Share

Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat
Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat
Author: Atieckha

Nikahi Maria

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau harus membayar ganti rugi atas mobilku yang sudah dengan sengaja kau tabrakkan! Kau tahu, bukan? Mobil itu keluaran terbaru dan hanya diproduksi 10 jenis saja di dunia?!"

Suara itu sangat menggelegar, hingga membuat jantung Arga Dewantara berdetak lebih kencang dari biasanya.

Arga memang bekerja sebagai sopir pribadi di keluarga Askara.

Selama tiga tahun bekerja, Arga selalu bekerja dengan baik. Baru kali ini dia mengalami musibah, hingga mengharuskannya untuk membayar ganti rugi pada sang majikan.

Tapi, ia sudah dituduh seperti itu.

Jujur saja, Arga sangat kaget dengan kalimat kejam yang diucapkan sang majikan.

"Tapi, Tuan … saya sama sekali tidak dengan sengaja menabrak pembatas jalan itu,” ucap pria berusia 26 tahun itu membela diri, “saya hanya menghindari mobil ugal-ugalan yang hampir menabrak mobil Anda, Tuan."

Arga akan berjuang untuk membuktikan pada majikannya kalau dia tidak ada niat menghancurkan mobil mahal milik majikannya. Justru, dia melakukan itu semua agar keselamatan sang majikan tetap terjamin.

"Diam kamu! Aku tidak suka ada yang berani membantahku! Kau harus membayar ganti rugi karena kau sudah bekerja tidak becus!" sentaknya lagi.

Tuan Askara tidak pernah main-main dengan ucapannya. Arga dapat melihat dengan jelas sang majikan begitu murka terhadapnya.

Arga terdiam. Ia tidak tahu bagaimana lagi membela dirinya di hadapan Tuan Aksara.

Dengan gugup, pria itu pun bertanya, "Be–berapa saya harus membayarnya Tuan?"

Sejak kecil, Arga memang hidup serba kekurangan sebagai anak petani biasa. Beruntungnya dia karena bisa bekerja di rumah Tuan Aksara, hingga bisa membiayai hidup kedua orang tuanya di kampung. Dan, tiga bulan belakangan ini, Arga mulai bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung. Tapi, musibah sepertinya tidak mengenal waktu….

"Dua miliar! Itu harga yang harus kau bayar sebagai ganti rugi," ucap Tuan Askara.

Deg!

"Du–dua miliar?" Wajah Arga semakin pucat pasi.

Jangankan memiliki uang sebanyak itu, melihatnya saja Arga tidak pernah.

Selama ini, gaji yang dia terima hanya sebesar empat juta rupiah setiap bulannya, lalu sekarang sang majikan menyebut nominal yang begitu fantastis?!

Tentu saja, Arga sangat syok!

"Kau tidak budek, kan?" tanyanya mengejek sang sopir.

Bagi Tuan Askara, nominal yang disebutkan tadi adalah nominal yang pantas agar ke depannya, tidak akan ada lagi hal-hal yang tidak diinginkan dari sopirnya itu.

"Dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu, Tuan?" tanya Arga frustasi, hingga berlutut di depan Tuan Aksara dan istrinya di ruang keluarga yang mewah itu.

Namun, kedua majikan Arga itu hanya melipat tangan di dada menatap tajam ke arah Arga.

"Jangan kau tanyakan itu padaku.”

“Tu–Tuan,” ucap Arga terbata memandang atasannya yang hanya diam, hingga tak lama pria itu kembali berbicara.

“Aku punya tawaran menarik untukmu agar kau bisa melunasi hutangmu padaku," ucapnya memberi tawaran.

"Apa, Tuan?” tanya Arga cepat, “apa pun itu, saya pasti menyetujuinya asalkan hutang saya lunas."

Arga menatap sang majikan sungguh-sungguh. Ia memilih melakukan penawaran dari Tuan Aksara secepatnya karena sampai mati pun, rasanya, Arga tidak akan pernah memiliki uang sebanyak dua miliar.

“Hahaha….” Tuan Askara tertawa kencang, lalu berkata, "nikahi adikku, Maria. Berikan keluarga Askara keturunan laki-laki. Setelah itu, kau bisa pergi dari kehidupan kami tanpa utang.”

Majikan Arga ini sudah memikirkan matang-matang tentang bagaimana keluarga Askara bisa memiliki keturunan setelah istrinya divonis mandul.

