Alina pergi ke salon pagi ini untuk memotong rambut panjangnya yang indah. Wanita itu selama ini menyukai rambut panjang dan Ethan juga begitu. Tapi kini ketika ia melihat rambut panjangnya dia ingat akan Ethan yang sering memuji rambut panjangnya itu.
"Mau potong sependek apa Kak?" tanya hairstylist.
Alina menatap wajahnya di depan kaca seraya mengingat momen yang telah terjadi pada hidupnya selama ini. Ia pun menguatkan dirinya dan mengatakan bahwa dia harus berubah.
"Messy Short Hair," jawab Alina.
"Oke," respon hairstylist tanpa menolak atau memberi saran lain.
"Aku tidak ingin diajak bicara selama proses potong rambut selesai," sambung Alina tanpa melihat ke arah hairstylist.
Hairstylist itu paham bahwa Alina pasti sedang mengalami kesulitan. Dia pun diam saja selama memotong rambut Alina. Sedangkan wanita yang sedang galau itu melihat setiap helai dari rambutnya yang terjatuh setelah dipotong. Dan lagi-lagi ia meneteskan air matanya.
Setelah Alina selesai potong rambut, ia juga mengecat rambutnya yang hitam pekat itu menjadi warna warna biru dan silver. Alina merasa seperti sedang memberontak, akan tetapi tidak tahu pada siapa.
Beberapa jam kemudian Alina sudah selesai dari salon dan kini ia menuju toko pakaian. Ia melihat pakaian dan celana yang selama ini ia hindari karena malu akan kakinya yang tidak seimbang.
"Alina kamu harus menerima dirimu apa adanya sekarang, orang yang selama ini kamu percayai sudah pergi tanpa alasan yang jelas, keluargamu lebih sering meremehkanmu, dan orang disekitarmu hanya fisiklah yang mereka lihat … mulai sekarang, kamu akan mencintai dirimu sendiri dan jangan pernah dengarkan semua perkataan orang-orang yang ingin membuat mentalmu kembali jatuh," benak Alina berkata pada dirinya sendiri.
Alina memasuki toko pakaian itu dan membeli berbagai macam celana panjang dan pendek, kaus, jaket pria, sepatu dan aksesoris lainnya. Setelah membayar Alina segera mengganti pakaiannya yang tadinya pakaian kasual dengan rok panjangnya kini ia ganti dengan gaya tomboy.
"Em, sepertinya aku tetap harus memakai silikon peninggi badan untuk kaki kananku, karena jika aku tidak memakai itu akan membuatku sulit untuk berjalan," gumam Alina.
Setelah Alina memeriksa sekali lagi penampilannya dan merasa bahwa itu tidak terlalu buruk. Walau memang terlihat cukup jelas perbedaan antara kedua kakinya itu.
"Ingat Alina, jangan cemaskan penampilanmu, cintai dirimu dan jangan hiraukan batu batu kerikil di sekitarmu," ucap Alina cukup keras sehingga terdengar dari luar ruang ganti di toko itu.
Pria yang sedang duduk menunggu Alina keluar menoleh ke arah ruang ganti setelah mendengar wanita itu berkata seperti itu. Di saat itu pula Alina keluar dengan senyuman di wajahnya, pria itu memperhatikannya dari atas kepala hingga kaki dan mengerti apa yang dikatakan oleh Alina di dalam ruang ganti.
Alina menoleh ke arah pria yang memperlihatkannya itu dengan tatapan datar dan tidak peduli. Alina mengalihkan kembali tatapannya ke depan seraya menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan kirinya.
Harun berlari menuju toko pakaian dengan secarik kertas di tangannya. Ia mencari Fathan sahabatnya yang sedang berada di toko itu. Dari kejauhan Harun melihat Fathan berada di dekat ruang ganti, dan Fathan sedang melihat ke arah wanita tomboy yang baru saja keluar dari ruang ganti itu.
Wanita tomboy yang tidak lain adalah Alina juga melewati Harun. Harun juga terdiam sejenak melihat tatapan dingin dari Alina yang terasa menusuk itu.
