baik-baik saja Alina?"
Alina yang lemas mencoba tersenyum ceria. Seraya menatap kedua mata Ethan ia menjawab, "Aku baik-baik saja, mungkin karena sedikit lelah, dan sebaiknya kamu lepaskan tanganku atau aku akan memukulmu Ethan."
Ethan sontak melepaskan tangan Alina, karena Alina tidak main-main dengan perkataannya jika sudah seperti itu. Alina tidak suka disentuh oleh Ethan, karena khawatir ada salah paham nanti di perusahaan Ethan. Baik Alina dan Ethan kini menatap ke arah yang berbeda.
Awan putih yang tepat berada di samping Alina membuatnya teringat kembali pada Clara. Alina kini merasa takut Clara akan mencari tahu kebenaran tentangnya. Alina belum siap bertemu dengan orang-orang yang dulu ia kenal.
"Aku belum sukses, aku masih perlu banyak menabung, jika aku ketahuan sekarang, maka kemungkinan aku akan kembali ke rumah Ayah, aku tidak ingin kembali tinggal bersama Ibu tiri itu," batin Alina. Dan tanpa sadar air matanya menetes.
Ethan menyadari hal itu dan merasa ada yang tidak beres. Ethan tahu bahwa ada yang Alina sembunyikan darinya. Ethan tidak bisa melihat Alina yang bersedih, karena Ethan terbiasa dengan Alina yang ceria walaupun Alina kadang terlihat menyeramkan.
Beberapa jam kemudian mereka telah tiba di Bali. Ethan dan Alina segera menuju hotel di mana sudah mereka pesan sebelumnya secara online. Sesampainya di hotel, Alina segera memutuskan untuk beristirahat.
"Apa lagi yang kamu tunggu Ethan, kenapa kamu masih berada di kamarku?"
Ethan menatap Alina dengan wajah tersenyum kemudian menjawab pertanyaan Alina, "Maafkan aku karena aku tidak mengatakannya lebih awal, tapi kita hanya memesan satu kamar hotel karena setiap kamar hotel di sini penuh."
Alina melihat Ethan dengan wajah datar.
"Tidak Alina, kamu jangan marah dulu, aku akan tidur di sofa, aku akan menjaga jarak darimu, dan aku juga tidak akan mengganggu dirimu," lanjut Ethan.
Alina bukannya tidak percaya pada Ethan, hanya saja Alina tidak suka menjadi pusat perhatian karena Ethan seperti yang kita tahu, dia adalah owner dari sebuah perusahaan besar. Tapi sebenarnya Alina sangat percaya pada setiap ucapan Ethan.
Tiba-tiba Alina merubah ekspresi wajahnya yang tadinya datar menjadi senyuman yang indah. Alina mendekati Ethan tanpa berkata lalu entah apa yang merasuki Alina, ia justru bersandar pada bahu bidang Ethan.
"Aku tidak marah, aku harap semua akan baik-baik saja," ucap Alina.
Bagai memenangkan sebuah kejuaraan internasional, hati Ethan terasa sangat bahagia dan jantungnya tidak bisa berdegup dengan normal. Ethan khawatir Alina akan menyadari hal itu.
"Ada apa ini, selama ini aku tidak pernah seperti ini … ayolah jantung, tenanglah, kau membuatku malu saja," batin Ethan.
Tiba-tiba Alina melihat ke arah Ethan, karena Ethan tidak berkata apa-apa. Ethan menyadari hal itu, dan mencoba untuk tenang sebelum berkata.
Ethan menepuk pelan bahu Alina, “Iya semua pasti akan baik-baik saja, dan jika nanti tidak baik-baik saja maka aku yang akan membuatnya menjadi baik-baik saja.”
Alina mengangguk kemudian dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Ethan pergi ke lobi untuk mengambil makanan yang dia pesan secara online. Selama Alina mandi, Alina menyesali perbuatannya yang bersandar pada Ethan tadi. Alina menarik kuat rambutnya karena malu.
“Argh, aku ini kenapa, apa aku sudah gila, bagaimana bisa aku melakukan hal itu padanya, apa yang akan dia pikirkan sekarang tentang diriku … entahlah aku tidak peduli.”
