Terkesiap, Zavy nyaris terlonjak dari kursinya. Dia langsung menoleh dan menjawab tegas, “Vinna, kau sedang mabuk. Sebaiknya kau tidak usah bicara terlebih dahulu. Fokuslah menyetir.” Zavy kembali menghadapkan wajahnya ke depan. Dia jauh lebih khawatir ketimbang nona sopir di sebelahnya.
“Tidak. Tidak. Aku tidak mabuk. Aku sadar sekarang,” tepis Vinna dengan suara serak tapi jelas.Meskipun memang sedikit mabuk, Vinna sadar apa yang dia bicarakan. Dia terus bicara walaupun Zavy menyuruhnya berhenti. Selama dalam perjalanan Vinna menceritakan permasalahan yang sedang dia hadapi, lalu berharap dia menemukan solusinya pada pria tampan di sebelahnya ini.“Zavy, aku mau dinikahkan sama pria tua bangka penyakitan yang jeleknya minta ampun. Ya, sebagian besar orang akan berpikir sebaiknya tidaklah mengapa karena duit dia banyak. Tapi aku tidak suka dan tidak akan pernah mau. Najis!” sungut Vinna dengan wajah yang ketus.“Masih ada cara lain untuk membayar utang keluargamu di Bank Platinum dan mencari pinjaman baru. Tidak mungkin tidak ada jalan lain.”“Wayne Chad akan brutal kalau dalam waktu dua minggu kami tidak bisa melunasi utang lama. Parahnya, perusahaan bakal dipastikan pailit oleh pengadilan.”Wayne Chad akan memberikan kelonggaran terhadap utang lama dan memberikan dana segar yang baru jika Vinna mau menjadi istrinya meskipun dalam waktu yang tak lama. Dari sanalah Keluarga Charlton beranggapan bahwa masih untung Vinna tidak menyerahkan dirinya begitu saja, dengan kata lain Vinna bukan seorang pelacur, melainkan istri sah.Bisa jadi setelah satu atau dua tahun pernikahan, di saat perusahaan telah bangkit dan utang telah lunas semua, barulah Wayne Chad akan menceraikan Vinna. Hal tersebut sudah masuk dalam kesepakatan awal di antara Keluarga Charlton dan Wayne Chad. Kedua pihak setuju dan sama-sama diuntungkan dalam hal ini.Namun,Vinna tetap tidak sudi walaupun dia bukanlah dianggap sebagai pelacur kotor. “Aku pernah menolak pria konglomerat karena aku tidak suka. Entahlah sudah berapa pria biasa-biasa saja yang aku campakkan. Aku hanya ingin fokus mengurus perusahaan keluarga yang hampir hancur ini. Belum terpikir ingin menikah.”‘Kau Presiden Direktur yang jutek!’ umpat Zavy dalam hati.Ketika Charlton Property Group di bawah kepemimpinan Ferdy Charlton, utang perusahaan jauh lebih banyak dan manajemen pun jauh lebih buruk dari sekarang. Namun, perusahaan berguyur bangkit saat di bawah kendali Vinna Charlton. Lebih dari separuh utang telah terlunaskan tanpa harus bertindak aneh-aneh dan segelintir pejabat dan karyawan korup pun telah lenyap.“Sekarang, mereka masih saja menjadikan aku sebagai alat agar perusahaan keluarga seratus persen lepas dari masalah dan membaik,” keluh Vinna dengan raut wajah yang amat kesal. “Aku tidak mengungkit kebaikan dan pencapaianku selama tiga tahun terakhir semenjak aku menjabat sebagai Presdir, tetapi aku juga butuh dihargai dan tidak selalu dibebani masalah.”Zavy menghela napas pendek, mengangguk dan memahami apa yang sedang dirasakan oleh Vinna. Kendati begitu, menyamar menjadi seorang pria konglomerat dan menjadi suaminya merupakan hal konyol.“Vinna, aku hanya seorang barista dan mahasiswa yang tidak tahu bakal lulus atau tidak. Terus terang saja, sekarang aku pun sedang ada masalah yang cukup serius.”Vinna menoleh beberapa saat sebelum bertanya, “Kau tidak yakin bakal lulus? Bagaimana bisa? Apa masalah mu?”