Setelah Alina melewatinya dan keluar dari toko, Harun berkata, "Wah, ada apa dengan wanita itu? Apa dia anaknya Elsa Frozen?"
Harun geleng-geleng kepala kemudian kembali menghampiri Fathan. Tapi Fathan masih terdiam dan melihat ke arah Alina yang sudah tidak terlihat lagi.
Harun melihat heran ke arah Fathan, kemudian Harun memukul kuat punggung Fathan untuk menyadarkannya. Seketika Fathan terlihat kesal pada Harun seraya memegang punggungnya.
"Makanya kalau dipanggil orang itu jawab, ini," ucap Harun seraya menyerahkan secarik kertas tadi pada Fathan.
Fathan mengambil kertas itu, "Apa ini?"
"Baca aja sendiri."
Fathan membuka kertas itu dan membacanya dalam hati, "Apa? Geng Bruiser ngajak balapan dan taruhannya adalah Siska?"
"Iya Fathan, padahal kamu masih pendekatan sama Siska, kayaknya geng Bruiser emang suka cari masalah sama kamu deh."
"Sialan Jonathan, ini pasti dia yang punya ide."
"Kayaknya iya, soalnya dari yang aku denger, Jonathan juga suka sama Siska."
"Kampret kamu Jonathan, ayo kita pergi sekarang."
"Kemana Fathan? Kan Jonathan ngajak balapan nanti malam."
"Iya sekarang aku harus siapin motorku biar menang, bego banget sih kamu."
"Oh iya juga ya, ayo."
***
Terdengar suara tawa elegan dari beberapa orang di ruang tamu mewah keluarga Ethan dan Yunda yang sedang mengadakan pertemuan keluarga untuk membahas pernikahan mereka. Ethan terlihat merespon dengan sewajarnya, sedangkan Yunda terlihat sangat senang karena rencananya berhasil dan sebentar lagi ia akan menikah dengan Ethan.
"Yunda sangat cantik, pintar dan modis," puji Tiara Mama Ethan.
"Hahaha, Ethan juga sangat tampan dan cool," jawab Manda Mama Yunda.
Papa Ethan dan Yunda saling berbincang bicara soal bisnis. Yunda terus saja memandang ke arah Ethan dengan bahagia. Lalu Ethan yang enggan berada di sana beradu pandang dengan Yunda, Yunda pun segera tersenyum manis pada Ethan.
"Dasar rubah licik," batin Ethan kemudian teringat kejadian dimana Ethan terpaksa meninggalkan Alina.
***
Flashback di malam Alina di culik.
Ethan berlari dengan tergesa-gesa menuju alamat yang diberikan oleh Yunda. Ethan sampai terjatuh dan terluka di bagian lengannya. Kemudian Ethan melihat lagi pesan yang diberikan oleh Yunda.
"Datanglah ke perkemahan semilangka dalam satu jam, jika terlambat entah apa yang akan aku lakukan pada wanita pincang ini."
"Aish, sialan rubah licik ini, kenapa dia bisa melakukan hal terhina seperti ini? Kenapa dia terobsesi padaku," geram Ethan kemudian kembali berlari.
Beberapa saat kemudian Ethan sampai di tenda milik Yunda. Di depan tenda ada 2 pengawal yang menjaga pintu masuk. Di saat yang sama Yunda keluar dan mengajak Ethan masuk ke dalam tenda.
Di dalam tenda itu tampak luas, terdapat kursi dan meja yang sudah disiapkan oleh Yunda. Ethan duduk tepat di seberang Yunda. Wanita itu tersenyum licik seraya menuangkan minuman untuk Ethan.
"Aish, Yunda terima kasih kamu telah menyiapkan ini semua, tempat ini terlihat sangat mewah dan megah walaupun ini hanya di dalam tenda … tapi kenapa aku tidak melihat dimana keberadaan Alina?" ucap Ethan dengan angkuh tidak ingin kalah dengan aura kuat yang dipancarkan oleh Yunda.
Yunda tersenyum kesal, "Apa hanya dia yang selalu jadi prioritas-mu? Kenapa kamu selalu saja seperti itu jika menyangkut dirinya?"
"Tentu saja," jawab Ethan tanpa ragu.
"Jangan bilang kamu benar-benar menyukai gadis cacat itu?"
Ethan memukul meja itu hingga retak, "Jaga ucapan-mu Yunda, dia seperti itu bukan sejak lahir."
"Wah, lihatlah caramu marah dengan mata yang membara itu, sepertinya kamu bisa saja membakar-ku jika aku bermain-main dengannya?"
"Bukan hanya dirimu, tapi semua yang bersangkutan dengan keselamatan Alina akan aku hancurkan, jadi cepat katakan dimana Alina dan apa yang sudah kamu lakukan padanya?"
Yunda berdiri menuju salah satu lemari yang ada di dalam tenda itu, lalu mengambil tablet dari dalam laci lalu kembali menuju Ethan. Wanita jahat itu meletakkan satu tangannya di bahu kanan Ethan dengan lembut lalu tubuh Yunda mendekat ke wajah Ethan.
"Akan aku tunjukkan sesuatu padamu."
Yunda masih di posisi sebelumnya, dan kini Yunda meletakkan tablet itu di meja yang memperlihatkan Alina yang terikat di ruangan gelap dengan salah satu pengawalnya yang siap melakukan pelecehan pada Alina. Ethan sangat terkejut karena pada saat itu Alina terlihat dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Ethan memegang kerah Yunda dengan kuat dan mengancamnya agar tidak macam-macam pada Alina. Akan tetapi Yunda dengan santai dan tidak merasa bersalah justru tertawa.
"Apa yang akan kamu lakukan padaku sekarang tidak akan membuat pengawalku berhenti."
Ethan sangat kesal dan marah, tubuh Ethan sampai bergetar karena terlalu marah dan ingin segera melampiaskannya pada Yunda.
"Apa yang kamu inginkan Yunda?"
"Aku ingin dirimu."
Ethan menampar Yunda dengan kuat. Pengawalnya yang berada di luar segera masuk ke dalam setelah mendengar suara itu.
Yunda memberi isyarat agar pengawalnya tidak menyakiti Ethan. Ethan masih mencengkram erat kerah baju Yunda.
"Kalau kamu benar-benar ingin membebaskan Alina kamu harus menikah denganku, karena aku tidak akan pernah berhenti mengganggu Alina. Dan seperti yang kamu lihat, aku bisa menghancurkan kehidupan Alina sekarang dengan hebat," ucap Yunda kemudian tertawa jahat.
"Dasar kamu …."
"Apa? Kenapa? Pilihan ada di tanganmu sekarang … oh, dan asal kamu tahu saja, aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan."
Ethan sekali lagi menatap ke layar tablet yang masih menyala itu. Alina yang pingsan dan pengawal yang siap melaksanakan tugasnya begitu perintah diberikan. Ethan menghela napas panjang dan menyetujuinya.
"Oke, karena kamu sudah setuju, ayo tandatangani surat perjanjian ini d
an setelah itu kamu dilarang untuk menemui Alina lagi sampai pernikahan kita diadakan," tutur Yunda dengan bahagia.