Satu-satunya cara adalah memanfaatkan adik perempuan yang mentalnya sedikit terguncang meski sudah diobati berulang kali.

Setidaknya, garis keturunan mereka tidak akan putus bila gadis–yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku–itu menikahi Arga dan melahirkan anak laki-laki.

Senyum arogan pun timbul di wajah Tuan Askara, hingga membuat Arga terkejut setengah mati.

"Apaaaa Tuan?” paniknya, “menikah?"

"Benar. Dua miliar untuk harga seorang anak laki-laki," ujarnya lagi penuh kepastian.

Arga menatap sang Tuan dalam diam.

"Dua miliar? Jumlah itu memang banyak, tapi apakah hanya seharga itu hidupku?" gumamnya dalam hati.

"Aku akan memberimu waktu dua hari untuk mengambil keputusan. Nikahi Maria adikku, atau kau berikan aku uang sebesar dua miliar!" seru Tuan Askara tak terbantahkan.

Pria kaya itu lantas meninggalkan Arga bersama dengan sang Nyonya rumah.

Arga sendiri masih mematung.

Pria muda itu begitu kaget dengan nasibnya yang akan berubah dalam waktu sekejap.

"Senang, ya! Hanya dengan mengandalkan tubuh dan wajah, kamu bisa menikahi keturunan Askara!"

Suara sang Nyonya rumah sontak membuat Arga mengalihkan pandangannya.

Monica, istri dari Tuan Askara, tampak menatap Arga tak suka. Sangat jelas, ia tak suka dengan keputusan suaminya.

Akih-alih membalas, Arga memilih untuk tidak meladeni wanita ini.

"Ck!” decak perempuan itu malas, “antarkan aku ke Mall sekarang! Dan, jangan pernah berpikir aku akan sudi menganggapmu sebagai calon adik iparku.”

“Kau hanya sampah di mataku!" desis wanita itu.

"Baik Nyonya," jawab Arga cepat sambil mengangguk hormat.

Pria muda itu pun menuju ke halaman depan sesuai perintah Monica.

Tanpa boss besarnya itu tahu, sang Nyonya besar memang sering bersikap semena-mena terhadap para pelayan dan pekerja di rumah itu, termasuk Arga.

*****

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah mewah milik keluarga Askara, menuju ke sebuah Mall terbesar yang ada di Jakarta.

Tak lama, mobil pun terparkir rapi di depan lobby Mall.

Arga bergegas turun lalu membukakan pintu bagi sang nyonya besar.

"Silakan Nyonya," ucap Arga, hormat.

"Parkirkan mobilnya, lalu cari aku di butik langgananku!" seru wanita itu memberi perintah.

"Siap Nyonya," sahut Arga.

Setelah memastikan Nyonya Askara masuk ke dalam Mall, Arga pun kembali duduk di balik kemudi.

Dia harus memarkirkan mobilnya di tempat pengunjung khusus VVIP di Mall tersebut, lalu

Menyusul sang nyonya ke dalam Mall.

Hanya saja, tanpa disadari, pria itu berjalan dengan tatapan kosong.

"Ya Tuhan di mana aku harus mendapatkan uang itu dalam dua hari? Mengumpulkan uang dua juta saja, sangat berat. Tuan Askara sangat keterlaluan padaku."

Arga membatin sambil terus melangkah menjauhi area parkir.

"Bayangkan saja, aku harus menikahi gadis dengan gangguan jiwa? Ya, Tuhan … apa salahku sampai engkau mengujiku seberat ini?"

Bugh!

Saat Arga baru saja masuk ke dalam Mall, tubuhnya membentur sesuatu hingga membuat Arga tersungkur di lantai.

"Awwwww…." ringis Arga kesakitan.

Bisa-bisanya, dia tidak konsentrasi berjalan.

Kewarasannya sepertinya sudah diambil alih oleh masalah dua miliar hari ini.

"Tu–tuan muda Arga!"

Suara pria yang menabrak tubuh Arga membuat Arga kaget. Ia tidak terbiasa dengan panggilan itu.

Namun, belum sempat membalas, lagi-lagi Arga dikejutkan oleh suara pria lain yang membuatnya merinding.

"A–Arga anakku." Segera Arga menoleh ke sumber suara. Hanya saja, matanya seketika membulat sempurna melihat pria dewasa berpakaian mahal yang wajahnya sangat mirip dengan dirinya.