“Aku menunggak bayar uang kuliah selama empat semester. Sepertinya aku bakal kena DO.”Sekitar dua tahun yang lalu, Zavy difitnah telah mencuri barang di cafe tempat dia bekerja oleh bosnya dan ketika dia sedang diperiksa, di sana terjadi adu pukul karena Zavy merasa dirinya benar. Tiga orang suruhan bosnya tersebut harus masuk rumah sakit dikarenakan keberingasan Zavy seorang diri. Akibatnya Zavy harus membayar lebih dari lima ribu dollar untuk biaya rumah sakit dan juga termasuk barang yang dianggap hilang.“Aku juga telat bayar sewa rumah selama tiga bulan. Kemungkinan besar aku bakal kena usir.”Jika dilihat dari masalah yang dia hadapi, sebenarnya Zavy bukan orang yang ceroboh dan bodoh, hanya saja dia terjebak dalam lingkaran takdir yang begitu menyebalkan. Dia sesungguhnya tidak mau terjebak dalam semua masalah tersebut. Sama seperti Vinna juga. Intinya, masalah yang mereka hadapi bukanlah berasal dari ulah dan kesalahan sendiri, melainkan kejahilan orang di sekitarnya.Di tempat bekerja, Zavy termasuk karyawan rajin dan tidak pernah bikin ulah. Namun kepolosan dan kebaikannya tersebut dianggap remeh oleh sebagian orang. Sementara di lingkungan kampus, dia termasuk mahasiswa yang cerdas, hanya saja ketika mengharapkan beasiswa, dia tidak pernah bisa mendapatkannya dengan alasan data administrasinya kurang lengkap.“Asal usul keluargaku tidak jelas. Aku tidak tahu siapa ayah dan ibuku. Aku tidak punya kerabat,” ungkap Zavy. “Pas masih kecil, aku tinggal di panti asuhan, karena tidak betah, akhirnya pas SMP aku melarikan diri dan mulai belajar mencari uang untuk memenuhi kebutuhanku sendiri. Sampai sekarang, aku hidup seorang diri.”Pelik, pahit, menyedihkan.Setidaknya, Zavy tidak seperti Vinna yang sering diperalat dan dimanfaatkan oleh keluarga dan kerabatnya. Meski begitu, hingga saat ini Zavy tidak pernah merasakan manisnya dalam hidup berkeluarga, tidak pernah diberikan mainan oleh orang tuanya, tidak pernah diberikan uang jajan, tidak pernah diberikan fasilitas belajar. Tidak ada kenikmatan.Meskipun Zavy tidak dibesarkan dan dididik oleh orang tua dan keluarganya, namun dia banyak belajar dari pengalaman hidup yang pahit selama ini, di mana karakternya terbentuk dari beragam masalah yang pernah dan sedang dia hadapi. Orang bijak mengatakan, kepahitan hidup akan membesarkan jiwa dan membuka cakrawala jalan pikiran.Vinna tercenung, memahami apa yang sedang dirasakan Zavy. “Aku turut prihatin terhadap masalah yang sedang kau hadapi, Zavy.” Setelah itu, Vinna memberikan pujian yang cukup banyak. “Aku salut pada mu. Kau cerdas dan punya keberanian. Ketika tadi aku melihat kau begitu heroik saat menghajar dua begundal barusan, aku merasa takjub. Aku tidak pernah melihat pria seberani kau sebelumnya, Zavy.”Zavy menggeleng lalu menjawab dengan nada yang dingin karena dia tidak suka menerima pujian. “Mereka sedang dalam kondisi mabuk. Aku pikir, anak SMP saja bisa mengalahkan mereka. Aku sangat biasa dan tidak ada yang spesial dariku.” Zavy berusaha tetap rendah hati meskipun dia layak mendapatkan pujian.Vinna berdeham dan berkata tegas. “Aku sudah tahu apa masalah yang sedang kau hadapi dan kau pun tahu apa masalah yang sedang aku hadapi.” Vinna berencana membantu Zavy supaya bisa terlepas dari masalah yang sedang dia hadapi.“Zavy, kita buat sebuah perjanjian. Aku yakin kau mau menerimanya.”Zavy mengerutkan keningnya. “Perjanjian?”