Bersambung…
Alina mencari kalung emas pertamanya yang ia beli dari jerih payahnya sendiri. Alina baru sadar telah kehilangan kalungnya ketika ia sudah tiba di rumah. Mau tidak mau Alina kembali menyusuri setiap jalan yang ia lalui tadi siang."Aku sudah dari salon, toko baju, cafe … dimana aku menjatuhkannya?" gumam Alina.Seraya mondar-mandir di depan cafe, Alina mengingat-ingat lagi tempat-tempat yang ia kunjungi hari ini."Oh iya, aku tadi sempat berada di jalan panjang yang biasanya menjadi tempat balapan liar apa ya sebutannya … oh ya arena balap, sialnya kenapa aku tadi bisa berada di sana? Hari mulai gelap, dan jalanan itu sangat panjang." Dengan lemas dan mengeluh Alina menuju jalan itu dengan diiringi helaan napas berkali-kali.***Terdengar suara bising knalpot motor dari segerombolan orang yang akan mengadakan balap liar malam ini. Masing-masing dari mereka memamerkan suara yang keluar dari motor mereka.Sorak-sorai penonton juga meramaikan tempat itu. Siska yang menjadi rebutan malam
Clara sudah kembali ke kantor, Lita terlihat masih kesal pada Clara. Belum selesai urusan mereka setelah bertemu dengan Alina dan Clara juga telah memberikan semua tugas nasabah bermasalahnya pada Lita."Aku akan meminta putus hari ini juga," benak Lita yang sudah muak dengan Clara.Clara bekerja seperti biasanya, tapi kini Clara mempunyai partner baru karena ada karyawan yang baru saja direkrut. Lita merasa sangat lega karena tidak perlu selalu bersama dengan Clara sekarang.Tapi Clara menyadari bahwa Lita masih marah padanya dan mencoba untuk menenangkan hati Lita lagi. Mulai dari kata-kata manis seperti biasanya hingga mencoba mencium Lita.Tapi Lita tetap teguh pada pendiriannya saat ini, ditambah lagi selama Clara pergi Lita telah dekat dengan seorang laki-laki tampan dan normal. Lita mulai merasa bahwa ia akan kembali seperti dulu lagi yang normal sebelum ia bertemu dengan Clara. Lita juga tidak merespon apapun dari setiap bujuk rayu Clara.Setelah semua pekerjaan selesai, Anton
Alina bangun setelah pingsan lagi selama 1 jam. Alina memegangi perutnya yang terasa sakit seraya melihat ke sekeliling. Alina melihat Fathan dan Jonathan yang sedang berdebat.Alina mencoba untuk duduk, "Aw," rintih Alina merasakan sakit di bagian perutnya.Fathan dan Jonathan melihat ke arah Alina bersamaan. "Dia udah sadar, cepet panggil Dokter!" titah Fathan."Eh, kok kamu nyuruh nyuruh aku, kamu aja lah yang panggil, luka kamu juga nggak separah luka aku," tolak Jonathan.Alina mengernyitkan dahinya mendengar pertengkaran mereka perkara hal sepele itu. Kemudian Alina melepaskan infus dari tangannya dan hendak turun dari kasur.Fathan dan Jonathan serempak menahan Alina dengan memegang tangan Alina. Alina hanya diam dan terlihat kesal.Fathan dan Jonathan melepaskan tangan mereka dari Alina, "Maafkan kami, kami cuma nggak mau kamu pergi sekarang sebelum diperiksa Dokter lagi," ucap Fathan dan Jonathan mengangguk.Alina menghela napas, "Aku tidak apa-apa, ada urusan yang harus aku
