'Kenapa coba harus bulan madu?' batin Natali kesal.Natali yang melihat semua orang langsung membuka suaranya. "Natali dan Dandi sangat sibuk kek, kami tidak memiliki waktu untuk melakukan hal itu," jawab Natali menolak permintaan kakeknya.Dandi yang mendengar ucapan istrinya hanya diam, karena mempercayai jika istrinya itu bisa menyelesaikan hal kecil ini."Baiklah kakek tidak akan memaksa kaliam berdua, tapi kakek mohon sekali lagi beri kakek cucu secepatnya, kakek sudah tua dan ingin melihat penerus keluarga Johanes di masa depan," ucap sang kakek penuh harap.Dandi dan Natali sangat tersentak mendengar ucapan dari kakek, apalagi nada bicara pria yang mereka hormati itu memiliki banyak sekali harapan atas pernikahan ini."Kakek jangan berpikiran yang sangat jauh! Kakek pasti akan melihat cucumu," jawab Natali dengan entengnya. Sedangkan, Dandi hanya diam dengan datarnya."Baiklah kakek akan menunggu kabar itu," jawab kakek dengan senyum sumringahnya.Seluruh keluarga yang melihat
Selama lima jam Natali berada di apartemen sang kekasih. Kini dia harus kembali ke rumah agar sang kakek tidak meradang.Setelah berpamitan pada Jericho, Natali pun pulang menuju kediaman keluarga Johanes."Dari mana saja kau, jam segini baru pulang huh?" Dandi sudah tak mau lagi mengalah. Dia tak suka dengan sikap wanita ini. Toh dia sudah sah menjadi menantu Bosnya sendiri."Jangan sok perhatian deh, aku tahu apa tujuanmu menjebak keluargaku agar mau menjodohkanmu denganku! Kau pria miskin yang tak punya otak!" seru Natali.PlakPlakDandi menampar Natali cukup kencang, pria itu tak bisa menahan emosinya. Dia muak berpura-pura mengalah, karena dirinya akan semakin dihina oleh Natali.Meski apa yang dikatakan Natali benar adanya.Dandi mencengkram rahang Natali, hingga bibir wanita itu mengerucut."Jangan pernah berani menghinaku lagi!" ancam pria itu penuh amarah. "Bahkan aku tahu kau habis menemui kekasihmu. Jangan banyak tingkah kalau kau tak mau aibmu aku bongkar!" tambah pria it
"Baru kali ini aku ditampar. Bahkan pria miskin itu yang melakukannya. Aku membencinyaaaaaaaaaa!" teriak Natali saat dirinya baru bangun dari tidur. Tadi setelah suaminya pergi meninggalkan Natali wanita itu memilih untuk mengurung diri di kamar hingga terlelap.Karena rasa kesalnya sangat luar biasa bergejolak di dalam dada membuatnya murka.Selama ini dia tak pernah disentuh oleh apapun, tapi sang suami dengan lancang menamparnya.Natali bersumpah akan mengadukan semua sifat buruk Dandi kepada keluarganya."Aku tidak akan pernah memaafkannya. Aku harus membalas semua perbuatannya hari ini. Papa harus tahu siapa Dandi sebenarnya!" serunya lagi penuh ancaman.Bagi pengantin baru kebanyakan saat ini adalah saat yang paling membahagiakan untuk mereka, waktu hanya milik pasangan pengantin baru itu.Akan tetapi tidak dengan Natali dan juga Dandi, mereka bahkan seperti berada di neraka.Bahkan setiap kali melihat wajah pria itu hati Natali meradang penuh emosi.Berkali-kali Natali memuku
Tepat pukul 6 pagi waktu setempat, Arga mulai membuka matanya. Dia melihat ke arah samping.Maria mulai menggeliat, wanita itu pun terjaga."Pagi sayang," sapa Arga saat sang istri menggeliat.Pria itu tertawa kecil ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat sang istri minta pergi ke Coffee Shop dan ternyata wanita itu malah tertidur di atas motor.Entah drama apalagi ke depan yang akan dirinya jalani ketika sang istri yang sedang dalam masa ngidam yang tak kunjung hilang."Pagi juga Arga!" balas Maria.Maria mengeratkan pelukannya pada sang suami seolah wanita itu melupakan kejadian beberapa jam yang lalu. Arga memberi usapan lembut di punggung sang istri, kegiatan yang setiap pagi tidak pernah ia lupakan."Mandi yok, biar bisa sarapan bareng," kata sang suami. Maria menggeleng, namun Arga tetap merengkuh tubuh sang istri untuk dibawa ke kamar mandi. Maria memekik namun tetap saja mengalungkan tangannya di di leher pria itu. Namun kali ini mereka hanya benar-benar mandi