“Ya, perjanjian.”Perlahan, Zavy kembali menoleh dengan pandangan penuh curiga. “Malam ini kau harus tidur dulu. Besok pagi baru kita bicarakan lagi.” Dia pikir, Vinna belum bisa mengontrol omongannya.BMW putih itu pun terus melaju pelan di jalanan yang sangat sepi. Karena jarak memang tidak jauh lagi, akhirnya mereka sampai lebih cepat. Zavy memapah Vinna agar bisa berjalan dari halaman menuju rumah.Di dalam rumah, Zavy memberikan segelas susu dan segelas air putih kepada Vinna sebelum dia memasuki kamar. “Maaf kamar satu itu tidak pernah terpakai, jadi kotor dan berdebu. Silakan kau tidur di kamarku saja. Biar aku tidur di sini, di ruang tamu.”“Biar aku saja yang tidur di sini, Zavy.”“Presdir mana mungkin pernah tidur di sofa. Cepat habiskan minuman mu, lalu tidurlah. Kamar mandi ada di dalam sana.”***Pagi harinya, ketika matahari sudah tampak dan nyaris tinggi, Vinna pun terbangun. Dia duduk di atas kasur, mengumpulkan nyawanya. Sembari mengucek matanya, dia mengawas sekelilin
Deal!Vinna barusan telah mentransfer lima ribu dollar. Dengan uang tersebut Zavy bisa melunasi semua biaya kuliah dan sewa rumah yang menunggak. Selain itu, Vinna juga memberikan uang sebanyak sepuluh ribu dollar lagi kepada Zavy.“Sebagian untuk biaya pernikahan dan sebagiannya lagi dana pegangan mu, Zavy.”Sebagai karyawan biasa-biasa saja, Zavy biasa menerima upah per bulan kisaran antara tiga ratus sampai lima ratus dollar saja dan uang tak seberapa itu tentu tidak bakal bisa menjadikannya pria kaya yang memiliki rumah dan mobil pribadi.Lima belas ribu dollar yang baru saja masuk merupakan berkah tersendiri baginya. Setidaknya butuh waktu tiga puluh bulan baginya untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Kini, masalah hidupnya pun terselesaikan."Sore ini akan ada acara penting di bisnis keluargaku. Kau harus datang dan berbicara di hadapan mereka, Zavy!"Siang harinya, Vinna pulang ke rumahnya, sedangkan Zavy menemui pemilik rumah sewa dan menyerahkan uang sewa. Setelah itu, Zavy me
“Aku suka gaya bertarungmu, Anak muda!” puji Marvin Rock.Mengejutkan, Zavy tercengang saat melihat pria terkaya itu telah berdiri pas di sampingnya. Zavy tahu sosok Marvin Rock. Siapa yang tidak tahu dengan pendiri dan pemilik The Rock Holding Company itu?Zavy cuma bisa tersenyum kaku saat mendapatkan pujian dari sang idola dan panutannya. “Aku bukan siapa-siapa, Tuan. Tidak ada yang spesial dariku.”‘Kau juga tidak suka pujian. Aku yakin, kau adalah orangnya’. Marvin Rock menatap Zavy cukup lama, memperhatikan setiap detail wajah Zavy. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis, alisnya yang cukup tebal dan agak melengkung, dagunya yang belah, dan tirus. ‘Aku seperti melihat diriku pas masih muda’Di usianya yang sangat dewasa, wajah Marvin Rock tak tampak muda lagi, tampak kerutan halus menggelayut di sekitar wajahnya. Dia terlalu banyak melewati masalah berat dan pelik, serta satu problem besar yang hingga saat ini masih juga belum terpecahkan. Lebih dari dua puluh tahun lamanya
Seperti pada dua acara perayaan sebelumnya, di mana bisnis Keluarga Charlton masih terlunta-lunta, maka Tuan Luis Charlton terpaksa menyelenggarakan acara ini di sebuah mini ballroom hotel murah. tamu yang hadir pun tidak lebih dari seratus orang. Sebagian dihadiri oleh para anggota Keluarga Besar Charlton dan sebagian lagi dihadiri oleh teman dekat dan rekan bisnis.Dulu, ketika Tuan Luis Charlton masih muda dan gagah, di hari Anniversary pertama, dia mengadakan acara di hotel bintang lima dan dihadiri lebih dari lima ratus orang, terdiri dari pejabat pemerintah, para konglomerat, artis, dan orang-orang besar lainnya. Namun, kini dia tidak sanggup mengundang mereka semua karena sejumlah alasan.Alasan terbesarnya tentu saja perusahaan yang dia dirikan dua puluh lima tahun lalu ini nyaris bangkrut. Luis Charlton sangat malu. Kalau tahu begini, dia tidak asal menyerahkan tampuk kepemipinan kepada Ferdy. Hasilnya sangat kacau. Dan sekarang, dia pun tidak tahu kira-kira apakah Charlton Pr
Ferdy, Shane, dan Edward secara bergantian menjelaskan alur dan langkah yang bakal mereka tempuh. Jika Charlton Property Group ingin selamat, Keluarga Charlton harus menerima kehadiran Wayne Chad pada hubungan kekeluargaan mereka.“Wayne Chad sudah melamar Vinna, Ayah. Utang lama keluarga kita akan diberikan kelonggaran dalam pembayarannya serta kita juga akan mendapatkan dana pinjaman baru sebesar tiga juta dollar. Uang tersebut akan kita gunakan untuk menyelsaikan satu proyek baru.”Semua mata pun tertuju kepada Vinna.Secara terang-terangan Vinna menolak usulan tersebut. “Kakek, aku tidak mau menikah dengan Wayne Chad. Apa Kakek tega melihat aku menderita?” Vinna menyilangkan tangan di dada seraya membuang pandangannya ke arah lain.Luis Charlton sangat menyayangi dan mengagumi cucu kesayangannya itu. Dia pernah tiga kali ingin menjodohkan Vinna dengan seorang pria yang tampan dan kaya, tetapi ketika Vinna menolaknya, dia tidak pernah memaksakan kehendak Vinna.Saat anggota keluarga
Masih terengah, Wayne Chad mencoba berbicara, “Aku mendapat undangan spesial dari Ferdy, katanya aku akan duduk di kursi bagian depan, tidak jauh dari pihak tuan rumah.” Wayne Chad, atau bisa dipersingkat menjadi WC, menerbitkan senyuman lebar yang begitu tidak enak dipandang. Jika saja bukan orang kaya, lalat pun malas menyentuh kulit tubuhnya. Fisik dan penampilannya tidak mencerminkan bahwa dia merupakan orang kaya. Dia orang kaya yang tidak peduli terhadap tubuh dan pakaiannya.Bisa jadi karena terlalu banyak makan uang riba, wajahnya seperti bopeng sehabis terkena air keras. Jelas itu bukan kerutan karena penuaaan, tetapi memang alam tidak mengizinkannya menjadi pria tampan yang sedap dilihat. Melihatnya sekilas, orang langsung jijik. Selain itu, Wayne Chad kabarnya menderita AIDS. Namun kabar tersebut dia tolak secara terang-terangan padahal karena dia kaya, dia bisa menutupi mulut berbagai media dan pers agar tidak pernah mengangkat berita yang sangat memalukan itu.Banyak ka
Semua mata orang di sekitar sana pun tertuju kepada sosok Zavy.Di hadapan semua orang, Vinna mendekap lengan Zavy dan menempelkannya ke tubuhnnya. “Perkenalkan, dia Zavy. Pria muda, tampan, investor kaya raya. Kami sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan. Sekarang, baru aku bisa memperkenalkannya kepada kalian.”Mereka terpana, tanpa terkecuali.Setahu Ferdy dan juga lainnya, Vinna tidak pernah punya kekasih apalagi telah dianggap sebagai calon suami, tetapi mengejutkan, tiba-tiba saja pria itu datang. Mereka terkejut, masih tak percaya.Biji mata Wayne Chad tergelohok lebar seperti mau meloncat, mulutnya menganga, tatapannya melongo heran. “Ap-apa?” gumamnya. Dia adalah orang pertama yang buka suara. Dia menoyor bahu Ferdy seraya berkata, “Ferdy, bagaimana kau ini?! Katamu, anak mu masih gadis, jomblo, perawan. Kenapa dia sekarang malah bawa calon suami?”Ferdy melebarkan putih matanya, meyakinkan bahwa apa yang dia saksikan sekarang memang nyata, bukan imajinasi aneh. Dia mendeka
Mengagetkan, Wayne Chad tercengang saat mendengarkan omongan pedas tadi. Tidak terima, dia maju satu langkah dan berkata tajam. “Aku sudah hampir tiga puluh tahun mengurusi uang. Dan aku yakin usiamu saja belum sampai tiga puluh. Kau belum lahir, aku sudah tahu tentang uang, Bocah.” Wayne Chad menatap nyalang dan napasnya melenguh seperti badak mau menyeruduk.Jika Luis Charlton dan Ferdy Charlton saja tidak berani adu mulut apa lagi sampai membentak dia, lantas kenapa bocah itu berani-beraninya bicara keras seperti itu, di hadapan banyak orang pula? Siapa Zavy sebenarnya?Pusat perhatian Keluarga Charlton dan beberapa tamu di sekitar sana kini mengarah ke Wayne Chad dan Zavy. Semua orang di dalam gedung ini tahu Wayne Chad, tetapi mereka tidak tahu siapa pemuda tampan yang memakai tuxedo rapi dan wangi di sebelah Vinna itu.Luis Charlton masih menyimak, menilai seseorang berdasarkan cara bicaranya. Jika dia melihat cara bicara Zavy yang begitu percaya diri, dia yakin bahwa Zavy memang
Minggu pagi di Istana Rock!Hari di mana puncak dari segala kesuksesan dan kebahagiaan. Sukses dan bahagia karena Zavy sudah melewati banyak sekali ujian berat di dalam kehidupannya. Selama lebih dari dua puluh tahun lamanya dia hidup di dalam kemiskinan dan kemelaratan. Selama lebih dari dua dekade dia hidup tanpa kasih sayang orang tua, tidak punya kerabat, dan kerap termarginalkan karena statusnya yang tidak jelas. Dalam waktu tersebut, lebih banyak tragedi dari pada komedi, lebih sering berduka ketimbang bersuka, serta lebih banyak merasakan payah dari pada gembira.Zavy menganggap bahwa perjalanan panjang nan pahit dan getir itu jelas punya hikmah besar bagi dirinya. Jika saja dia hidup dari kecil dalam bergelimang harta, besar kemungkinan dia bakal jadi anak mama. Namun, karena dia besar di jalanan, nyalinya lebih tinggi dari pada sepuluh preman, dan kekuatannya lebih tangguh dari pada petarung profesional. Hidup yang sulit dan berat telah membentuknya jadi pribadi yang kokoh dan
Russel Winston punya dua saudara kandung, yakni Axel Winston dan Gennifer Winston.Russel dan Axel membawa semua keluarga mereka. Kini Russel sudah terang-terangan kepada keluarga dan kerabatnya tentang posisi Zavy di lingkungan mereka.Marvin Rock punya satu saudara kandung yang bernama Harven Rockwell. Dia juga membawa keluarganya ke sini.Tidak hanya itu, ada beberapa Rock dari luar negeri juga menyempatkan hadir di sini, sekalian mereka ingin menyaksikan hari penobatan Raja Glora di hari Minggu nanti.Saking ramai dan meriahnya, sampai-sampai Luis Charlton pun turun gunung. Meskipun sudah tua dan agak kesulitan berjalan, dia menggagahkan diri menyambut semua orang-orang besar itu. Ferdy, Shane, dan Edward sigap. Mereka tidak mau menyia-nyiakan momen paling mengesankan ini.Selama Keluarga Charlton mengadakan pesta, perjamuan, atau pertemuan, baru kali ini mereka bisa bergabung bersama dua nama besar, Rock dan Winston!Luis Charlton memberi hormat yang begitu spesial kepada semua