NOTE AUTHOR :

Hay kak….mampir ke cerita terbaru aku yuk masih hangat “PAMAN ANGKATKU ITU AYAH ANAKKU”

terima kasih.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Joston Parningotan Sihite
masih menyimak
goodnovel comment avatar
Fendy
Menarik ceritanya
goodnovel comment avatar
Rendi al fauzan Itsenen
sangat menarik dan seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Kau Pasti Anakku

    "Kau Arga anakku, kan?" tanya pria itu lagi.Arga mematung saat melihat sorot yakin pada mata pria kaya tersebut.Diperhatikannya kembali penampilan pria di hadapannya ini; sangat nyentrik dan berkelas. Arga yakin orang ini pasti pengusaha sukses.Lalu, kenapa orang sepertinya bisa berpikir Arga adalah anaknya? ‘Bukankah, banyak orang di dunia ini memiliki wajah sama tapi tidak memiliki hubungan darah? Mungkin, inilah yang sedang terjadi,’ pikir Arga.Beberapa detik, ia berpikir, hingga akhirnya Arga membalas ucapannya, "Bukan, Tuan. Orang tua saya hanya petani. Dan, saya bekerja sebagai sopir pribadi. Jadi, tidak mungkin bila saya adalah anak Anda." Namun, tidak ada jawaban dari pengusaha kaya itu.Ia malah tampak berbisik-bisik dengan asistennya. Seketika, Arga teringat perintah Nyonya Askara. Bila ia terlalu lama berada di sini, Arga yakin wanita itu pasti akan memarahinya di depan umum.Dia harus segera pergi dari tempat ini!"Kau pasti anakku yang hilang." Suara pria kaya itu

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Tak Bisa Menolak

    “Dua miliar?” Arga kembali membatin. “Itu memang banyak, tapi untuk membeli diriku? Rasanya, begitu murah sekali. Sebesar itukah harga diriku sebagai laki-laki?” “Apa yang harus aku lakukan?” imbuhnya lagi bertanya pada diri sendiri.Tadi, setelah pulang dari Mall, Arga dan sang nyonya diminta untuk ke ruang kerja milik Tuan Askara di kediamannya.Pria itu menatap Arga penuh kuasa, seolah mendesak Arga untuk segera menikahi Maria.Entah mengapa, Arga sempat curiga Tuan Askara memilih pria miskin sepertinya karena tahu dia tidak berdaya.Mungkinkah, majikannya itu sengaja menjebak Arga dalam kecelakaan tersebut agar ia tak punya pilihan lain?Setelah dipikirkan, baru kali ini juga, Tuan Askara memintanya untuk mengendarai mobil termahal keluaran terbaru.“Aku sudah membebaskanmu dari tuntutan hukum, bahkan aku akan mengangkat derajatmu dengan menikahi adikku! Ingat Arga, dua miliar untuk keturunan Askara!" seru Tuan Askara tegas.Senyum tercipta di wajah majikan Arga itu. Tanpa Arga

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Menemui Maria

    "Kau mau ke mana? Aku ada perlu denganmu." Suara wanita tua yang Arga kenal sebagai tante dari Tuan Askara menghentikan langkah Arga yang hendak pulang ke kontrakannya.Dahlia perlahan berjalan mendekat ke arahnya.Merasa ada hal penting, Arga pun membalikkan tubuhnya lalu menatap wanita yang bahkan tak pernah meliriknya sama sekali–selama ini."Sa–saya mau pulang Nyonya," ucap Arga gugup. 'Mau apa dia mendekatiku?' batin Arga bertanya saat wanita paruh baya itu semakin mendekat ke arahnya. Melihat wajah Dahlia yang terlihat tidak bersahabat, Arga merasa inilah wanita dengan peran antagonis nomor satu yang pernah ditemuinya.“Aku tidak menyangka. Orang miskin sepertimu bisa memiliki wajah tampan yang begitu mempesona,” ucap Dahlia, setelah berada di depan Arga, “makanya, kau bisa menikahi keponakanku, hmm?” Ucapan wanita itu menjatuhkan harga diri Arga. Dia merasakan terhina begitu luar biasa.Kalau saja Arga boleh memilih, dia pun tidak mau berada di posisi ini. Ia yakin pujian