Alina berbaring di atas kasur dengan enggan. Alina merasa sangat bosan, semua novel daringnya sudah update dan juga ia sudah menyiapkan cerita untuk selanjutnya. Alina mencoba mencari ide untuk cerita komik yang mereka bahas 3 hari yang lalu ketika rapat. Tapi tidak ada satu ide pun yang terlintas di benaknya. Walaupun Alina sudah mencoba dengan keras memikirkannya."Haah, ada apa dengan diriku, kenapa akhir-akhir ini aku tidak fokus, aku harus mencari hobi baru untuk mengalihkan pikiranku."***"Ayo kita adakan pertandingan lagi," pinta Siska.Fathan hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Siska yang merasa diabaikan itu pun merajuk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria tampan itu. Hingga tanpa sengaja ponsel Fathan terjatuh.Harun tiba di saat yang sama dan segera mengambil ponsel Fathan yang jatuh dan memberikannya. Lalu Harun menarik Siska keluar dari ruang tamu rumah Fathan."Apa sih Harun, kamu ini ganggu aja," bantak Siska."Siska kamu ini ya bodoh banget, Fathan mungkin masih tr
Fathan menatap mata Alina dengan baik. Ia mencoba mencari jawaban dari apa yang Alina lakukan saat ini. Wanita yang tidak pernah ia sangka bisa berbicara seperti itu. Wanita yang selama ini terus saja bersikap acuh tak acuh dan dingin.Lalu ketika Fathan mendengar kembali pertanyaan dari Ethan. Terlihat di wajah Alina bahwa ia cemas dan tidak menjawab. Lalu entah dari mana keberanian dan pikiran itu muncul, Fathan menjawab pertanyaan Ethan dengan mantap."Iya, kami berpacaran."Alina, Ethan dan Harun sama-sama terkejut mendengar jawaban dari Fathan. Ethan menatap Alina cukup lama, sedangkan Alina mengalihkan pandangannya dari Ethan. Tidak ada pembicaraan apa-apa lagi setelah itu.Ethan pergi meninggalkan Alina begitu saja. Tapi terlihat jelas di mata Ethan bahwa ia merasa kecewa mendengar jawaban dari Fathan. Tapi Ethan juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia sudah melukai perasaan Alina dan ia juga tidak berani untuk bertanya lebih jauh.Harun mendekati Alina seraya melihat ke arah Et
Fathan berlari dengan kencang kemudian melayangkan tendangan pada Jonathan. Jonathan melihat Fathan yang terlihat sangat marah. Pria jahat itu memerintahkan gengnya untuk tetap membawa Alina. Tapi Fathan segera meminta anggota gengnya menghalang anggota geng Jonathan."Hah, Fathan, sebaiknya kamu nggak usah ikut campur urusan aku," ucap Jonathan.Fathan melihat Alina kini sudah berada di tangan gengnya. Fathan mendekati Alina dan memakaikan jaketnya pada Alina. Lalu meminta Harun untuk membawa Alina ke ke rumahnya."Woy!" pekik Jonathan dengan penuh amarah."Aku nggak tau kalau kamu bakalan berbuat serendah ini Jonathan, kamu bener-bener sampah." Fathan mulai memukul Jonathan begitu ia mengakhiri ucapannya. Jonathan terkena pukulan itu dan membalasnya. Anggota geng yang lain juga ikut berkelahi satu sama lain di gang sempit dan gelap itu.Fathan berkali-kali memukul wajah Jonathan karena telah lancang mencium Alina dengan paksa. Jonathan pun melawan balik dengan menendang Fathan lalu
Lisa baru bangun dari tidurnya, ia merasa sangat lelah mengingat kejadian malam itu. Lisa masih merasa sedikit syok dengan apa yang ia lihat semalam. Ia masih saja merasakan cemas terhadap Alina, walaupun Alina telah mengirimi ia pesan."Apa aku coba hubungi Alina lagi ya?" batin Lisa.Akhirnya Lisa mengambil ponsel-nya dan menghubungi Alina. Tapi sudah beberapa kali Lisa menghubunginya Alina tidak menjawab sama sekali.Lisa mulai mondar-mandir kesana kemari seraya menggigit jarinya. Lalu terlintas di benaknya untuk menghubungi Ethan, karena bisa saja Ethan sedang berada di kantor yang sama dengan Alina. Tapi setelah berdering satu kali, Lisa segera mematikan panggilan telepon itu."Tidak tidak, jika aku menghubungi Ethan, Alina bakalan marah sama aku, padahal Alina sudah berpesan bahwa aku tidak boleh menghubungi Ethan jika itu bersangkutan dengan dia."Lisa pun meletakkan ponsel-nya di meja dan hendak mandi. Tapi begitu Lisa berpaling, ponselnya berdering. Lisa segera menoleh dan me
Indah mendekati Fathan di dekat pintu masuk dengan sedikit berlari. “Fathan, gadis itu sudah sadar kembali,” ucap Indah.“Benar Ma? Kalau gitu kenapa Mama ke sini? Harusnya Mama stay di sana dong.”“Iya, tapi gadis itu mau ketemu sama kamu.”“Iya?”Fathan segera bergegas menuju ruangan di mana Alina berada.***Alina melihat kedatangan Fathan. Fathan terlihat sedang mengatur pernapasannya karena ia datang dengan berlari. Fathan mendekati Alina di tempat tidur rumah sakit,“Kamu nyari aku?” tanya Fathan.Alina mengangguk.“Kenapa?”Alina menatap kedua mata Fathan, “Terima kasih, terima kasih banyak kamu telah membantuku sejauh ini, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku tidak bertemu denganmu waktu itu, dan aku juga tidak tahu bagaimana keadaanku saat ini jika malam itu kamu tidak datang membantuku, terima kasih juga kepada semua teman-teman-mu terutama Mama-mu yang sudah merawat-ku di rumah kalian. Aku tidak tahu harus membalasnya bagaimana, tapi jika kalian membutuhkan b
Pada hari dimana Alina pulang, Rio tetap mengikuti Alina dan tentu saja itu atas perintah dari Ethan. Rio menjadi pengawal pribadi penulis itu untuk sementara walaupun tidak diketahui olehnya.Begitu Rio sedang bersantai sejenak tidak jauh dari rumah Alina. Tiba-tiba saja beberapa orang keluar dari rumah itu dengan membawa Alina yang pingsan dalam gendongan seorang pria. Rio pun segera menghubungi Ethan karena ia merasa ada yang tidak beres dari itu.“Iya Pak, aku nggak tau siapa mereka. Tapi dari gaya pakainya, kayaknya mereka geng motor lain.”“Ya udah, ikutin terus mereka dan bagi lokasi kamu padaku. Aku akan menyusul dengan beberapa orang sebentar lagi.”“Baik Pak.”Rio pun mengikuti perintah Ethan dan terus mengikuti penculikan Alina dari belakang. Ia melakukannya secara hati-hati agar tidak ketahuan. Karena jika ketahuan bisa saja nanti orang itu akan menyakiti Alina di depan Rio sebagai ancaman.“Kenapa mereka pergi jauh banget,” gumam Rio melihat Alina dibawa ke sebuah desa ya
Alina telah tiba di rumahnya dengan rasa lelah di sekujur tubuhnya. Ia memang kurang beristirahat semenjak kehadiran Fathan ke resort.Alina memarkirkan mobilnya kemudian menurunkan semua bahan makanan yang telah ia beli tadi. Setelah itu ia menuju bunga kaktus untuk mengambil kunci rumah.Dengan tertatih-tatih ia membawa masuk satu persatu semua makanan ke dalam rumah dan hanya menyisakan pakaian di dalam mobil. Ia meletakkan semuanya di dapur dan nanti baru ia akan rapikan setelah ia beristirahat sejenak di kamarnya.Penulis cantik itu berbaring di atas kasurnya dengan nyaman. Perlahan-lahan rasa kantuk mulai menerpanya. Baru saja ia menutup matanya untuk tidur, tiba-tiba saja seseorang yang belum sempat ia lihat wajahnya menutup wajahnya dengan sapu tangan. Dan sapu tangan itu sudah diberi obat bius sebelumnya. Sehingga hanya dalam beberapa saat saja wanita itu tidak berdaya tanpa sempat melawan.Tawa kebahagiaan terdengar dengan jelas dari Siska. Ia sangat senang melihat apa ya y