Setelah selesai berganti pakaian, Alina mencari keberadaan Ethan. Tapi Alina tidak dapat menemukannya.
“Apa Ethan belum kembali? Apa yang membuatnya begitu lama?” Akhirnya Alina memutuskan untuk menyusul Ethan ke lobi.
***
Alina mencari Ethan di setiap sudut lobi, akan tetapi Alina tidak menemukan Ethan dimanapun. Alina menggerutu karena tidak menemukan Ethan.
“Kenapa dia tidak bicara padaku lebih dulu jika dia ingin pergi ke suatu tempat, jika seperti ini aku yang bingung harus mencarinya kemana.” Alina pun akhirnya berjalan kembali menuju kamarnya.
Dari kejauhan, ada seorang pria dan wanita melihat ke arah Alina dengan curiga. Perlahan tapi pasti mereka mendekati Alina tanpa ragu. Sedangkan Alina tidak menyadarinya.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu sampai pada Alina. Wanita itu menahan lengan Alina yang menyebabkan langkah kaki Alina terhenti. Alina pun menoleh ke arah belakang, penasaran siapa yang menahannya.
Setelah ia menoleh, alangkah terkejutnya Alina melihat kedua orang yang ada di hadapannya kini. Alina perlahan menelan salivanya dengan cemas. Seketika Alina bisa merasakan bahwa keringat mulai menetes dari punggung nya.
“Kak Ica, Bang Mizwar, astaga aku terjebak,” batin Alina.
Ternyata kedua orang itu adalah saudara sepupu Alina. Mereka berdua sepertinya mengenali Alina karena mereka tahu cara berjalan Alina yang pincang.
Alina mencoba tetap tenang, akan tetapi kehadiran mereka berdua benar-benar membuat Alina cemas. Karena terlalu takut, Alina mulai merasa pusing, sepertinya tekanan darah Alina tiba-tiba turun. Ditambah lagi sesaat kemudian salah satu dari mereka mulai berkata.
“Kamu pasti Anastasya,” ucap Ica.
Alina terkadang bisa menjadi orang yang sulit untuk berbohong, ditambah lagi itu adalah keluarganya.
“Hancur, hancur sudah kehidupanku,” batin Alina dengan tetap diam tanpa menjawab apa-apa.
Kaki Alina terasa semakin lemas, keseimbangan Alina mulai hilang dan hampir jatuh. Untung saja Ethan datang dan merangkul Alina sehingga Alina masih bisa berdiri. Ethan melihat sekilas ke arah Alina yang sudah terlihat sangat pucat.
Ica dan Mizwar heran melihat Alina yang tiba-tiba pucat dan lemas itu. Mereka pun semakin yakin bahwa itu adalah Anastasya.
Akan tetapi sesaat kemudian, Ethan menatap Ica dan Mizwar lalu berkata, “Maaf, dia adalah kekasihku dan dia juga sedang sakit sejak tadi … dan juga dia bukan Anastasya, namanya Alina Bellezza, aku rasa kalian salah orang.”
Mizwar segera menolak pernyataan Ethan yang menyangkal bahwa Alina bukanlah Anastasya, “Tidak, dia adalah adik kami Anastasya, kami tidak mungkin salah, aku sangat tahu bagaimana adikku.”
Ethan kesal karena Mizwar mengajaknya berdebat, sedangkan Ethan sangat khawatir dengan kondisi Alina. Ethan menatap tajam ke arah Mizwar dengan marah.
“Sudah aku katakan dia bukan Anastasya, dia Alina, kamu pasti tahu bukan bahwa di dunia ini setiap manusia memiliki 7 orang yang memiliki wajah yang sama (Mizwar hendak memotong perkataan Ethan) tidak, aku tidak ingin mendengar apa-apa darimu, kalian tidak melihat kondisi kekasihku ini, kalau begitu permisi.”
Ethan pun akhirnya menggendong Alina menuju kamar hotel mereka. Sedangkan Ica dan Mizwar menatap dari kejauhan.
“Kak Ica, aku sangat yakin itu adalah Anastasya, aku akan membuktikannya, firasatku tidak akan salah tentang ini,” tutur Mizwar.
Ica yang memiliki keyakinan yang sama pun mengangguk lalu menyahut perkataan Mizwar, “Cari tahu dengan baik, katakan padaku jika butuh bantuan.”
Bersambung…
Belum sempat Alina dan Ethan sampai di kamar hotel, ada seorang wanita yang tiba-tiba menarik Ethan. Alina pun terlepas dari genggaman Ethan dan terjatuh. Akan tetapi Alina yang masih lemas itu tidak bisa bangun dan masih tetap pada posisi jatuhnya.Ethan berusaha membangunkan Alina kembali, tapi wanita itu kembali menarik Ethan. Ethan menoleh ke arah wanita itu karena kesal.Ethan terkejut, “Yunda?” ucap Ethan pada wanita yang sedari tadi menarik dirinya.“Apa yang kamu lakukan di sini?” lanjut Ethan.“Bukankah aku yang seharusnya bertanya seperti itu padamu Ethan? Aku adalah tunanganmu dan bagaimana bisa kamu berada di sini dengan wanita pincang ini?” Ethan segera melihat ke arah Alina yang ternyata kini sudah pingsan. Ethan segera menghampirinya dan menggendongnya. Yunda yang berpakaian seksi itu mendekati Ethan lagi kemudian mendorong tubuh Ethan agar lepas tubuh Alina darinya.Ethan pun marah dan terjadilah pertengkaran di antara mereka berdua. Dan di saat pertengkaran itu terja
Ethan baru saja keluar dari hotel setelah ia tidak menemukan siapa-siapa di dalam kamar. Ethan juga tidak bisa menghubungi Alina sama sekali karena ponsel Alina tertinggal di kamar.Ethan segera menghubungi Yunda tanpa ragu. Ethan"Dimana kamu sembunyikan Alina?" tanya Ethan begitu Yunda mengangkat teleponnya. Yunda (V.O)"Apa yang kamu katakan Ethan? Tiba-tiba saja kamu berkata seperti itu padaku, menuduhku dengan sembarang." Ethan"Kamu tidak perlu berbohong, aku tahu bahwa kamu sudah mengirim salah satu pengawal mu untuk menculik Alina kan?" Yunda"Wah, Ethan kamu membuatku sakit hati, bagaimana bisa kamu menuduhku seperti ini." Ethan"Jika sampai Alina terluka sedikit saja, maka kamu akan menanggung akibat yang tidak pernah kamu bayangkan."Ethan mengakhiri panggilan telepon itu dengan penuh amarah.Yunda melihat ke smartphone-nya setelah Ethan mematikan telepon. Kemudian Yunda menoleh ke sampingnya dimana Alina sedang duduk di kursi dalam keadaan terikat."Kamu juga akan
Ethan yang bersembunyi di balik gedung lain melihat Alina dari kejauhan yang masuk ke dalam restoran bersama Elis. Dari tatapan Ethan ke Alina saat ini penuh dengan tanda tanya. Beberapa saat kemudian Yunda menghampiri Ethan.Yunda menyilangkan kedua tangannya di depan, "Aku sudah bebaskan dia, sekarang kamu harus menghilang dari hadapannya," ucap Yunda.Ethan menoleh ke arah Yunda dan menatapnya dengan tajam, "Ingat Yunda, aku melakukan ini semua karena terpaksa," jawab Ethan kemudian berjalan menuju mobilnya.Yunda tersenyum puas, "Saat ini kamu akan terpaksa, tapi nanti kamu pasti akan berterima kasih padaku karena kamu telah aku jauhkan dari si pincang itu," gumam Yunda.***"Apa? Ethan meminta-mu untuk menggantikan dia untuk acara jumpa fans besok?" tanya Alina terkejut."Iya Kak, aku diminta oleh Pak Ethan untuk menemani Kakak besok, dan untuk lebih jelasnya nanti Kakak akan temukan di kamar hotel katanya."Seketika Alina teringat apa yang dikatakan oleh Yunda beberapa saat yang