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Nikahi Aku Sekarang

    "Ikuti saja kemauan kakakku." Satu kalimat itu hampir membuat jantung Arga copot, tapi dia tak mau berlama-lama ada di sini. Arga sekarang yakin apa yang dikatakan beberapa pelayan selama ini mengenai Maria itu– benar adanya. Nona muda ini sangat menakutkan!"Baik Nona, kalau begitu saya permisi dulu," pamitnya lagi.Arga pun buru-buru keluar dari perpustakaan tersebut. Lalu, ia kembali menemui Tuan Askara untuk menceritakan semuanya.Setelah menekankan pada Tuan Askara kalau dirinya terpaksa akan menerima tawaran ini, Arga pun memilih kembali ke kontrakannya.Namun, matanya membulat sempurna ketika tiba di kontrakannya! Orang yang tadi dia temui di Mall, sedang menunggu kedatangannya."Apalagi sih maunya mereka?" gumam Arga kesal.Arga segera memarkirkan motor buntutnya di depan kontrakannya, lalu menghampiri orang-orang itu."Apalagi yang kalian inginkan?!" seru Arga dengan raut wajah masam.Seharian ini, dia sangat lelah. Ditambah dengan kedatangan orang-orang ini, tentunya ak

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Aku Akan Menjagamu

    "Kau dengar sendiri kan apa yang dikatakan adikku? Kau bahkan sudah memintanya untuk menjadi istrimu, sekarang dengan gampangnya membatalkan semua yang sudah kami rencanakan," ujar Tuan Askara."Bukan begitu maksud saya, Tuan," ucap Arga berusaha menjelaskan diri."Ck!" Tuan Askara berdecak malas, "asal kau tahu saja, bahkan aku sudah mempersiapkan pernikahan kalian." "Tapi---"Arga tak melanjutkan ucapannya begitu melihat atasannya menatap tajam dirinya.Pandangan Arga lantas tertuju pada Maria yang berada di lantai dua. Netra pekat keduanya bertemu--saling tatap satu sama lain.Arga tak menyangka wanita ini bisa berbicara lantang. Dia pikir, Maria benar-benar tidak bisa berkomunikasi secara normal. Nyatanya, sekarang Maria paham apa yang sedang dia ributkan di bawah dengan Tuan Askara."Apa yang harus aku lakukan sekarang," gumam Arga di dalam hati.Dia benar-benar bimbang untuk mengambil keputusan."Aku tidak mau menerima uangmu ini karena aku yakin, uang ini tidak halal," tuduhn

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Kontrak Pernikahan

    "Baiklah Tuan, saya siap menikah dengan Nona Maria," ucap Arga mantap.Semua ini dia lakukan hanya demi membantu Maria untuk bisa hidup normal seperti orang kebanyakan.Tuan Askara tersenyum puas."Bagus! Memang harusnya kau memenuhi keinginanku, karena selama ini aku sudah memperkerjakanmu di sini dengan sangat baik. Malam ini, kau akan menikah dengan Maria, tapi hanya dihadiri oleh beberapa orang saja." "Pernikahannya tertutup! Dan siang ini, kau harus ikut denganku ke kantor pengacaraku," ucap Tuan Askara panjang lebar."Ke kantor pengacara?" Arga dibuat bingung oleh permintaan bosnya ini."Tentu saja kau harus ikut denganku ke kantor Pak Bima, pengacaraku. Kita harus membuat kontrak pernikahan sebelum pernikahan itu benar-benar terjadi," ucap Tuan Askara dengan enteng.Hal ini jelas membuat Arga tersentak kaget. "Maksud Anda bagaimana, Tuan?" "Iyalah! Kau harus menandatangani surat kontrak pernikahan. Mana tahu, di tengah jalan kau mengingkarinya, atau ketika anakmu lahir, terny

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Terpaksa Menikah

    "Enam?" tanya Pak Bima melihat berkasnya kembali.Dalam poin itu tertulis bahwa Arga baru boleh pergi dari kehidupan keluarga Askara setelah dirinya berhasil memberikan satu orang anak laki-laki.[ Bila anak pertama, kedua, dan ketiga perempuan, maka itu menjadi tanggung jawab Arga. ][ Karena Tuan Askara hanya menginginkan anak laki-laki, dan setelah yang diinginkan terwujud Arga beserta anak perempuannya, harus pergi dari kediaman Askara tanpa mengajak Maria.]Ini seakan Arga adalah sapi jantan yang harus siap membuahi demi keinginan majikannya!"Bagaimana Tuan?" tanya Pak Bima kepada Tuan Askara."Biarkan saja seperti itu Pak Bima. Dia tidak punya kesempatan untuk mengatakan kalau dirinya tidak setuju, semua sudah menjadi keputusan saya!" serunya.Pak Bima pun mengangguk. "Ya sudah, kalau seperti itu silahkan tanda tangani Arga," ucap Pak Bima dengan penuh wibawa.Sejujurnya, pengacara itu pun sangat kasihan pada sopir pribadi Tuan Askara ini. Siapa pun dapat melihat bahwa Arga pa

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Kau Dipecat!