Jonathan dan yang lainnya sudah mulai melaksanakan rencana mereka untuk menculik Alina kembali. Beberapa orang dari geng motor Jonathan mengawasi gerak-gerik yang terjadi di sekitar rumah Fathan. Dan sebagai besar lainnya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh street motorcycle. Sedangkan Jonathan, Siska dan beberapa sisa anggota geng bruiser mencoba menerobos masuk ke rumah Alina. Awalnya mereka mematikan listrik rumah Alina dengan cara mengendap-endap supaya tidak terlihat di kamera CCTV.Setelah listriknya mati, otomatis kamera CCTV itu juga mati. Mereka yang sejak tadi menunggu di luar pun segera memanjat pagar termasuk juga Siska.Jonathan menoleh ke belakang dan melihat adegan di mana Siska mendarat dengan selamat. Musuh geng street motorcycle itu pun bertepuk tangan untuk nya.“Wah Siska, hanya dalam beberapa waktu aja, kamu udah banyak kepandaian sekarang,” puji Jonathan.“Cih, kamu nggak tau ya kalau aku ini memang banyak kepandaian,” jawab Siska.“Bos ngapain? Cepetan ke sin
Alina menyiapkan makanan untuk Fathan. Banyak lauk yang dibuat oleh penulis cantik itu. Ia juga menata makanan itu dengan rapi di atas meja.“Wah, kenapa makan-makanan ini terlihat kayak seni. Kalau di makan kayaknya sayang, tapi makanan ini juga keliatan enak banget,” puji Fathan.Penulis cantik itu tersenyum bangga atas itu. “Oke silakan makan!” Alina pun mempersilakan Fathan untuk menikmati hidangan yang sudah ia masak. Pria tampan itu juga langsung memakannya tanpa henti karena ia sudah merasa sangat lapar.Melihat Fathan makan dengan lahap, itu membuat Alina sangat senang. Ia sangat bahagia apabila ada yang menikmati makanan yang ia buat, ia sangat menghargai itu. Lalu penulis cantik itu menuju meja yang di sana laptopnya sudah menyala, ia siap untuk menulis.Fathan yang sedang asyik makan pun hampir tidak menyadari bahwa Alina tidak bergabung dengannya untuk makan. Begitu ketua geng motor itu merasa haus dan mencari segelas air segar, ia melihat Alina yang sedang serius di depa
“Kenapa Fathan nggak balik-balik ya? Udah 2 jam ini, ngapain aja dia. Di telepon juga hpnya enggak di bawa.”Perut Alina mulai keroncongan. Badannya juga agak lemas karena belum sarapan.“Ya udahlah aku ke restoran sendiri aja. Fathan mah lama.”Akhirnya Alina pun menuju restoran untuk sarapan. Awalnya dia memang hendak sarapan bersama dengan Fathan, tapi setelah ia sudah rapi dan memakai make up ketua geng motor itu tidak kunjung datang.Alina pun berjalan seraya terus mengeluh karena lamanya Fathan. “Cuma disuruh beli itu aja lama. Ngapain coba dia di minimarket? Bersemedi apa ya?”Ethan yang sejak tadi menunggu Alina pun tampak senang melihat kedatangan penulis itu. “Kenapa dia berjalan seperti itu? Apa dia sedang kesal?”Alina duduk di salah satu meja yang kosong dan segera memesan makanan. Sembari menunggu ia menonton video singkat di ponselnya.Ethan sedang menyiapkan mentalnya untuk mendekati Alina. Dia mulai mengatur napasnya agar dirinya bisa tetap tenang.“Oke aku sekarang s
Alina dan Fathan sudah kembali ke resort setelah hari hampir senja. Canda tawa mengiringi perjalanan mereka menuju ke resort. Dan dari kejauhan Ethan melihat mereka berdua berjalan sangat natural seperti sepasang kekasih yang telah lama menjalin kasih. Hati CEO tampan itu terasa seperti sedang disayat-sayat. Wajahnya merah padam dan tangannya mengepal dengan erat. Rio dan pengawal lainnya melihat reaksi Ethan. Dan mereka pun hanya bisa diam tidak bisa melakukan apa-apa. Mereka juga takut pada Ethan jika CEO itu mulai marah.“Rio, besok pagi kamu harus jauhkan Alina dari pria gila itu darinya. Aku akan menemui Alina ketika pria itu tidak ada, agar tidak ada pengganggu nantinya!” perintah Ethan.“Baik Pak,” jawab Rio patuh. ‘Aduh malam ini aku harus cari ide yang bagus untuk itu, kalau gagal bisa bahaya aku. Karena ini adalah masalah percintaan,’ batin Rio.***“Kamu mau aku masakin mie instan nggak?” tawar Alina.Fathan yang sedang membalas pesan grup geng motornya pun menoleh ke ara
