Share

Bab 207 - Seperti Kehilangan Jiwa

Penulis: AliceLin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 18:33:55

Reinhard bergegas menghampiri Austin, lalu bertanya dengan tidak sabaran, “Bagaimana keadaannya, Austin?”

“Sudah stabil. Tapi, tetap harus dipantau,” jawab Austin dengan singkat.

“Kapan aku bisa menemuinya?” Reinhard bertanya lagi, tetapi nada suaranya lebih tenang dibandingkan saat ia berbicara dengan Owen dan perawat sebelumnya.

“Sekarang kamu tidak boleh masuk. Cukup melihat di kaca sebelah sana saja,” tukas Austin, mengingatkan Reinhard bahwa sepanik-paniknya dia, ketertiban rumah sakit harus dipatuhi.

Pandangan Reinhard pun mengarah pada jendela ruang rawat intensif di mana tirainya baru saja dibuka oleh perawat rumah sakit. Reinhard bergegas melangkah menuju ke arah jendela tersebut.

Dengan kedua telapak tangan yang menempel pada kaca tebal transparan tersebut, netra ambernya menangkap sosok Alicia yang tak berdaya di atas tempat tidur rumah sakit.

Wanita itu terlihat seperti tertidur dengan napas yang teratur, tetapi peralatan medis yang mengelilingnya, membuat Rein
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Popy Try
liat separuh hatinya terluka sampai tidak di rasa kan sakit yg di alami diri sendiri,,
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
saking kawatirnya pada Alicia rein sampai melupakan keadaan dirinya sendiri yg memprihatinkan penuh luka
goodnovel comment avatar
Dwi Handayani
lanjut kakkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 208 - Mengobati Luka

    Austin berhenti di depan ruang pemeriksaan yang sedang tidak dipergunakan untuk melayani pasien. Ia membuka pintu tersebut, melangkah masuk terlebih dahulu, kemudian memutar tubuh untuk melihat Reinhard yang masih berdiri di ambang pintu.“Masuklah,” ucap Austin tegas, lalu berjalan menuju ke salah satu lemari yang berisi berbagai perlengkapan medis.Reinhard mengedarkan pandangannya sekilas, lalu dengan penuh keengganan masuk ke dalam ruangan itu.“Duduklah dulu,” titah Austin tanpa menoleh.Netra amber Reinhard melirik kursi yang ada di dekatnya, lalu menariknya dan mendaratkan bokongnya di atas kursi tersebut.Tidak berapa lama kemudian, Austin pun menghampirinya dan meletakkan peralatan dan obat-obatan yang diambilnya dari lemari sebelumnya.“Duduklah menghadap ke sana. Kalau kamu begini, bagaimana aku mengobati luka bakar di punggungmu?” tukas Austin seraya mengisyaratkan Reinhard untuk membelakanginya.Sembari mendengus malas, Reinhard terpaksa menurutinya.Austin hanya tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 1 - Malam Panas Dengan Lelaki Asing

    "Ahh!" Anya melenguh saat bibir maskulin itu mulai menyusuri leher jenjangnya. Gesekan cambang tipis pada kulit lehernya memberikan sensasi yang menggelitik dan membuat tubuhnya bergerak dengan gelisah. Namun, hal itu malah membuat bibir maskulin itu semakin bersemangat meninggalkan jejak cinta di sana. Tangan kokohnya juga mulai bergerak menggerayangi tubuh Anya dan membuat wanita itu turut terbawa arus gairah yang tak terkendali. Satu per satu kain yang menghalangi permainan panas mereka sudah teronggok di atas lantai. Tanpa melepaskan ciumannya, pria itu telah membawa Anya naik ke atas ranjang. Pria asing itu sangat lihai memimpin permainan hingga Anya merasa kewalahan, tetapi anehnya, ia malah merasa sangat menikmati sentuhan pria itu. Anya ingin lebih. Akal sehatnya sudah tidak mampu menolak keinginan tubuhnya. "Tampaknya kau sudah tidak sabar lagi, hm?" Pria itu berbisik di telinga Anya, membuat tubuh wanita itu bergetar pelan. Lalu dengan sebuah anggukan dari Anya, kegiat

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 2 - Kebohongan

    “Dasar jalang! Apa yang sudah kamu lakukan semalaman di luar sana, hah!?”Anya terhenyak. Air matanya yang berusaha ditahannya pun mengalir perlahan. Meskipun ia memahami kemarahan suaminya, hatinya tetap saja sakit mendengar makian kasar itu. Anya tahu Edwin memiliki alasan untuk melakukannya, meskipun hal itu tidak bisa dibenarkan. “Edwin, aku bisa jelaskan. Tolong dengarkan aku─”Anya masih berusaha menjelaskan perihal keadaan yang menimpanya saat ini. Namun, lagi-lagi suaminya menyela, “Apa lagi yang perlu dijelaskan, Anya? Apa kamu pikir aku buta?”Suara Edwin semakin meninggi. Ia berteriak di depan wajah Anya, membuat wanita itu berjengit.Edwin menarik kerah gaun Anya dengan kuat sehingga robekannya semakin panjang.“Ed–” Suara Anya tercekat. Air matanya meluncur semakin deras.“Lihatlah dirimu! Seperti pelacur saja.”Deg!Anya meremas gaunnya dengan kuat, mencoba untuk menahan diri untuk tidak membalasnya dengan amarah yang sama."Edwin! Apa yang kamu lakukan pada Anya?" Tiba-

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 3 - Bukan Mimpi

    ‘Apa benar Alicia adalah namaku?’ Anya masih bertanya-tanya di dalam hatinya atas ingatan aneh yang menyusup di dalam kepalanya secara tiba-tiba. Walaupun hanya sekilas dan wajah orang di dalam ingatannya tadi tidak jelas, tetapi Anya sangat yakin jika panggilan itu ditujukan padanya. Air mata di pelupuknya tiba-tiba jatuh tanpa terasa. Anehnya, hatinya terasa sedikit perih dan rasa rindu di dalam dadanya terasa meluap-luap. Meskipun kepalanya masih terasa sakit akibat benturan tadi dan darah masih menetes dari pelipisnya, Anya mencoba untuk berdiri sendiri. Ia pun melangkah pergi dengan sisa harga dirinya yang terakhir. Namun, langkah Anya sempat terhenti ketika salah seorang pelayan melemparkan satu koper di hadapannya. “Pergi saja tetap merepotkanku! Dasar jalang!” maki pelayan itu─dia diminta oleh Edwin untuk mengemas barang milik Anya tadi. Kedua kepalan tangan Anya mengetat. Ia hanya melayangkan tatapan tajamnya kepada pelayan itu dan melirik barang bawaannya yang ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 4 -Mirip, Tapi Asing

    “Bagaimana mungkin ada kebetulan seperti ini ….” Gumaman pria berwajah tampan nan tegas itu terdengar semakin pelan. Rahang kokohnya terkatup rapat hingga gigi-giginya bergemeratak. Ia berusaha menguasai rasa kaget yang masih memenuhi pikirannya. Ingatan akan malam panas yang dihabiskannya bersama wanita yang terbujur di hadapannya saat ini kembali berputar di dalam kepalanya. Seperti yang diduganya, semua yang dilakukannya semalam bersama wanita itu benar-benar bukanlah mimpi! “Bos, hujan sudah turun semakin deras. Apa tidak sebaiknya kita kembali ke mobil?” Lamunan pria itu beralih sejenak. Sorot mata tajam bak serigala miliknya tertuju pada asisten kepercayaannya yang berdiri di belakangnya sejak tadi. Tanpa mengucapkan sepatah kata, pria itu menyerahkan payung di tangannya kepada bawahannya tersebut. Ia pun mengangkat tubuh Anya di kedua belah tangannya, lalu membawanya menuju mobil yang tidak terparkir jauh dari pemakaman. *** “Bagaimana keadaan lukanya?” Seorang dokter mu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 5 - Kamu Masih Hidup?

    “Kamu tidak mengenalku, Anya Stein?”Netra Anya terbelalak. “A-Anda … laki-laki yang semalam ….”Anya menggigit bibirnya dengan kuat. Degup jantungnya mendadak berpacu cepat ketika mengingat kegilaannya semalam, tetapi ia mengusir ingatan memalukan itu dari dalam kepalanya dan kembali menatap pria asing itu dengan gugup.“Dari mana Anda tahu nama saya, Tuan?” selidik Anya.Tanpa menjawab pertanyaannya, Reinhard mengeluarkan kartu tanda pengenal dari saku jasnya dan menyerahkannya kepada wanita itu.“Kenapa Anda bisa memegang kartu identitas saya?” tanya Anya, semakin bingung.“Aku membutuhkannya untuk mengisi data pasien,” jawab Reinhard dengan acuh tak acuh.Anya pun tertegun menatap kartu identitasnya. Ia baru menyadari jika ruangannya yang ditempatinya saat ini adalah kamar rumah sakit.“Anda … memasukkan saya ke kamar VIP?” tanya Anya dengan syok.“Apa ada masalah?” Kening Reinhard mengerut.Namun, Anya tidak menjawab. Ia bergegas bangkit dari ranjangnya, tetapi gerakannya tertahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 6 - Jebakan Terencana

    "Si-siapa Alicia?" Anya bertanya dengan suara yang bergetar. Ia mencoba menginterogasi pria itu dengan harapan dapat menemukan sedikit titik terang atas rasa ingin tahunya.Namun, Reinhard malah menatapnya dengan dingin, pandangannya seakan menjadi tembok tak tertembus yang memisahkan mereka. Anya bisa merasakan suhu ruangan seolah turun beberapa derajat, dan sebuah perasaan asing menyelinap di hatinya—perasaan bahwa ia telah melangkahi batas yang seharusnya tak pernah disentuh.“Mengenai hal yang terjadi semalam, aku tidak ingin kamu menyalahkanku secara sepihak. Kamu yang mendatangiku dan meminta bantuanku, sedangkan aku hanya melakukan yang kamu inginkan.”Alih-alih menjawab, Reinhard malah meluruskan kesalahpahaman wanita itu terhadapnya. Namun, Anya malah memberikan tatapan tajam.“Kamu tahu kan apa pun bisa terjadi di saat seseorang berada dalam pengaruh alkohol?” Reinhard mencoba membela dirinya dan tidak menerima tuduhan yang memberatkannya atas perbuatan yang dilakukan semala

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 7 - Pria Berkuasa yang Berbahaya

    “Edwin Stein, Thalia Vale ….”Hanya dengan mengucapkan nama kedua orang itu saja, amarah di dalam dada Anya terasa menggelegak. Segala rasa sakit, penghinaan, dan kekecewaan yang selama ini Anya pendam, kini berubah menjadi kemarahan yang tak terbendung.Anya merasa ia harus bertindak, bukan hanya untuk membalas dendam, tetapi juga untuk membuktikan bahwa ia tidak akan menjadi seseorang yang lemah dan mudah ditindas!‘Tapi, apa yang bisa kulakukan?’Seketika Anya menyadari ketidakberdayaannya. Walaupun ia memiliki tekad dan kebencian yang begitu besar, tetapi ia tidak memiliki dukungan yang dapat diandalkan untuk dapat menuntaskan kebenciannya terhadap Edwin dan Thalia ataupun untuk mengubah keadaannya sendiri.Satu-satunya hal yang dapat Anya lakukan hanyalah menarik kontribusinya terhadap kemajuan perusahaan Stein selama tiga tahun ini. Namun, hal itu tidak akan cukup untuk membuat Edwin dan keluarganya serta Thalia merasakan penderitaan yang dialaminya selama tiga tahun ini.Anya in

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15

Bab terbaru

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 208 - Mengobati Luka

    Austin berhenti di depan ruang pemeriksaan yang sedang tidak dipergunakan untuk melayani pasien. Ia membuka pintu tersebut, melangkah masuk terlebih dahulu, kemudian memutar tubuh untuk melihat Reinhard yang masih berdiri di ambang pintu.“Masuklah,” ucap Austin tegas, lalu berjalan menuju ke salah satu lemari yang berisi berbagai perlengkapan medis.Reinhard mengedarkan pandangannya sekilas, lalu dengan penuh keengganan masuk ke dalam ruangan itu.“Duduklah dulu,” titah Austin tanpa menoleh.Netra amber Reinhard melirik kursi yang ada di dekatnya, lalu menariknya dan mendaratkan bokongnya di atas kursi tersebut.Tidak berapa lama kemudian, Austin pun menghampirinya dan meletakkan peralatan dan obat-obatan yang diambilnya dari lemari sebelumnya.“Duduklah menghadap ke sana. Kalau kamu begini, bagaimana aku mengobati luka bakar di punggungmu?” tukas Austin seraya mengisyaratkan Reinhard untuk membelakanginya.Sembari mendengus malas, Reinhard terpaksa menurutinya.Austin hanya tersenyu

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 207 - Seperti Kehilangan Jiwa

    Reinhard bergegas menghampiri Austin, lalu bertanya dengan tidak sabaran, “Bagaimana keadaannya, Austin?” “Sudah stabil. Tapi, tetap harus dipantau,” jawab Austin dengan singkat. “Kapan aku bisa menemuinya?” Reinhard bertanya lagi, tetapi nada suaranya lebih tenang dibandingkan saat ia berbicara dengan Owen dan perawat sebelumnya. “Sekarang kamu tidak boleh masuk. Cukup melihat di kaca sebelah sana saja,” tukas Austin, mengingatkan Reinhard bahwa sepanik-paniknya dia, ketertiban rumah sakit harus dipatuhi. Pandangan Reinhard pun mengarah pada jendela ruang rawat intensif di mana tirainya baru saja dibuka oleh perawat rumah sakit. Reinhard bergegas melangkah menuju ke arah jendela tersebut. Dengan kedua telapak tangan yang menempel pada kaca tebal transparan tersebut, netra ambernya menangkap sosok Alicia yang tak berdaya di atas tempat tidur rumah sakit. Wanita itu terlihat seperti tertidur dengan napas yang teratur, tetapi peralatan medis yang mengelilingnya, membuat Rein

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 206 - Sosok yang Sangat Berarti

    Perawat itu terkejut mendengar teriakan Reinhard, tetapi ia tetap bersikap profesional dan berkata dengan tenang, “Saat ini pasien belum dapat dijenguk, Tuan. Kami masih melakukan penanganan intensif. Sementara menunggu, saya sarankan Anda membersihkan diri dan merawat luka Anda dulu.”“Benar, Tuan Muda,” Owen ikut angkat bicara. Ia menarik lengan Reinhard agar tidak mengganggu proses penanganan lanjutan.Akan tetapi, Reinhard yang masih dipenuhi emosi dan rasa khawatir, tidak dapat dibujuk dengan mudah.“Lepaskan aku, Owen!” seru Reinhard dengan kesal. Suaranya menggelegar di koridor rumah sakit tersebut, membuat beberapa pengunjung dan pasien merasa terganggu dan melihat ke arahnya.Akan tetapi, Reinhard tidak peduli. Ia menyentakkan tangan Owen dengan kuat sehingga cengkeraman asistennya itu terlepas dari lengannya.Dengan cepat Reinhard meraih kerah baju Owen dan menariknya erat. Sorot matanya berkilat-kilat penuh emosi, memancarkan kemarahan yang membuat Owen sedikit terintimidas

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 205 - Tidak Ada Pengampunan Part 2

    “Dia juga mungkin merintih dan menangis, sama seperti kamu sekarang. Bukankah begitu?" tambah Reinhard, suaranya semakin dingin dan mengancam. Ekspresinya terlihat semakin menggelap dan bengis. Pemuda itu menggeleng dengan panik, tubuhnya semakin lemah, darah yang mengalir dari lukanya semakin banyak, membuatnya semakin kesulitan untuk bernapas. “Tidak, saya ….” Suara pemuda itu tercekat. Ia melirik pria tua di sampingnya, seolah ingin meminta pembelaan darinya. Namun, pria tua itu terlalu takut untuk ikut campur dalam masalah yang tidak dilakukannya. Lagi-lagi tembakan dilepaskan oleh Reinhard. Darah mengucur deras pada bahu pemuda itu. Suara erangan jelas menghiasi kegelapan malam yang mencekam tersebut. “Sakit? Ingin mati?” cibir Reinhard seraya menyeringai dingin. “Ini belum seberapa.” Wajah pemuda itu semakin pias dengan rasa takut dan ancaman kematian yang terus mengejarnya. Reinhard mengangkat satu jarinya, mengisyaratkan kedua pengawalnya untuk mengangkat pemuda itu

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 204 - Tidak Ada Pengampunan Part 1

    “Owen, bawa istri saya ke rumah sakit,” titah Reinhard dengan nada suara yang terdengar datar. Tatapannya tidak terlepas dari kedua orang yang tampak ketakutan di hadapannya. “Tapi, Tuan Muda … Anda juga terluka,” Owen memandang lengan Reinhard yang tampak memar dan berdarah. Belum lagi beberapa luka bakar pada tubuh tuan mudanya tersebut, Owen berpikir bahwa sebaiknya Reinhard menangani lukanya terlebih dahulu. “Tuan Muda, biar saya saja yang─” Akan tetapi, Reinhard telah melayangkan tatapan tajamnya. “Segera, Owen!” Nada suara tegas itu menunjukkan otoritasnya yang tidak dapat dibantah lagi. Owen pun tidak memiliki pilihan selain mengikuti perintah tersebut. Dengan berat hati dan rasa khawatir yang masih tersisa, Owen terpaksa ikut masuk ke dalam ambulans, mengantarkan nyonya mudanya untuk segera diberikan perawatan intensif. Dua unit mobil pengawal juga ikut mengiringi dan membuka jalan untuk ambulans tersebut. Sebelum meninggalkan lokasi, Owen sempat memberikan beberapa perin

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 203 - Menerobos Kobaran Api

    “Alicia, kamu tidak apa-apa?” Reinhard bertanya dengan panik.Wajah pria itu berlumur debu dan keringat. Namun, rasa lega dan kekhawatiran telah menghiasi wajahnya. Dengan satu tangannya yang lain, Reinhard mendorong balok kayu besar yang ditahannya ke arah lain.Reinhard segera berlutut di samping Alicia, matanya menyapu penampilan Alicia yang sangat berantakan. Netranya memincing tajam tatkala melihat bekas kemerahan pada leher wanita itu. Darahnya terasa mendidih. Kepalan tangannya pun mengetat.Namun, Reinhard tidak mengatakan apa pun meskipun ia ingin menginterogasinya. Ia berusaha mengesampingkan amarahnya sejenak. Saat ini, hal yang terpenting adalah memastikan keselamatan mereka dan membawa Alicia keluar sebelum bangunan itu runtuh sepenuhnya.Bibir Alicia yang bergetar tampak bergerak-gerak, seolah ingin mengatakan sesuatu hal. Namun, suara wanita itu tidak terdengar olehnya.Reinhard mengerutkan keningnya. Seolah dapat memahami kekhawatiran wanita itu, ia pun tersenyum menena

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 202 - Dia Sudah Tahu!

    “Tuan Muda!”Owen masih memanggil Reinhard, tetapi suaranya tidak akan pernah tersampaikan.Owen pun mengerang frustrasi, kemudian bergegas menghubungi pihak pemadam kebakaran dan ambulans untuk menyediakan bantuan secepat mungkin.Pikirannya berkecamuk antara rasa bersalah karena tidak mampu menghentikan Reinhard dan kekhawatiran terhadap keselamatan nyonya mudanya yang belum dapat dipastikan keberadaannya.Asap semakin tebal, membuat Owen sulit untuk melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam gedung tersebut. Ia pun meminta para pengawal untuk berkumpul dan membantunya untuk melakukan penyelamatan bersama.Sementara itu, di dalam gedung, situasi semakin memburuk. Kobaran api telah melahap sebagian besar struktur kayu, menciptakan suara gemeretak yang memekakkan telinga.Alicia masih memutar otaknya untuk mencari cara menyelamatkan dirinya. Ia benar-benar terdesak oleh api yang seakan mengejarnya dan ingin melahapnya hidup-hidup.Sayangnya, dengan kondisi kaki yang terluka Alicia

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 201 - Kesabaran yang Habis

    ‘Bajingan sialan!’ Alicia hanya bisa memaki di dalam hati. Suaranya benar-benar tidak dapat keluar lagi setelah ia terus berteriak dan menangis.Sekujur tubuhnya terasa sakit seperti habis dipukul oleh sesuatu yang berat. Mata birunya tertuju pada kobaran api yang mulai menyambar tumpukan kayu usang di dekatnya. Asap hitam perlahan memenuhi udara, membuat napasnya terasa berat.Alicia berpikir apakah ajal akan datang menjemputnya sebentar lagi?Setelah tiga tahun lalu ia berhasil melewati maut, apakah kali ini ia akan pasrah menerima takdirnya hari ini?Tiba-tiba suara Ivona bergema di dalam kepalanya. ‘Hidup ini memang tidak selalu berjalan sesuai harapan, tapi kita bisa memilih bagaimana kita melangkah ke depan.’Semangat Alicia pun kembali menyala. Ia mencoba bangkit kembali dengan bersusah payah.Namun, sayangnya, Alicia tidak bisa bergerak dengan cepat. Tubuhnya masih lemah, dan ikatan di tangan dan kakinya membuatnya sulit untuk menggerakkan diri.Ketakutan dan kepanikan mulai m

  • Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan   Bab 200 - Putus Asa

    Tanpa seizin Alicia, pemuda itu kembali menyusupkan tangannya ke dalam roknya. “Berengsek! Apa yang sudah kamu sentuh?” teriak Alicia dengan murka.Berulang kali Alicia mencoba untuk menghentikan pemuda itu dengan menggeliat mundur, tetapi pemuda itu tetap tidak membiarkannya dan terus meraba pahanya dengan kasar.Alicia menggelengkan kepalanya dengan kuat ketika pemuda itu berniat mencumbunya. Namun, ia mendapatkan satu tamparan yang membuat pipinya terasa perih.“Apa kamu tidak bisa diam dan menyenangkanku, huh? Padahal aku akan memberikanmu kenikmatan sebelum kamu mati. Seharusnya kamu berterima kasih!” Pemuda itu membentaknya dengan penuh amarah.Alicia masih linglung. “Ma … ti?” gumamnya seraya mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya setelah penglihatannya mulai jelas.‘Sebenarnya kenapa aku bisa dibawa ke sini? Kenapa dia mau membunuhku? Aku tidak mengenalnya!’Alicia mencoba memahami situasinya, tetapi kepalanya terasa berat untuk mengingat keseluruhan kejadian yang menimpanya

DMCA.com Protection Status