    "Nona tidurlah di ranjang. Saya akan tidur di sofa. Saya tidak akan memaksa Anda kalau Anda belum siap Nona," ucap Arga dengan tatapan keraguan.Setelah pernikahan ekpress itu, kini keduanya berada di dalam kamar dengan status pengantin baru.Maria lantas menatap lekat wajah Arga. 'Sepertinya, pria ini tidak jahat,' pikirnya. Perempuan itu pun tersenyum dan berucap pelan, "Terima kasih." Seketika Arga merasa iba dengan calon istrinya itu. Perlahan, ia pun tersenyum. "Anda jangan takut, Nona. Saya tidak akan menyakiti Anda. Saya akan menjaga Anda dengan sangat baik. Maaf kalau saya belum bisa membawa Anda pergi dari rumah ini karena Tuan Askara tidak mengizinkan kita pergi," ucap Arga.Maria mengangguk lemah, wanita itu pun memilih untuk masuk ke dalam selimut, sedang Arga menuju ke sofa. Tubuhnya sudah sangat lelah dengan drama hari ini.****Esok harinya, Arga yang sudah rapi bersiap untuk menjalankan aktivitasnya.Namun, dia dibuat kaget karena ada orang asing di rumah itu, dan s

Latest chapter

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   TAMAT

    Dua puluh menit berikutnya, mereka tiba di depan hotel terbaik di kota Cappadocia. Cessa mematung melihat kedua orang tua Leo, ada Mama dan Papa, juga Arjuna dan adik sepupu Cessa serta Grandpa Arga dan Grandma Maria sedang tersenyum ke arahnya.Kenapa bisa begini? Sejak kapan mereka di sini? Lalu kenapa sang Mama dan Mamanya Leo juga Grandma Maria tampak akrab? Siapa yang membuat kejutan ini untuknya? Untuk apa?Air mata mulai membasahi wajah cantik Cessa."Papaaaaaaaaaaaa …..!" teriak si kembar kompak, lalu berhamburan berlari ke arah Arjuna. Mereka sangat merindukan Arjuna yang selalu dipanggil Papa.Meskipun sudah ada Leonard mengambil alih tugas Arjuna selama ini, tapi posisi Arjuna di hatinya tidak akan pernah berubah. Arjuna, masih menjadi pria yang terbaik yang ada untuk hidup Ratu dan Rani."Honeyyyyyy ……!" balas Arjuna.Pria itu berjongkok, lalu merentangkan kedua tangannya memeluk si kembar yang sudah ia anggap seperti darah dagingnya sendiri."Kami benar-benar tak dianggap

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 293

    Si sulung bersungut-sungut kesal karena perdebatan kedua orang tuanya tidak akan pernah berakhir.Setiap kali Cessa menatap tajam ke arah Leonard, si kembar tahu kalau sang Mommy sedang marah, dan mereka diminta untuk mengerti keadaan yang ada. Tapi nyatanya tak bisa."Iya benar, kalau Mommy gara-garanya kita ketinggalan pesawat, kita seruduk Mommy," Rani menimpali. Rani ikut menghentak-hentakkan kakinya berjalan mendekati pintu keluar."Kalian ya, mulai nggak nurut sama Mommy," kata Cessa kesal."Kabuuuuurrrrrrrrr!" teriak si kembar kompak lalu berlari ke arah mobil."Tunggu kalian," teriak Cessa, ikut mengejar kedua anak nya ke dalam mobil. Hati Leo menghangat melihat tingkah anak kembarnya dan Cessa, 'aku akan memperjuangkan kalian,' batin Leo berujar demikian.Tak bisa Leonard bayangkan bagaimana dulu ketika Cessa hamil si kembar tanpa ada dirinya mendampingi sebagai suami.Apa mungkin Arjuna selalu siap siaga ketika Cessa muntah? Apa mungkin Arjuna yang menjaga Cessa sepenuhnya?

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 292

    Hari ini hari pertama si kembar libur sekolah sejak keduanya merengek minta liburan hanya bersama kedua orang tuanya saja. Mereka libur sekolah selama 1 bulan dan sudah berkali-kali berbicara pada Leo untuk mengajak mereka liburan.Sang Daddy sangat setuju, kemanapun si kembar mau akan dikabulkan olehnya, dan soal pekerjaan ia bisa serahkan pada Jeki.Akan tetapi, seperti biasa yang masih menolak mengabulkan permintaan si kembar adalah Cessa, wanita itu masih sangat membenci Leonard, dan rasanya begitu mudah pria itu mendapatkan hati kedua anaknya.Cessa juga menyesali, kenapa mereka harus ke Dubai, sehingga membuat Leo bertemu dengan kedua putrinya tersebut.Tapi, kembali lagi kedua orang tuanya selalu mengingatkan Cessa, agar tidak terlalu berlebihan menanggapi masalah ini.Inilah takdir yang memang harus Cessa alami, bahkan hingga detik ini wanita itu masih sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, yang biasanya hanya ia tahan sendiri dengan mengkonsumsi obat. Jujur saja Ces

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 291

    ****Flash Back"Ayo sayang! Loh mana Rani?" tanya Cessa, yang tiba-tiba Rani tak ada di dekatnya."Mom Rani Huaaaaa huaaaaa," Ratu menangis menunjuk ke arah adik kembarnya. Cessa membelalak melihat ke arah yang ditunjuk oleh Ratu."Rani jangaaaaaaaaan," Cessa berteriak sambil menangis histeris.Bruggghhhh "Raniiiiiiiiiiiiiiii," teriak Cessa sambil berlari bangunan tembok di tempat Rani berdiri roboh. Cessa yakin salah satu anak kembarnya ada di bawah reruntuhan itu. Ratu tak kalah histeris melihat sang Mommy menangis kencang, padahal Ratu tidak pernah tahu apa yang sedang terjadi. Arjuna yang melihat dari lantai enam berhamburan berlari sekencang mungkin.Bahkan ia sempat terjungkal dari lantai atas. Keningnya mengeluarkan darah dan ia abaikan. Demi apapun Arjuna tak sanggup menerima kemungkinan terburuk yang keponakannya itu. Nenek dan Kaka dari Ratu dan Rani kakinya tiba-tiba melemas, hatinya mencelos bagai agar-agar, jantungnya seperti terperosok ke dasar perut, tanpa disadar

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 290

    Setelah menempuh perjalanan selama 32 jam, mereka tiba di kediaman Dewantara.Petugas keamanan di kediaman keluarga Dewantara masih mengenali Leo sebagai pria yang pernah menghancurkan Cessa. Tapi mereka masih bersikap ramah terhadap Leo dan juga sang papa."Selamat sore, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya petugas keamanan tersebut, saat sudah mendekati mobil yang ditumpangi Leo dan sang papa."Selamat sore juga, Pak. Kami ingin menemui Tuan Dewantara," ucap Leo. "Tapi ngomong-ngomong, kenapa ramai sekali ya Pak?" imbuh Leo lagi, dengan rasa penasaran karena melihat banyaknya mobil yang berjajar di halaman depan rumah keluarga Dewantara."Oh ini keluarga besar sedang berkumpul. Tapi, hanya keluarga Dewantara dan keluarga Askara saja. Mereka merayakan hari ulang tahun Nona Ratu dan Nona Rani," ungkapnya "Apaaaaaa ja–jadi mereka ada di Jakarta?" tanya Leo terbata."Iya benar, Tuan. Beliau baru tiba dua hari yang lalu di Jakarta. Saya coba tanyakan dulu pada Tuan Besar ya, Tuan.

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 289

    "Papa, Leo mau bicara," ucap Leo pada sang papa. Hubungannya dengan pria paruh baya tersebut tidak terlalu baik-baik saja, semenjak Arjuna memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan Cessa dan Leo."Apa yang ingin kau bicarakan sama Papa, dan untuk apa jauh-jauh pulang ke Amerika? Apakah hal itu sangat penting sekali?" Tidak hanya satu, tapi tiga pertanyaan sekaligus diucapkan oleh sang papa kepada Leo.Leo menghembuskan nafas kasar, merasa Papanya selalu menyalahkan Leo atas batalnya pernikahannya dengan Cessa."Ternyata Cessa membohongi kita. Dia sudah melahirkan anak kembar dan anak itu adalah anak kandung Leo.""Apaaaa?" sang papa tersentak."Cessa melahirkan anak kami Pa, mereka kembar," ulang Leo."Apa kau bilang? Kau sedang tidak bercanda kan?" tanya sang papa, tak percaya akan pendengarannya.Leo menggeleng, sebagai jawaban atas pertanyaan Papanya tersebut."Leo sungguh-sungguh, Pa. Ternyata kami tak sengaja bertemu di Dubai. Ada dua anak yang persis wajahnya sepe

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 288

    Dua hari berikutnya, keluarganya dari Jakarta tiba di Dubai. Lagi dan lagi ketika mereka makan siang malah bertemu dengan Leo.Leo yang hendak kembali menyentuh Ratu dan Rani, terhalang oleh Cessa. Cessa melayangkan tendangan maut ke bagian inti Leo hingga pria itu merasa sakit luar biasa di bagian intinya. Tapi Leo tidak akan pernah melawan Cessa."Ingat sampai mati pun tak ku biarkan-mu berani menyentuh anakku!" Bugh Satu kali tendangan lagi di bagian inti milik Leo, hingga pria itu tersungkur di atas lantai.Leo merasa tubuhnya terbelah, sakit dan wajah sudah sangat mengenaskan. Jeki hanya diam mematung saat melihat bos nya teraniaya."Auwwwwwwww!" Leo kembali berteriak, ketika Cessa berhasil menginjak kakinya, lalu pergi dari tempat itu, meninggalkan Leo yang kesakitan."Tu–Tuan, Ayo kita masuk ke dalam mobil," ucap Jeki terbata.Demi apapun Jeki, sangat kasihan melihat bosnya kesakitan seperti itu. Ternyata wanita mungil yang disangkanya lemah, memiliki kekuatan yang dahsyat.B

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 287

    lSelama ini Cessa memiliki butik yang cukup besar tapi karena dirinya memiliki dua anak yang tidak bisa ditinggalkan, Cessa mempercayakan butik yang tersebut pada Veronica. Cessa memang bukan perancang busana terkenal, akan tetapi banyak orang penting yang datang ke butiknya untuk memesan gaun pada Cessa. Cessa memang sudah berencana di Dubai akan membeli beberapa bahan untuk rancangan terbarunya.Tiba-tiba ponsel Cessa berdering menampilkan nama Veronica wanita yang dipercaya mengelola butiknya. Kening Cessa berkerut, sebab tak biasanya sang asisten menghubunginya seperti ini. "Siapa yang nelp?" Tanya Arjuna sebab sang adik kembar tak mengangkat panggilan di ponselnya."Veronica, ada apa ya dia nelp Cessa, Arjuna?" Cessa tiba-tiba menjadi bodoh. Otak cerdasnya tak berfungsi baik, sudah nyata yang nelp sang tangan kanan eh dia malah nanya pada Arjuna yang jelas-jelas ada di sampingnya. Arjuna tergelak melihat wajah polos adiknya, terlebih saat Cessa malah bertanya ada apa se

  • Dikira Sopir Melarat, Ternyata Konglomerat   Bab 286

    ****Flash Back On"Alma, aku minta uang lagi dong," ucap Juwita."Cessa sudah pergi, aku tak membutuhkan bantuanmu lagi!" kata Alma ketus."Tidak bisa begitu dong, Kau kan sudah janji untuk tetap membiayai kuliah aku di sini," Juwita mulai menuntut. Wanita itu tidak terima Alma mengingkari janjinya."Kau mau memerasku ya!" sentak Alma."Ada apa ini, kenapa kalian ribut di rumah Leo? Nanti suamiku mendengarnya, habis kalian! Apa sih yang kalian perdebatkan?" tanya Mamanya Leo. "Juwita mau memerasku Tan," adunya pada Mamanya Leo. Alma begitu disayangi oleh Rosiana sehingga apapun yang wanita itu katakan. Mama dari Leo pasti akan mendukung dan membenarkannya."Benar begitu?" tanya Mamanya Leo kepada Juwita."Tentu saja benar nyonya, karena memang Alma sudah berjanji pada saya untuk membiayai kuliah saya hingga tamat di Perancis, lalu sekarang ketika SPP saya belum dibayar olehnya, apa saya salah datang ke sini untuk meminta uang lelah saya?" adunya pada Rosiana."Kita sudah tidak membu

DMCA.com Protection Status