Share

66. Ancaman

Penulis: NingrumAza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-11 22:16:16
"Ada apa dengan wajahmu, Bos? Lupa sarapan? Sudah seperti cucian lecek."

Devan yang baru datang ke kantor keesokan paginya langsung mendapat serangkai pertanyaan dari Jo.

"Diamlah, Jo. Kepalaku sakit," timpal Devan menyandarkan kepalanya sembari memberi pijatan kecil di sana.

Hal itu membuat Jo semakin ingin melontarkan banyak pertanyaan pada sahabat juga atasan di tempatnya bekerja. Bukankah seseorang yang baru saja melangsungkan pernikahan cenderung berseri-seri? Lalu, bosnya itu kenapa? Atau jangan-jangan ...

Jo mulai menduga-duga dengan pikirannya sendiri. Kepalanya dicondongkan untuk berbisik pada Devan. "Apa rasanya di luar ekspektasi?"

"Apanya?" Devan mengernyit tak paham.

"Anu-nya. Kalau tidak, mana mungkin wajahmu seperti itu. Aku memperhatikannya sudah dari kemarin."

Devan mendesah pelan, "Aku bahkan semalam tidur terpisah dengannya."

"Apa!" Jo tercengang. "Seorang Devan tidur terpisah dari istrinya di hari pernikahan yang belum genap satu Minggu." Jo tak hab
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   67. Pesan Yumna Terabaikan

    Sama halnya seperti pesan yang Yumna kirim pada Devan terabaikan, pada Syakila pun sama. Belum satu pun pesan itu mereka baca. Kedua orang itu seakan-akan memiliki chemistry untuk tak menggubris pesannya. "Kenapa sih mereka! Kok bisa sama-sama gak menggubris pesanku!" Yumna mulai jengkel. Ia jengah menunggu. Dilemparnya ponsel yang sedari tadi ia intip berharap satu balasan dari Devan maupun Syakila ke atas kasur. Barang-barang diatas meja rias juga tak luput dari amukannya. Yumna menjambak rambutnya frustasi. Ia ingin marah, tapi pada siapa? Di depan cermin ia melihat pantulan dirinya yang kacau. Rambut awut-awutan, wajahnya tampak mulai sedikit mengendur oleh usia, ditambah akhir-akhir ini tidurnya tak nyenyak. Jika bukan karena makeup yang menempel sempurna di wajahnya, lingkaran hitam pasti terlihat jelas di matanya. Yumna mendekat pada kaca, memandang setiap inci lekuk tubuhnya yang hanya tertutup bagian sensitifnya. Semua terlihat indah, sempurna baginya. Gumpa

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   68. Salah Paham

    Kriet ... Pintu kamar mandi terbuka, Syakila pun urung mengangkat panggilan yang sejak tadi belum berhenti berteriak. Devan nampak terlonjak ketika mendapati istrinya sudah duduk di atas ranjang, padahal saat dirinya masuk ke kamar mandi tidak ada siapapun di kamar ini. "Sayang, kok kamu ada di situ? Sejak kapan?" Sembari melangkah, Devan melontarkan tanya dengan lembut. Hatinya berbunga-bunga mendapati Syakila satu ruangan dengannya. "Eum ... Sejak Mas di kamar mandi." Syakila kikuk. "Eh, aku ganggu, ya. Kalau begitu aku keluar dulu." Dia buru-buru beranjak dan berniat keluar, tetapi tangannya segera dicekal oleh Devan. "Nggak ganggu, kok. Aku malah seneng ada kamu," ujar Devan. Perlahan dia menarik tangan Syakila yang berada di genggaman untuk menghadapnya. Syakila sudah panas dingin rasanya. Dia begitu grogi berduaan begini dengan Devan. Apalagi semenjak kejadian video call tadi siang. Syakila seperti tak punya muka di hadapan lelaki itu. Sadar kini status mereka t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-13
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   69. Sudah Siap

    "Syakila!"Dengan langkah lebar Devan bergegas meraih tangan istrinya yang sedari tadi menjambak rambutnya sendiri."Lepas!" pekik Syakila.Tak hiraukan, Devan justru membawanya ke dalam pelukan."Maaf. Tenanglah. Semua tidak seperti yang ada di pikiranmu." Tangannya mengelus punggung dan kepala Syakila. Sesekali ia mendaratkan kecupan di pucuk kepala itu."Percayalah, itu hanya nomor iseng. Aku sangat mencintaimu, Syakila. Aku tidak mungkin melakukan hal bodoh itu.""Astaghfirullahaladzim," lirih, Syakila berulang kali beristighfar untuk menenangkan diri.Di dalam dekapan hangat pria yang kini sah menjadi suaminya, Gadis itu selalu bisa merasa tenang. Dia dapat merasakan ketulusan di sana. Perlahan kepanikan shakila berangsur membaik. Deru napasnya tak lagi memburu. Genggaman erat di piyama Devan pun mengendur, perasaannya sudah bisa dikendalikan.Devan merenggangkan pelukan, menatap sendu wajah Syakila yang masih sedikit terisak.Devan kembali mendaratkan kecupan kehangatan pada ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-14
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   70. Malam Kehangatan

    "Apa yang kamu pikirkan? Jangan mesum!" Devan menyentil dahi Syakila yang mendongak menatapnya. "Auw!" Syakila meringis sambil mengelus jidatnya. "Mas Devan, Iiihh. Sakit tahu." Bibir Syakila mencebik membuat Devan semakin gemas. "Habis kamu lucu." "Aku tidak sedang melawak, Mas. Aku serius." "Mas tahu, tapi Mas juga serius nunggu kamu benar-benar siap, kecuali ..." "Apa?" Syakila penasaran. "Kecuali kamu sudah pengen," bisik Devan tepat di telinga Syakila. "Mas Devan ... Ih, Syakila gak gitu kok." Tangan lembut gadis itu mendaratkan pukulan kecil pada dada bidang suaminya. "Kan siapa tahu saja." Devan membalas dengan menggelitik pinggang Syakila. Hal itu membuat Syakila yang masih berada di atas tubuh Devan bergerak geli, menyenggol sesuatu yang bisa hidup terasa menegang. "Stop. Jangan gerak-gerak, Sayang. Mas takut gak kuat." Mata Syakila mengerjap polos seraya menghentikan gerakan. "Aku berat ya? Ya sudah aku turun saja kalau begitu. Mas Devan, sih, pake an

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   71. Bertemu Jasmin

    Tak menggubris, gadis cilik dengan potongan rambut bob kian menjauh. Dia begitu bersemangat ingin melaporkan pada sang nenek perihal nyamuk yang sudah lancang menggigit leher Mommy-nya."Mas?" "Biarkan saja. Ibu pasti bisa mengatasi bocil itu.""Tapi Syakila malu.""Malu kenapa?""Mas Devan, ih. Bercanda mulu.""Iya, Sayang, sorry." Devan mendekat, turut naik ke atas kasur dan duduk di sebelah istrinya. "Sini peluk," pintanya sambil merentangkan tangan.Tak lagi canggung, wanita yang semalam menyerahkan mahkota kesuciannya pada sang suami, dengan senang hati bersandar di dada bidang yang selalu membuatnya nyaman.Kini posisi Devan memangku tubuh ramping Syakila dari belakang."Apa masih sakit?" tanya Devan."Sedikit," jawab Syakila tersipu."Tidak apa-apa, nanti berangsur membaik asal jangan banyak gerak dulu. Atau mau Mas olesi salep?""Tidak perlu!" sahut Syakila menggeleng cepat. Tak bisa membayangkan andai itu benar terjadi. Bukannya sembuh yang ada justru bisa sebaliknya."Kena

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   72. Klarifikasi

    Keduanya sontak berhenti ketika mendapati Jasmin tengah berkacak pinggang di depan mereka, dengan tatapan meremehkan."Ck! Orang-orang munafik seperti kalian harusnya tenggelam saja di laut. Tidak tahu malu!" Lagi, Jasmin berbicara dengan tidak sopannya pada Devan dan Syakila.Gadis itu begitu percaya diri dengan tingkahnya, sebab ia yakin di antara mereka tidak terjalin suatu hubungan resmi. Jika pun ada, itu hanya sebatas pacaran, pikir Jasmin.Alih-alih menjauh, Devan justru beralih merangkul pinggang ramping Syakila di depan Jasmin."Apa masalahmu dengan kami, Nona?" ucap Devan bernada santai.Jasmin semakin meradang. "Mas Devan ngapain di sini? Pakai peluk-peluk segala, mau pamer?" sungut Jasmin."Kalau iya, memangnya kenapa?" Devan menantang."Oh, mau aku viralin? Biar hancur karir kamu sekalian. Dasar manusia-manusia munafik!" Jasmin tak segan mengancam dan mengumpat. Di tangannya sudah ada ponsel yang siap merekam video."Tutup mulutmu! Lancang sekali bicaramu! Kau bahkan tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   73. Hukuman untuk Jasmin