Alina pergi ke salon pagi ini untuk memotong rambut panjangnya yang indah. Wanita itu selama ini menyukai rambut panjang dan Ethan juga begitu. Tapi kini ketika ia melihat rambut panjangnya dia ingat akan Ethan yang sering memuji rambut panjangnya itu."Mau potong sependek apa Kak?" tanya hairstylist.Alina menatap wajahnya di depan kaca seraya mengingat momen yang telah terjadi pada hidupnya selama ini. Ia pun menguatkan dirinya dan mengatakan bahwa dia harus berubah."Messy Short Hair," jawab Alina."Oke," respon hairstylist tanpa menolak atau memberi saran lain."Aku tidak ingin diajak bicara selama proses potong rambut selesai," sambung Alina tanpa melihat ke arah hairstylist.Hairstylist itu paham bahwa Alina pasti sedang mengalami kesulitan. Dia pun diam saja selama memotong rambut Alina. Sedangkan wanita yang sedang galau itu melihat setiap helai dari rambutnya yang terjatuh setelah dipotong. Dan lagi-lagi ia meneteskan air matanya.Setelah Alina selesai potong rambut, ia juga
Alina mencari kalung emas pertamanya yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Alina baru sadar telah kehilangan kalungnya ketika ia sudah tiba di rumah. Mau tidak mau Alina kembali menyusuri setiap jalan yang ia lalui tadi siang."Aku sudah dari salon, toko baju, cafe … dimana aku menjatuhkannya?" gumam Alina.Seraya mondar-mandir di depan cafe, Alina mengingat-ingat lagi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini."Oh iya, aku tadi sempat berada di jalan panjang yang biasanya menjadi tempat balapan liar apa ya sebutannya … oh ya arena balap, sialnya kenapa aku tadi bisa berada di sana? Hari mulai gelap, dan jalanan itu sangat panjang." Dengan lemas dan mengeluh Alina menuju jalan itu dengan diiringi helaan napas berkali-kali.***Terdengar suara bising knalpot motor dari segerombolan orang yang akan mengadakan balap liar malam ini. Masing-masing dari mereka memamerkan suara yang keluar dari motor mereka.Sorak-sorai penonton juga meramaikan tempat itu. Siska yang menjadi rebutan malam
Clara sudah kembali ke kantor, Lita terlihat masih kesal pada Clara. Belum selesai urusan mereka setelah bertemu dengan Alina dan Clara juga telah memberikan semua tugas nasabah bermasalahnya pada Lita."Aku akan meminta putus hari ini juga," benak Lita yang sudah muak dengan Clara.Clara bekerja seperti biasanya, tapi kini Clara mempunyai partner baru karena ada karyawan yang baru saja direkrut. Lita merasa sangat lega karena tidak perlu selalu bersama dengan Clara sekarang.Tapi Clara menyadari bahwa Lita masih marah padanya dan mencoba untuk menenangkan hati Lita lagi. Mulai dari kata-kata manis seperti biasanya hingga mencoba mencium Lita.Tapi Lita tetap teguh pada pendiriannya saat ini, ditambah lagi selama Clara pergi Lita telah dekat dengan seorang laki-laki tampan dan normal. Lita mulai merasa bahwa ia akan kembali seperti dulu lagi yang normal sebelum ia bertemu dengan Clara. Lita juga tidak merespon apapun dari setiap bujuk rayu Clara.Setelah semua pekerjaan selesai, Anton
Alina bangun setelah pingsan lagi selama 1 jam. Alina memegangi perutnya yang terasa sakit seraya melihat ke sekeliling. Alina melihat Fathan dan Jonathan yang sedang berdebat.Alina mencoba untuk duduk, "Aw," rintih Alina merasakan sakit di bagian perutnya.Fathan dan Jonathan melihat ke arah Alina bersamaan. "Dia udah sadar, cepet panggil Dokter!" titah Fathan."Eh, kok kamu nyuruh nyuruh aku, kamu aja lah yang panggil, luka kamu juga nggak separah luka aku," tolak Jonathan.Alina mengernyitkan dahinya mendengar pertengkaran mereka perkara hal sepele itu. Kemudian Alina melepaskan infus dari tangannya dan hendak turun dari kasur.Fathan dan Jonathan serempak menahan Alina dengan memegang tangan Alina. Alina hanya diam dan terlihat kesal.Fathan dan Jonathan melepaskan tangan mereka dari Alina, "Maafkan kami, kami cuma nggak mau kamu pergi sekarang sebelum diperiksa Dokter lagi," ucap Fathan dan Jonathan mengangguk.Alina menghela napas, "Aku tidak apa-apa, ada urusan yang harus aku