[Sayang nanti kita langsung bertemu di rumah sakit saja ya, soalnya aku ada tinjauan proyek yang tak bisa ditunda, kemungkinan dari arah proyek ke rumah sakit jauh lebih dekat daripada harus kembali ke rumah dulu. Nanti biar aku suruh sopir yang jemput ke rumah, kita langsung ketemu di rumah sakit sekitar jam 4 ya.] Itu pernyataan bukan pertanyaan dari sang suami tampan yang disampaikan melalui pesan singkat saat pria itu baru saja mendudukan bokongnya di kursi kebesarannya..Hari ini adalah jadwal Maria untuk melihat jenis kelamin dari buah hatinya.Dokter sebelumnya sudah memberitahu Maria pada saat kontrol di bulan berikutnya akan langsung dilakukan USG dengan alat 4 dimensi.Jadi Maria bisa langsung melihat calon anak mereka yang masih berada di dalam kandungannya.[Iya Arga, nanti aku berangkat sama sopir! Kau hati-hati di jalan ya, ingat makan dan sampai terlambat makan siang!][Iya sayang, kau juga harus banyak makan ya. Aku kerja dulu ya.][Iya Arga. Selamat bekerja.]Percaka
Sore harinya setelah kembali dari peninjauan proyek, Arga kembali menghubungi Maria, ia takut kalau sang istri malah tertidur di saat jadwal mereka akan bertemu dengan kedua anaknya.Tentu saja iming-iming dari dokter yang mengatakan akan menggunakan alat 4 dimensi untuk mengetahui wajah dan jenis kelamin calon anaknya membuat Arga benar-benar tidak sabar untuk mengetahui hasilnya."Selamat sore Nyonya, apa kita bisa berangkat sekarang? Tuan sudah menghubungi saya, meminta saya untuk menjemput anda sekarang juga." ucap salah satu sopir yang bekerja di kantor Dewantara Corp."Baik Pak, kita berangkat sekarang, tapi saya ngambil tas dulu ke kamar ya pak." kata Maria yang diberi anggukan oleh sopir tersebut.Maria pun akhirnya berangkat menuju ke rumah sakit di mana sang suami yang katanya sudah tiba di sana.*****Rumah SakitMobil mewah milik Arga kini sudah terparkir di depan lobby rumah sakit dan Maria bisa melihat sang suami kini berjalan mendekat ke arahnya.Maria dan Arga pun masuk
"Tuan sebaiknya ajak kembali untuk periksa, mumpung anda masih di sini," petugas keamanan membujuk Arga setelah melihat Maria pucat pasi."Tidak Pak, saya tidak apa-apa. Terima kasih," jawab Maria."Baiklah kalau begitu kami mohon maaf atas kejadian tadi Tuan, Nyonya. Kami belum berhasil mengejar mobil itu," sesalnya.Arga dan Maria tak bisa menyalahkan pihak rumah sakit begitu saja. Mereka juga pasti tak ingin terjadi hal buruk pada pengunjung."Silahkan," ucap Arga.Lalu Arga menatap ke arah sang istri."Sayang, apa perlu kita cek baby boy lagi?" tanya Arga khawatir.Meskipun Maria jatuh di atas tubuhnya, tetap saja Arga khawatir kalau terjadi apa-apa dengan kedua anak mereka.Terlebih sang istri yang begitu syok dengan kejadian yang tiba-tiba itu, bahkan wajahnya terlihat pucat pasi dan tangannya masih gemetaran."Tidak Arga, ayo kita pulang!" Maria tak ingin berlama-lama dalam ketakutannya."Baik sayang!" Arga menggendong Maria yang tubuhnya masih gemetaran.Maria tidak akan pergi
"Kau dari mana?" tanya Natali langsung."Olahraga," jawab Dandi cepat."Kau tau kan keadaanmu?" tanya Natali lagi.Dandi hanya menganggukkan kepalanya. Mau bagaimana lagi dirinya memang belum pulih betul."Cepatlah mandi! Setelah ini ada yang ingin aku katakan dengan semua orang!" perintah Natali.Dandi lagi-lagi hanya menganggukkan kepalanya dan langsung menuju kamar mandinya. Dia harus menuruti dan mengalah sampai nanti bisa menguasai harta keluarga ini.Ia membersihkan tubuhnya secepat mungkin karena melihat adanya keseriusan dari ucapan istrinya. Kemudian saat ia telah keluar dan memakai bajunya langsung bergantian dengan istrinya.Tak lama Natali pun telah selesai juga dan segera turun ke lantai bawah bersama Dandi. Saat ini telah menunjukkan jam makan malam yang mana semuanya telah berkumpul untuk mengisi perutnya."Kalian sudah datang? Ayo duduk sini," ucap Ellisa menyambut anak dan menantunya.Natali dan Dandi tersenyum. Mereka langsung duduk bergabung dengan lainnya."Ayo kit
Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap
Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?
Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces
****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar
Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.
"Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe
Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B
lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se
****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu