Share

Bermain Api

Penulis: rafanalfa6819
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-06 14:01:26

***

"Baik, saya serahkan semuanya kepada anda, Pak. Tolong diusut siapa di dalang balik kasus penusukan yang menimpa Kakak ipar saya."

Vano berbicara dengan salah satu pengacara kenalannya. Dia mendapat kabar baik karena salah seorang dari ketiga anak buah Handoko sudah membuka mulut. Itu artinya penangkapan Handoko akan segera dilaksanakan secepatnya, apalagi Tomi pun mulai berangsur membaik dan itu artinya dia akan didatangkan untuk menjadi saksi.

"Bagaimana, Mas?"

"Satu dari tiga pelaku sudah membuka mulut, Dek. Kita hanya tinggal menunggu panggilan dari kepolisian karena bagaimanapun Mas Tomi akan dimintai keterangan dan dijadikan saksi."

Halimah bersyukur karena pelaku kejahatan sebentar lagi akan tertangkap. "Syukurlah. Semoga setelah ini tidak ada lagi masalah berat yang menimpa keluarga kita."

Keduanya berjalan menuju kamar inap Tomi setelah dari kantin mencari makan. Sementara Karim dan Leha menunggu di dalam ruangan sembari berbincang ringan dengan Tomi.

***

Brak ....

Pintu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Keegoisan Kusaini

    ***"Brengsek!" umpat Fahmi. "Kamu pikir istriku wanita bayaran, hah?"Kalila menarik tangan Fahmi dengan kasar. Dia menampar pipi suaminya membuat dada Fahmi seketika naik turun. "Setelah dia merendahkanmu, kamu masih saja mau membelanya, Lil?"Sudut bibir Kalila terangkat. Dia menepuk lembut pundak Fahmi dan berkata, "Lalu kamu pikir apa pekerjaanku selama ini, Mas? Darimana kamu dan keluargamu uang untuk memenuhi gaya hidup mereka?"Fahmi mengusap wajahnya kasar. Kedatangannya menemui Kalila sebenarnya hanya untuk meminta uang, tapi siapa sangka Kalila justru memberikan kejutan yang membuat hati Fahmi terluka. "Tapi tidak dengan menjual dirimu, Lila!""Persetan! Aku muak hidup denganmu, dengan keluargamu yang tidak tau diri itu! Kamu pikir bisa bekerja dengan ijazah yang hanya tamatan SD? Harusnya kamu bisa menjadi suami tegas dan tidak menye-menye, Mas, tapi apa yang kudapat ... kamu justru mendukung Ibu dan Kakakmu untuk memeras tenagaku. Sekarang juga talak aku!"Fahmi menggele

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Luka di Masa Lalu

    ***"Kamu pikir aku sudi tinggal seatap dengan wanita lacur ini, Mas?"Kalila terkekeh mendengar Gina menghinanya di depan keluarga Kusaini. Entah terbuat dari apa hati wanita itu sehingga dia terlihat begitu tenang berada di depan semua keluarga laki-laki yang ingin dia rebut."Lagi berkaca, Mbak?" sindir Kalila menohok. "Kamu pikir aku tidak tau seburuk apa masa lalu kamu? Ayolah, Mbak Gina ... Mas Kus bahkan tidak menyembunyikan apapun dariku."Dada Gina naik turun mendengar penuturan Kalila Hanh terkesan sok tau. Dulu dia memang wanita kotor, tapi sejak berpisah dengan Kusaini, Gina memutuskan untuk bertaubat dan pada akhirnya Kus yang membawanya kembali pada masa-masa kelam. Kusaini sengaja menghancurkan Gina perlahan-lahan karena lukanya di masa lalu yang tidak juga bisa disembuhkan."Setiap pendosa punya masa lalu, tapi kamu tidak berhak menghakimiku!""Tentu saja! Maka dari itu kamu juga tidak berhak untuk menghakimiku pula. Pandai-pandailah berkaca sebelum menghina orang lain

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Penangkapan Handoko

    ***"Besok Mas Tomi sudah boleh pulang, Bu. Alhamdulillah, luka tusukannya tidak begitu dalam. Setelah sampai di kampung nanti, kita lanjutkan laporan untuk Handoko," tutur Vano tegas. Leha mengangguk paham dan mengusap lengan menantunya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih sudah menjadi suami dan ipar yang baik untuk anak-anak Ibu, Van."Vano tersenyum tipis. Dia merengkuh bahu mertuanya selayaknya dia merengkuh bahu Ibunya sendiri. Beruntung Halimah mendapat suami seperti Vano, meskipun notabenenya dia adalah orang kota tapi tidak semua orang kota tidak beretika. Semua kembali pada pribadi masing-masing.Halimah mengusap sudut matanya yang berair. Bukan hanya Leha yang merasa beruntung, tapi dirinya pun begitu bersyukur karena mendapat suami yang begitu pengertian dan memahami keluarganya selama ini. Tidak banyak laki-laki yang bisa menerima keluarga wanitanya dengan begitu lapang, dan Halimah menemukan itu di dalam diri Vano."Kenapa nangis, cemburu lihat Ibu sama suamimu?" kel

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-08
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Lamaran di tengah Pertikaian

    ***"Mas Tomi ...?" gumam Gina seraya menunduk. Dia segera membuang muka saat kedua matanya bersiborok dengan mata Tomi.Halimah dan Leha yang berpura-pura tidak acuh terpaksa harus menghentikan langkah di depan rumah saat Tomi dengan sengaja menyapa Gina yang tengah menyeret koper dan satu tangan mengamit jemari putranya.Beberapa tetangga menyaksikan pertengkaran antara Kusaini dan Gina, terlebih Kalila yang terang-terangan mengatakan jika dia dan Kus akan menikah di hadapan para tetangga. Jiwa pelakor yang dia miliki begitu menggebu-gebu, entah apa yang membuat Kusaini mempertahankan wanita seperti Kalila dalam hidupnya."Ayo masuk, Mas!" ajak Halimah. "Kamu harus istirahat karena luka tusukannya baru sembuh dan belum kering total."Tomi belum beranjak. Dia masih menatap Gina dengan pandangan ingin tahu. Apalagi saat matanya tidak sengaja melihat seorang wanita bergelendot manja di lengan Kusaini, mendadak dadanya naik turun setelah dia mulai bisa membaca situasi yang tengah terja

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Ribut

    ***"Tom!" panggil Leha tegas. "Kamu sadar apa yang sudah kamu ucapkan?"Tomi sejenak menoleh pada Ibunya, lalu kembali menatap Gina yang nampak berkaca-kaca mendapat tawaran pernikahan dari mulut laki-laki yang sebenarnya begitu dia cintai sejak dulu."Kurang ajar!" desis Kusaini sengit. Tanpa aba-aba lagi ....Bugh ....Bugh ....Teriakan pada tetangga memekakkan telinga, terlebih Halimah seketika menjerit kala melihat Kusaini melemparkan bogem tepat di rahang Tomi. Tidak ingin membuat suasana semakin rusuh, Vano segera mencengkeram kedua lengan Kus dan ditariknya ke belakang. Karim membantu anaknya berdiri sementara ....Plak ....Eni menampar keras pipi Kusaini yang kedua tangannya sedang dalam kuncian Vano. Tidak akan Vano lepaskan kecuali suasana mulai tenang, sementara yang dia lihat sekarang justru keadaan semakin memanas."Panggil Pak RT, Dek!" pintanya setengah berteriak pada Halimah. Entah kemana perginya ketua kampung itu, disaat ada keributan di tempatnya dia justru tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hati yang Rumit

    ***Kusaini hendak meringsek maju setelah menggulung lengan bajunya. Dia menatap bengis ke arah Halimah yang sengaja menyembunyikan Gina di balik tubuh. Melihat gelagat tidak baik dari Kusaini, Vano menepis tangan para tetangga dan berdiri di depan tubuh Halimah seraya berteriak, "Berani menyentuh istriku, kupastikan kamu mendekam di penjara!"Dada Kusaini naik turun mendengar ancaman Vano. Tapi sedetik kemudian dia terkekeh hingga menampakkan seringai menyeramkan di wajahnya yang dulu terlihat teduh. Dulu ... saat luka di masa lalu belum membayang-bayangi hidupnya."Apa semua orang beruang sepertimu, Mas? Suka membeli kehidupan orang lain?" cibir Kusaini. "Asal kalian tau, Gina adalah istriku ... sampai kapanpun dia akan menjadi istriku!""Aku tidak sudi hidup dengan laki-laki gila sepertimu, Mas!" pekik Gina tertahan. "Biarkan aku pergi, urusan perceraian aku yang akan bertanggung jawab."Kusaini menggelengkan kepala tegas. Dia tidak akan pernah melepaskan Gina untuk yang kesekian k

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Siapa yang Memanggil?

    ***"Ayo masuk, Gin!" bentak Kusaini. "Jangan harap bisa kabur dari sini!"Gina menggeleng tegas. Dia mencengkeram baju bagian belakang milik Halimah membuat istri Vano itu sejenak berpikir, apa mungkin selama ini Gina mendapat ancaman sehingga dia mau-mau saja kembali dengan Kus?"Masuklah, Nak Gina. Kita selesaikan semuanya di rumah mertua kamu. Lihat, banyak tetangga yang melihat keributan kalian. Apa kamu tidak malu? Setidaknya pikirkan mental Pandu, Nak," tegur Pak RT lembut. Dia tidak tega melihat air mata yang menggenang di pelupuk mata Gina. Kesan sendu tidak bisa dia hilangkan begitu saja karena memang nasib benar-benar sudah mempermainkan dirinya."Saya ... saya takut, Pak RT. Dia bukan laki-laki waras ....""Tenanglah, saya yang menjamin keselamatan kamu. Lagipula ada banyak warga di kampung ini. Ayo!"Kusaini mencebik melihat Pak RT yang bersikap sok bijak. Dia mendekat dan mendorong bahu Halimah kasar lalu menarik tangan Gina, lebih tepatnya menyeret paksa membuat Pandu h

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-11
  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Lembaran Baru untuk Astri

    ***"Astri," gumam Tomi lirih. Tiba-tiba Tirta berlari memeluk Tomi membuat laki-laki itu meringis kesakitan karena pinggangnya terjepit kedua tangan Tirta sedikit erat."Argh," rintih Tomi. Melihat mantan suaminya kesakitan, Astri segera berjalan tergesa-gesa dan seketika melepas pelukan Tirta dengan kasar."Ma-- maaf, Sayang. Mama hanya kasihan pada Ayah," tutur Astri kikuk setelah melihat kedua netra Tirta uang berkaca-kaca.Halimah segera mendekati Tirta dan mengusap pucuk kepala bocah itu dengan lembut. Dia menggandeng tangan keponakan tirinya untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Tidak ingin ada tetangga yang berpikiran buruk karena kedatangan Astri dan ...."Mari masuk, Pak Rukun dan Bu Sumi," ajak Vano ramah.Kedua pasangan paruh baya itu mengangguk sungkan dan menyusul langkah Halimah bersama Tirta."Memang ayah kenapa, Tante? Kok Mama kasihan kalau Tirta peluk Ayah?"

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-13

Bab terbaru

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Extra Part

    Dikira Miskin (Extra Part) *** Lima bulan kemudian .... "Hai ... lama tidak bertemu, usia berapa kandungan kamu?" Sea menoleh dan mendapati sosok Nando tengah berdiri dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana. "Se?" "Ah, maaf, Bang. Aku ... kaget aja tiba-tiba kamu muncul disini," celetuk Sea gugup. "Sendirian, Bang?" "Ya, karena wanita yang hampir menemani masa tuaku ternyata lebih memilih pria lain. Takdir memang selucu itu, Se." Sea membuang muka. Ada perasaan sedih ketika melihat Nando yang masih mengingat dirinya bahkan disaat dia dan Tirta sedang bahagia menanti buah hati mereka lahir. "Maaf, Bang." Nando terkekeh. "Aku baik-baik saja, Sea. Mungkin Tuhan memang melindungi kamu dari pria tua sepertiku." Sea menggeleng samar. Kedua matanya berembun melihat raut putus asa di wajah Nando. "Sudah kukatakan, kamu pasti mendapatkan wanita yang jauh lebih baik, Bang." "Sendirian?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan. Sea mengangguk samar, "Mas Tirta sibuk ngurus Caf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   TAMAT

    Dikira Miskin (TAMAT)***Satu tahun kemudian ...."Pulang dulu, Sayang. Brian pasti nyariin kamu," kata Bagas lembut. Anita mendongak, kedua matanya memerah dengan bekas air mata yang di pipi. "Sebentar lagi ya, Mas. Sebentar saja," rengeknya manja. Jemarinya yang lentik mengusap-usap pusara kedua orang taunya bergantian, lalu beralih pada pusara Haryati yang nampak segar dengan bunga-bunga yang Anita taburkan barusan. "Brian sudah bisa berjalan, Yah. Kalau saja Ayah dan Ibu masih ada ....""Nit ...." Suara Bagas mengambang di udara. Kehilangan adalah hal yang paling menakutkan baginya. "Biarkan mereka semua tenang di alam sana. Ayo pulang!"Anita bergeming. Matanya semakin sembab karena sudah hampir satu jam ia menangis di pusara tiga orang tercintanya. Haryati sengaja di kuburkan tepat di samping anak dan menantunya. "Semua terasa begitu cepat, Mas.""Takdir Tuhan adalah misteri, apalagi kematian ... semua tidak ada yang tahu sampai kapan batas usia mereka, Sayang. Berhenti berse

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Menjelang Tamat

    ***"Darimana kamu tahu kalau Bang Nando menaruh hati pada Sea, Sayang?"Anita mengedikkan bahu. Dia bangkit dan berjalan menjauhi Bagas yang saat ini nampak cengo karena keterkejutannya barusan."Anita ...," pekik Bagas tertahan mengingat sekarang dia sedang berada diantara banyak tamu undangan.Anita menghentikan langkah dan bergelayut manja di lengan Halimah. Wanita cantik itu sekarang tidak segan-segan untuk memeluk mertuanya karena selama ini Halimah memang mencurahkan perhatiannya pada Anita."Bawa Anita pulang, Gas. Dia pucat sekali," ucap Halimah panik. Dia mengusap-usap pipi menantunya dengan lembut. "Pulanglah, acaranya mungkin akan selesai agak malam. Kamu istirahat saja, biar Ibu yang menjelaskan pada Sea nanti."Anita mengangguk patuh. Dia mengikuti langkah Bagas dengan jemari yang saling bertaut. Acara pernikahan Sea memang di adakan di sebuah hotel ternama, perjalanan untuk pulang ke rumah mereka pun menempuh waktu sekitar dua puluh menit."Kamu belum menjawab pertanyaa

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kondangan, yuk!

    ***"Nit, kami ...."Anita beralih menatap Tomi dan Gina. Sorot matanya penuh selidik sampai suara Sea membuatnya tiba-tiba terpekik dan berjingkrak bahagia seperti gadis kecil yang mendapat mainan. "Kami ... sebentar lagi akan menikah.""Hah? Serius, kalian ... tidak lagi membohongi aku kan?"Sea menggeleng. Dia merentangkan tangan untuk menyambut tubuh Anita, sahabat yang paling baik yang ia punya selama ini. Sea dan Tirta tertawa ketika Anita jingkrak-jingkrak senang dengan kabar yang ia dengar."Kamu membuatku takut, Se!" Anita mengusap air mata sambil memeluk Sea. "Kalian ... akhirnya. Ya Tuhan!" Anita kembali memekik bahagia. Dia mengurai pelukan dan berlari menuju Gina. Tanpa aba-aba lagi, kedua wanita beda generasi itu saling memeluk dan menangis lirih. Betapa Tomi merasa haru dengan suasana di depan matanya. Siapa sangka, restu yang ia berikan justru memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, tidak hanya Sea dan Tirta. "Kami sudah lelah menangis, Nit. Ayolah, kalau kamu masi

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Berhasil melewati Batu Terjal

    ***"Brengsek! Berani-beraninya dia ngusir kita, Mas?!" jerit Nayna marah. Bibirnya mengerucut sembari satu tangan mengusap dahi yang mulai berpeluh. "Harusnya kamu bisa tegas sama istrimu itu, Mas! Bagaimanapun kamu adalah kepala keluarga, jangan lembek gini dong!" Suara Nayna semakin membuat kepala Rayan berdenyut nyeri. "Diam, Nay!""Kenapa kamu malah bentak aku? Harusnya kamu bentak saja di Prisa yang kurang ajar itu!""Semua ini salah kamu! Murahan! Kamu bisa kan bersikap baik di depan Prisa bukan malah menyulut pertengkaran seperti ini!""Ya, ya! Salahkan saja aku terus, Mas! Bela wanita mandul yang tidak berguna itu! Aku muak melihat sikapmu yang lemah di depan Prisa!"Plak ....Nayna memegang pipi kanannya yang terasa panas. Tidak ada air mata melainkan hanya kemarahan yang bersarang di dadanya saat ini. "Tampak! Tampar yang banyak kalau perlu bunuh sekalian bayimu ini! Pria miskin! Aku menyesal mau mengakui anak ini sebagai darah dagingmu!"Rayan mengusap wajahnya kasar. Pe

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Kamu menang, Tirta!

    ***Tirta dan Sea bergeming. Ucapan Tomi membuat rasa percaya diri Tirta yang sempat tumbuh terasa dihempas begitu saja. Ternyata, setelah bisa mendapatkan kembali hati Sea, ia harus melalui satu jalan lagi yaitu Tomi dan Gina. "Ada banyak pria di luaran sana, Sea! Kamu cantik, mandiri dan ... kamu bisa mencari pria lain tanpa harus terjebak dengan pria yang sama!" ucap Tomi marah. "Kamu lupa ... dia bahkan rela memohon agar wanita yang sudah membuatmu celaka itu bebas. Jangan bodoh!"Sea menunduk. Bodoh! Ya, dia memang sudah bodoh karena setelah berbulan-bulan terlewati, perasaannya pada Tirta terus saja tumbuh tanpa sedikitpun berkurang. Gina mengusap lengan Tomi dengan lembut. Kedua matanya menatap Sea dengan nanar. Putri yang ia anggap sudah melupakan Tirta ternyata masih memiliki perasaan yang begitu besar untuk pria itu."Dia sudah membuatmu terluka, Se. Apa kamu pikir Ayah akan melepaskanmu dengan pria yang sudah pernah membuatmu kecewa?""Yah ....""Tidak!" sahut Tomi tegas.

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Hamka Mundur

    ***Sea dan Tirta terlonjak. Wanita itu mengurai pelukan saat kedua matanya mulai terbuka dan mendapati sosok Freya berdiri di ambang pintu dengan air muka kebingungan."Fre mau ikut peluk," ucapnya polos. Sea merentangkan tangan dan menghambur di pelukan Sea. Bibirnya terus mengukir senyum seolah-olah dua pasangan di depannya bukanlah sebuah ancaman bagi Papanya. "Ini siapa, Tante? Papa ...." Freya memanggil Hamka ketika pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari mulut Sea. "Ayo, sini! Kita pelukan sama-sama!"Brenda membuang muka. Sedikit banyak dia mulai mengerti apa yang sedang terjadi di depan matanya. Melihat Freya yang begitu dekat dengan Sea sudah memberikan jawaban atas pertanyaan Brenda pada Hamka tadi."Kalian ... di-- dia kenal Sea?" tanya Brenda terbata. "Kalian ... sudah saling mengenal?"Hamka mengangguk sambil tersenyum tipis. Pria itu melangkah mendekati Freya dan meninggalkan Brenda di depan toko dengan rasa cemas yang luar biasa."Hai ...," sapa Hamka. "Maaf

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Pupus Harapan Freya

    ***"Se, tolong dengarkan aku!" pinta Tirta memelas. Dia melangkah mendekati Sea yang memunggunginya sembari menutup telinga dengan dua tangan seakan-akan tidak ada yang ingin dia dengarkan dari mulut Tirta. "Aku datang hanya ingin menjelaskan semuanya. Setelah itu semua keputusan terserah padamu. Aku ... hanya ingin meminta maaf atas semua rasa kecewa yang kamu rasakan.""Untuk apa meminta keputusan dariku, Mas? Bukankah kamu sudah memutuskan semuanya sendiri? Kamu lebih memilih wanita itu daripada aku yang ... aku yang tidak sedang mengandung anakmu!" "Dia bukan anakku, Sea!""Dan aku tidak peduli!" teriak Sea. Air matanya berlomba-lomba untuk meluncur bebas ke pipi. "Anakmu atau bukan, yang jelas kamu sudah memilih Nayna daripada aku! Dan itu ... sudah cukup membuatku paham jika nama Nayna berada di posisi tertinggi dalam hatimu."Tirta menunduk. Langkahnya terhenti ketika Sea sudah berada tepat di depan matanya. "Bahkan setelah melukai hatiku berkali-kali, kamu datang dengan wani

  • Dikira Miskin Saat Pulang Kampung   Awal Kehancuran Nayna

    ***"Mana sarapan untukku?"Nayna duduk di kursi makan dengan melipat tangan. Persis seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu sarapannya tersaji."Coba ulangi lagi!"Nayna mendengus kesal. "Ck! Jangan cari gara-gara ya, Mbak. Ini masih pagi, mood ku juga sedang buruk, kamu nggak mau kan kalau sampai aku ngadu ke Mas ....""Kamu pikir aku takut?""Ouh, jadi nantangin? Kamu mau tau siapa yang akan dipilih oleh suami kamu, begitu?" angkuh Nayna. "Lihat! Di perutku ada kehidupan lain, dia yang bertahun-tahun lamanya sangat diinginkan oleh Mas Rayan, yakin kalau aku merajuk dia bakalan lepas kamu begitu saja?"Wanita yang usianya jauh lebih tua di banding Nayna itu tertawa sumbang. Ya, tidak mengelak jika hadirnya seorang bayi adalah keinginan dia dan Rayan selama bertahun-tahun menjalani biduk rumah tangga. Tapi tidak dengan bayi dalam hubungan yang kotor. Rayan sudah mencurangi pernikahan mereka."Kenapa diam,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status