Vinna ingin ngakak tapi takut dosa lalu dia menjitak kepala Zavy tapi Zavy langsung mengelak dari serangan mendadak itu.Zavy tersenyum geli. “Maaf, Kek. Cuma bercanda kok. Mana mungkin Kakek suka Americano. Minuman itu ibarat obat pusing kepala dicampur arang. Pahit dan tiada arti. Hehe.”Tapi, spekulasi dari Zavy nyatanya meleset. Luis Charlton malah suka kopi pahit, secara dia sudah tua jadi tidak suka gula dan susu. “Aku pesan yang jumbo. Americano adalah kesukaanku.”Vinna membuang muka sambil menghembuskan napas panjang. “Aku baru saja mau bilang kalau Kakek suka kopi pahit. Eh, kau malah banyak oceh, Zavy!” ketus Vinna menyeringai tipis.Ops!Kalau saja bukan Zavy yang bergurau barusan, pastilah Luis Charlton berang, hanya saja yang bercanda barusan adalah Zavy!Sebagaimana orang tua yang sudah berumur, Luis Charlton tertawa seperti pohon beringin yang daun-daunnya bergoyang karena disapu angin, tetap tegar dan bersahaja. Begitu teduh, enak dipandang.Luis Charlton tidak marah
Pada malam harinya di ZV Cafe.Zavy sudah mengganti nama cafe miliknya jadi ZV Cafe, gabungan inisial nama dia dan Vinna.Zavy menyuruh manager cafe untuk mengosongkan semua tempat dan menutup cafe pada jam tujuh malam. Khusus malam ini semua sisi tempat digunakan untuk berkumpulnya tiga keluarga besar. Dua nama sudah melambung tinggi : Rock dan Winston. Sekarang bakalan ada satu nama lagi yang bakalan melambung tinggi juga : Charlton!Sebenarnya ini bukanlah sebuah pesta ulang tahun atau perayaan sejenisnya, tetapi Zavy mengumpulkan keluarga dan kerabatnya untuk mempersatukan dan mempererat hubungan. Selain itu, mungkin rasa syukurnya kepada Tuhan setelah lepas dari ujian besar dan kini, dia bisa kembali menikmati hari-harinya bersama Vinna.Luis Charlton datang paling awal dan tidak mau terlambat meski hanya sebentar saja. Walaupun usianya paling tua, dia yang paling bersemangat untuk datang, mengalahkan semangat anak dan para cucunya yang masih juga belum nongol.Zavy yang berada d
Zavy dan Vinna berkeliling di sana, menikmati apa saja yang ada di lantai satu dan dua. Bagi Zavy, ini seperti momen nostalgia mengingat-ingat masa-masa dia susah sewaktu menjadi barista.Zavy terkekeh sendiri sebelum bergurau sama istrinya, “Pas ada orang yang pesan Americano ukuran jumbo, aku mikir, apa enaknya menikmati kopi pahit tanpa rasa itu dengan gelas besar?”Vinna yang suka manis tidak bisa menahan geli di perutnya. “Hehe. Hidup ini terlalu manis hanya untuk menikmati kopi semacam itu.”“Tapi, kopi kan tergantung selera masing-masing. Kita tidak bisa menyalahkan dan menyudutkan orang yang suka dengan jenis tertentu. Sama seperti musik, novel, olahraga, bahkan merek sepatu. Ini masalahnya tergantung selera. Selera sangat subjektif. Jadi terserah dia lah.”“Eh! Kau yang buka cerita ini tapi kau sendiri yang menutupnya seperti itu. Bagaimana kau ini, mantan Barista?!”Zavy dan Vinna lalu duduk berdua di lantai dua sembari menonton kendaraan yang hilir mudik di sana. Zavy men
Setelah dari kampus, Zavy dan Vinna kemudian menuju Cafe Ings, tempat di mana dulu Zavy bekerja sebagai barista.Sangat kebetulan, siang hari itu di sana ada Kevin Hamilton sedang asyik nongkrong bersama teman-temannya.Dulu Kevin adalah orang yang paling bersemangat menyerukan bahwa Zavy hanyalah pekerja cafe rendahan.Hugo, pemilik cafe, bergegas menuju bagian depan cafe setelah anak buahnya bilang kalau sekarang mereka kedatangan tamu luar biasa.Kevin sedang duduk dengan rokok melekat di sela jarinya. Sementara Hugo dalam posisi berdiri dan agak menundukkan kepala saat melihat Zavy.Zavy mengawasi dua orang itu kemudian berkata, “Kevin, kau benar, dulu kau pernah bilang kalau aku adalah pekerja cafe rendahan. Haha. Silakan tanya sendiri pada pemilik tempat ini. Benar kan, Hugo?”Hugo mengangguk takzim. “Benar. Tuan Zavy sempat pernah bekerja di sini.”Tuan Zavy?Ketika Kevin melihat Zavy, raut wajahnya langsung terlihat malas dan masam. Dia merasa kalah kalau sudah berhadapan deng
Zavy punya dua impian besar sewaktu dia masih berada di masa transisi antara kemelaratan dan kesuksesan. Pada waktu itu dia menerima beberapa ribu dollar dari Vinna untuk menuntaskan permasalahan pribadinya terkait finansial, yakni uang kuliah dan utang di tempat dia bekerja.Saat itu Zavy bersumpah, seandainya dia sukses, dia akan balas dendam dan memberantas kejahatan yang ada di sana. Sekarang Zavy merasa sudah punya power untuk mewujudkan impiannya tersebut. Sekarang adalah waktunya untuk tampil.Setelah mandi, Zavy melihat dirinya sendiri di cermin. Dia begitu gagah dan tampan. Wajar kalau Vinna begitu tergila-gila padanya.“Kita mau pergi ke mana, Sayang?” tanya Vinna yang juga sedang berpakaian.“Menyelesaikan urusan yang seharusnya diselesaikan, Sayang!”Setelah semuanya sudah siap, Zavy dan Vinna dengan setelan anak muda zaman sekarang, lantas masuk ke dalam Rollys Royce mahal, menuju Universitas Gloriston.Di dalam mobil, layaknya anak muda yang sedang dalam masa-masa indahn
Kring!Ponsel Zavy bergetar dan berdering. Panggilan dari Russel Winston.“Selamat pagi juga, Paman. Ada apa?” sapa Zavy kembali dan bertanya.Kemudian pada pembicaraan tersebut Russel menyampaikan sejumlah hal penting. Cukup lama obrolan tersebut. Ada beberapa poin utama yang disampaikan oleh Russel pada Zavy, seperti rencana penunjukkan CEO The Rock Holding Company pengganti Mendiang Tuan Marvin, lalu ada satu hal lagi yang lebih prioritas, yaitu pengumuman sang penerus dari Mendiang Tuan Marvin Rock, kelak sang penerus tidak hanya menjadi CEO, tetapi menggantikan posisi beliau sebagai Raja Glora ke-46.Karena sekarang Russel sedang sibuk di istana mempersiapkan semuanya, mempersiapkan pengumuman kepada dunia tentang siapa putra tunggal Tuan Marvin yang bakal menjadi penerus, maka obrolan ini hanya berlangsung melalui sambungan telepon saja.Zavy menangkap dua poin utama tersebut. Russel juga menyuruh Zavy untuk mempersiapkan diri di hari yang penting itu. Sebuah hari yang begitu sp
Dulu Luis Charlton adalah orang yang percaya pada Zavy hanya dengan dugaan semata, bukan dengan bukti, akan tetapi dugaannya rupanya tidak meleset. Zavy memang orang hebat. Tapi, dia sempat terpedaya oleh bujuk rayu dari Gavi yang menghanyutkan sehingga persepsinya terhadap Zavy berubah drastis. Kini, dia merasa bersalah dan sangat menyesal. Apa pun akan dia lakukan demi menebus semua kesalahannya agar Zavy bisa memaafkannya.Satu cucu Luis Charlton yang masih kecil, anak dari Shane, yang dulu sempat mengolok-olok acara Anniv CPG yang menyedihkan, kini malah tidak tega melihat kakeknya bersedih. Dia memeluk badan Zavy seraya berkata, “Kak Zavy, maafkan Kakek Luis. Plis ....”Lalu diiringi pula oleh rayuan cucu Luis Charlton lainnya.Andrew yang kondisi fisiknya belum pulih, yang dulu juga sering dimarahi Luis Charlton karena terlalu lama jadi beban keluarga, pun kini membela Luis Charlton. “Saudara iparku, aku tahu kalau kau adalah pria baik-baik dan pemaaf. Jadi tolonglah ....”Semua