Alina berbaring di atas kasur dengan enggan. Alina merasa sangat bosan, semua novel daringnya sudah update dan juga ia sudah menyiapkan cerita untuk selanjutnya. Alina mencoba mencari ide untuk cerita komik yang mereka bahas 3 hari yang lalu ketika rapat. Tapi tidak ada satu ide pun yang terlintas di benaknya. Walaupun Alina sudah mencoba dengan keras memikirkannya."Haah, ada apa dengan diriku, kenapa akhir-akhir ini aku tidak fokus, aku harus mencari hobi baru untuk mengalihkan pikiranku."***"Ayo kita adakan pertandingan lagi," pinta Siska.Fathan hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Siska yang merasa diabaikan itu pun merajuk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria tampan itu. Hingga tanpa sengaja ponsel Fathan terjatuh.Harun tiba di saat yang sama dan segera mengambil ponsel Fathan yang jatuh dan memberikannya. Lalu Harun menarik Siska keluar dari ruang tamu rumah Fathan."Apa sih Harun, kamu ini ganggu aja," bantak Siska."Siska kamu ini ya bodoh banget, Fathan mungkin masih tr
Pada hari dimana Alina pulang, Rio tetap mengikuti Alina dan tentu saja itu atas perintah dari Ethan. Rio menjadi pengawal pribadi penulis itu untuk sementara walaupun tidak diketahui olehnya.Begitu Rio sedang bersantai sejenak tidak jauh dari rumah Alina. Tiba-tiba saja beberapa orang keluar dari rumah itu dengan membawa Alina yang pingsan dalam gendongan seorang pria. Rio pun segera menghubungi Ethan karena ia merasa ada yang tidak beres dari itu.“Iya Pak, aku nggak tau siapa mereka. Tapi dari gaya pakainya, kayaknya mereka geng motor lain.”“Ya udah, ikutin terus mereka dan bagi lokasi kamu padaku. Aku akan menyusul dengan beberapa orang sebentar lagi.”“Baik Pak.”Rio pun mengikuti perintah Ethan dan terus mengikuti penculikan Alina dari belakang. Ia melakukannya secara hati-hati agar tidak ketahuan. Karena jika ketahuan bisa saja nanti orang itu akan menyakiti Alina di depan Rio sebagai ancaman.“Kenapa mereka pergi jauh banget,” gumam Rio melihat Alina dibawa ke sebuah desa ya
Alina telah tiba di rumahnya dengan rasa lelah di sekujur tubuhnya. Ia memang kurang beristirahat semenjak kehadiran Fathan ke resort.Alina memarkirkan mobilnya kemudian menurunkan semua bahan makanan yang telah ia beli tadi. Setelah itu ia menuju bunga kaktus untuk mengambil kunci rumah.Dengan tertatih-tatih ia membawa masuk satu persatu semua makanan ke dalam rumah dan hanya menyisakan pakaian di dalam mobil. Ia meletakkan semuanya di dapur dan nanti baru ia akan rapikan setelah ia beristirahat sejenak di kamarnya.Penulis cantik itu berbaring di atas kasurnya dengan nyaman. Perlahan-lahan rasa kantuk mulai menerpanya. Baru saja ia menutup matanya untuk tidur, tiba-tiba saja seseorang yang belum sempat ia lihat wajahnya menutup wajahnya dengan sapu tangan. Dan sapu tangan itu sudah diberi obat bius sebelumnya. Sehingga hanya dalam beberapa saat saja wanita itu tidak berdaya tanpa sempat melawan.Tawa kebahagiaan terdengar dengan jelas dari Siska. Ia sangat senang melihat apa ya y
Jonathan dan yang lainnya sudah mulai melaksanakan rencana mereka untuk menculik Alina kembali. Beberapa orang dari geng motor Jonathan mengawasi gerak-gerik yang terjadi di sekitar rumah Fathan. Dan sebagai besar lainnya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh street motorcycle. Sedangkan Jonathan, Siska dan beberapa sisa anggota geng bruiser mencoba menerobos masuk ke rumah Alina. Awalnya mereka mematikan listrik rumah Alina dengan cara mengendap-endap supaya tidak terlihat di kamera CCTV.Setelah listriknya mati, otomatis kamera CCTV itu juga mati. Mereka yang sejak tadi menunggu di luar pun segera memanjat pagar termasuk juga Siska.Jonathan menoleh ke belakang dan melihat adegan di mana Siska mendarat dengan selamat. Musuh geng street motorcycle itu pun bertepuk tangan untuk nya.“Wah Siska, hanya dalam beberapa waktu aja, kamu udah banyak kepandaian sekarang,” puji Jonathan.“Cih, kamu nggak tau ya kalau aku ini memang banyak kepandaian,” jawab Siska.“Bos ngapain? Cepetan ke sin
Alina menyiapkan makanan untuk Fathan. Banyak lauk yang dibuat oleh penulis cantik itu. Ia juga menata makanan itu dengan rapi di atas meja.“Wah, kenapa makan-makanan ini terlihat kayak seni. Kalau di makan kayaknya sayang, tapi makanan ini juga keliatan enak banget,” puji Fathan.Penulis cantik itu tersenyum bangga atas itu. “Oke silakan makan!” Alina pun mempersilakan Fathan untuk menikmati hidangan yang sudah ia masak. Pria tampan itu juga langsung memakannya tanpa henti karena ia sudah merasa sangat lapar.Melihat Fathan makan dengan lahap, itu membuat Alina sangat senang. Ia sangat bahagia apabila ada yang menikmati makanan yang ia buat, ia sangat menghargai itu. Lalu penulis cantik itu menuju meja yang di sana laptopnya sudah menyala, ia siap untuk menulis.Fathan yang sedang asyik makan pun hampir tidak menyadari bahwa Alina tidak bergabung dengannya untuk makan. Begitu ketua geng motor itu merasa haus dan mencari segelas air segar, ia melihat Alina yang sedang serius di depa
“Kenapa Fathan nggak balik-balik ya? Udah 2 jam ini, ngapain aja dia. Di telepon juga hpnya enggak di bawa.”Perut Alina mulai keroncongan. Badannya juga agak lemas karena belum sarapan.“Ya udahlah aku ke restoran sendiri aja. Fathan mah lama.”Akhirnya Alina pun menuju restoran untuk sarapan. Awalnya dia memang hendak sarapan bersama dengan Fathan, tapi setelah ia sudah rapi dan memakai make up ketua geng motor itu tidak kunjung datang.Alina pun berjalan seraya terus mengeluh karena lamanya Fathan. “Cuma disuruh beli itu aja lama. Ngapain coba dia di minimarket? Bersemedi apa ya?”Ethan yang sejak tadi menunggu Alina pun tampak senang melihat kedatangan penulis itu. “Kenapa dia berjalan seperti itu? Apa dia sedang kesal?”Alina duduk di salah satu meja yang kosong dan segera memesan makanan. Sembari menunggu ia menonton video singkat di ponselnya.Ethan sedang menyiapkan mentalnya untuk mendekati Alina. Dia mulai mengatur napasnya agar dirinya bisa tetap tenang.“Oke aku sekarang s
Alina dan Fathan sudah kembali ke resort setelah hari hampir senja. Canda tawa mengiringi perjalanan mereka menuju ke resort. Dan dari kejauhan Ethan melihat mereka berdua berjalan sangat natural seperti sepasang kekasih yang telah lama menjalin kasih. Hati CEO tampan itu terasa seperti sedang disayat-sayat. Wajahnya merah padam dan tangannya mengepal dengan erat. Rio dan pengawal lainnya melihat reaksi Ethan. Dan mereka pun hanya bisa diam tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka juga takut pada Ethan jika CEO itu mulai marah.“Rio, besok pagi kamu harus jauhkan Alina dari pria gila itu darinya. Aku akan menemui Alina ketika pria itu tidak ada, agar tidak ada pengganggu nantinya!” perintah Ethan.“Baik Pak,” jawab Rio patuh. ‘Aduh malam ini aku harus cari ide yang bagus untuk itu, kalau gagal bisa bahaya aku. Karena ini adalah masalah percintaan,’ batin Rio.***“Kamu mau aku masakin mie instan nggak?” tawar Alina.Fathan yang sedang membalas pesan grup geng motornya pun menoleh ke ara
Fathan tidak menjawab perkataan Alina cukup lama. “Ya udah kalau nggak mau … kamu tidur aja di luar ini,” ucap Alina lalu berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Fathan kemudian menahan tangan penulis itu.“Apa lagi?”“Kalau memang kamu mengizinkan, aku mau,” jawabnya.“Baiklah kamu bisa satu kamar denganku, eeem kalau begitu ikutlah denganku,” ajak Alina.Alina mengajak Fathan untuk tidur satu kamar dengannya bukan tanpa alasan. Ia merasa khawatir akan keadaan pria tampan itu nantinya. Fathan memang sangat pandai dalam berkelahi, akan tetapi Alina baru saja mengetahui bahwa pria mabuk tadi adalah anggota preman yang cukup terkenal di sana, dan ia pun menjadi khawatir.Wanita itu pun mau tidak mau harus mengajaknya karena kasihan dan ditambah lagi ketika Alina mendengar alasannya datang ke sana karena ingin terus melihat penulis itu. Entah kenapa Alina merasa ia tidak bisa membiarkan Fathan begitu saja.Setelah beberapa saat mereka berjalan, Alina dan Fathan tiba. “Kamu bisa meletak
Fathan baru tiba di Berau sehari setelah ia mendapatkan informasi dari Lisa. Ia baru bisa pergi karena ada urusan lain di geng motornya.Tapi karena Fathan pergi tanpa rencana apapun, pria tampan itu belum pesan kamar di resort yang cukup dekat dengan wisata danau labuan cermin. Pria itu pun masuk ke salah satu resort untuk melakukan pemesanan kamar.Begitu ia hendak memesan kamar, ada seorang pria mabuk menabraknya. “Kamu kalau berdiri liat-liat dong,” cetus pria asing itu.“Maaf bro, bukan salahku. Kamu yang salah, siang bolong kok mabok,” celetuk Fathan tidak terima.“Ealah, cecengut ini malah nyolot. Ngajak berantem kamu ha? Ayo sini lawan aku kalau kamu jantan!” tantang pria asing itu.“Aduh Pak, jangan bertengkar di sini,” keluh resepsionis.“Mbak, saya mah nggak mau ribut. Tapi pria ini yang nyolot,” tutur Fathan dalam posisi siaga jika saja pria asing itu menyerangnya.“Kenapa kamu diam? Takutkan kamu sama aku?” “Udah Kak, jangan diladeni dia,” ujar resepsionis.“Saya mah ba
“Aku tidak ingin pergi ke luar negeri,” keluh Yunda pada Ethan.Ethan dan Yunda kini sedang berada di rumah mewah milik keluarga Yunda. Hari ini wanita kaya itu di jadwalkan pergi ke Singapura untuk urusan bisnis keluarganya dan harus menetap di sana selama enam bulan.“Haaaa, Ma,,, aku tidak ingin menjadi perwakilan perusahaan,” rengek Yunda pada Elisa Mamanya.“Sayang, lagi pula pernikahan kamu dan Ethan kan masih tahun depan. Karena tahun ini masih banyak pekerjaan baik di keluarga Ethan maupun keluarga kita,” ucap Elisa memberi pengertian pada anaknya itu.Yunda menatap kedua mata Ethan dengan sangat dalam. Seperti ia sedang berbicara lewat telepati pada pria tampan itu. Ia seperti sedang mengancamnya agar jangan sampai bertemu dengan Alina.Ethan hanya diam dan tidak merespon tatapan Yunda. Ia terus saja memasang wajah ramah pada Elisa agar tidak ada kecurigaan.“Kamu ini lo Yun, tidak malu pada Ethan? Kita ini sudah biasa dengan semua kegiatan ini dan di kedepannya juga pasti se