Fathan tidak menjawab perkataan Alina cukup lama. “Ya udah kalau nggak mau … kamu tidur aja di luar ini,” ucap Alina lalu berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Fathan kemudian menahan tangan penulis itu.“Apa lagi?”“Kalau memang kamu mengizinkan, aku mau,” jawabnya.“Baiklah kamu bisa satu kamar denganku, eeem kalau begitu ikutlah denganku,” ajak Alina.Alina mengajak Fathan untuk tidur satu kamar dengannya bukan tanpa alasan. Ia merasa khawatir akan keadaan pria tampan itu nantinya. Fathan memang sangat pandai dalam berkelahi, akan tetapi Alina baru saja mengetahui bahwa pria mabuk tadi adalah anggota preman yang cukup terkenal di sana, dan ia pun menjadi khawatir.Wanita itu pun mau tidak mau harus mengajaknya karena kasihan dan ditambah lagi ketika Alina mendengar alasannya datang ke sana karena ingin terus melihat penulis itu. Entah kenapa Alina merasa ia tidak bisa membiarkan Fathan begitu saja.Setelah beberapa saat mereka berjalan, Alina dan Fathan tiba. “Kamu bisa meletak
Fathan baru tiba di Berau sehari setelah ia mendapatkan informasi dari Lisa. Ia baru bisa pergi karena ada urusan lain di geng motornya.Tapi karena Fathan pergi tanpa rencana apapun, pria tampan itu belum pesan kamar di resort yang cukup dekat dengan wisata danau labuan cermin. Pria itu pun masuk ke salah satu resort untuk melakukan pemesanan kamar.Begitu ia hendak memesan kamar, ada seorang pria mabuk menabraknya. “Kamu kalau berdiri liat-liat dong,” cetus pria asing itu.“Maaf bro, bukan salahku. Kamu yang salah, siang bolong kok mabok,” celetuk Fathan tidak terima.“Ealah, cecengut ini malah nyolot. Ngajak berantem kamu ha? Ayo sini lawan aku kalau kamu jantan!” tantang pria asing itu.“Aduh Pak, jangan bertengkar di sini,” keluh resepsionis.“Mbak, saya mah nggak mau ribut. Tapi pria ini yang nyolot,” tutur Fathan dalam posisi siaga jika saja pria asing itu menyerangnya.“Kenapa kamu diam? Takutkan kamu sama aku?” “Udah Kak, jangan diladeni dia,” ujar resepsionis.“Saya mah ba
“Aku tidak ingin pergi ke luar negeri,” keluh Yunda pada Ethan.Ethan dan Yunda kini sedang berada di rumah mewah milik keluarga Yunda. Hari ini wanita kaya itu di jadwalkan pergi ke Singapura untuk urusan bisnis keluarganya dan harus menetap di sana selama enam bulan.“Haaaa, Ma,,, aku tidak ingin menjadi perwakilan perusahaan,” rengek Yunda pada Elisa Mamanya.“Sayang, lagi pula pernikahan kamu dan Ethan kan masih tahun depan. Karena tahun ini masih banyak pekerjaan baik di keluarga Ethan maupun keluarga kita,” ucap Elisa memberi pengertian pada anaknya itu.Yunda menatap kedua mata Ethan dengan sangat dalam. Seperti ia sedang berbicara lewat telepati pada pria tampan itu. Ia seperti sedang mengancamnya agar jangan sampai bertemu dengan Alina.Ethan hanya diam dan tidak merespon tatapan Yunda. Ia terus saja memasang wajah ramah pada Elisa agar tidak ada kecurigaan.“Kamu ini lo Yun, tidak malu pada Ethan? Kita ini sudah biasa dengan semua kegiatan ini dan di kedepannya juga pasti se