    "Jasmin. Kau ditunggu Mba Nita di ruangannya." Salah satu karyawan memanggil Jasmin atas perintah Nita. Jantung Jasmine sedikit berdebar. Tak memungkiri perasaan wanita bercelana jeans panjang itu sedikit takut. Bukan takut perihal omelan yang akan dia dapat, tetapi pada sangsi yang pasti melelahkan dan memberatkan dirinya. "Buruan! Malah bengong!" sentak seseorang itu membuat Jasmin terlonjak. "Iya. Bawel!" balas Jasmin. Dengan langkah gontai, wanita yang lulus SMA dua tahun lalu itu berjalan menuju ruangan Nita yang telah menunggunya sejak tadi. Tok! Tok! Tok! "Masuk!" perintah Nita dari dalam. Jasmin pun menurut. Ia membuka pintu, perlahan memasuki ruangan itu. "Mba panggil saya?" ucap Jasmin setelah berada di depan meja kerja Nita. "Iya. Tunggu sebentar, saya selesaikan pekerjaan saya dulu." Nita tetap fokus pada monitor di depannya. Beberapa menit berikutnya, Nita terlihat beranjak. "Ikuti saya," ujarnya menyuruh Jasmin lalu berjalan mendahuluinya. "Ke mana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   74. Menunggu Tanggal Mainnya

    "Jangan macam-macam kau gadis kampung. Sekali kampungan tetap kampungan meskipun kau bersembunyi di ketiak nama besar Mas Devan dan butik kecil ini. Kalau kau berani macam-macam, aku tidak segan untuk membuat hidupmu hancur sehancur-hancurnya!" ucap Jasmin penuh penekanan. Syakila yang sudah begitu geram dengan tingkah gadis kecil di depannya itu mendekat. Tak disangka tangan lembutnya mencengkeram kedua pipi Jasmin, memberi tatapan tajam dan membalas ancaman yang ditujukan padanya. "Kau yang harus hati-hati, Bocah! Masa depanmu ada di tanganku. Jangan macam-macam dan bertingkah lagi di depanku. Aku bukan Syakila yang dulu! Diam dan menurut atau aku sebarkan foto menjijikkanmu dengan laki-laki di kamar hotel!" sentak Syakila lalu menghempaskan pipi Jasmin ke udara. "Apa maksudmu?!" Meski sudah mendapat peringatan, rasa penasaran pada ancaman Syakila membuatnya berani untuk bertanya. Syakila tersenyum miring menanggapi, kemudian berbisik di telinga Jasmin, "Foto tanpa busana dir

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-20

Bab terbaru

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   229

    Bamantara segera memanggil dokter. Sementara Sukoco, Amber dan Devan berdiri di sisi ranjang persalinan Syakila."Silakan menunggu di luar. Kami akan segera melakukan tindakan. Cukup suaminya saja yang berada di sini," ucap dokter sesaat setelah ia memeriksa pembukaan Syakila yang sudah genap."Baik, Dok." Mereka semua keluar, menyisakan Devan yang gemetar menemani Syakila.Dibantu beberapa perawat, dokter perempuan spesialis kandungan mengarahkan Syakila untuk mengatur napas.Suara erangan Syakila terus menggema di ruang bersalin. Devan tidak melepaskan genggaman tangannya, matanya memerah, dan hatinya penuh doa yang tak putus. Keringat deras membasahi dahi Syakila, tetapi semangatnya tak tergoyahkan."Sayang, kamu kuat. Sebentar lagi selesai," bisik Devan, suaranya bergetar menahan rasa cemas yang menyelubungi hatinya.Dokter memberi isyarat kepada Syakila untuk kembali mendorong dengan tenaga terakhir. "Ayo, Bu, sekali lagi! Tarik napas dalam dan dorong sekuat tenaga!"Dengan satu

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   228

    Mendengar teriakkan Renata, seketika membuat Devan dan ibunya panik. Sementara dokter segera mengambil tindakan dengan memberikan obat penenang. Terpaksa hal itu harus dilakukan kembali karena keadaan Renata yang belum bisa stabil mengontrol dirinya.Perlahan tapi pasti, teriakan Renata melemah dan akhirnya dia terbaring dengan mata terpejam di tempat tidur."Kira-kira, apa Renata bisa sembuh, Dok?" tanya Sukoco setelah mereka berada di luar ruangan."Semua kemungkinan tetap ada, Bu. Kita hanya bisa berusaha, selebihnya Tuhan yang akan menentukan," sahut dokter."Lakukan yang terbaik untuk Renata, Dok. Saya serahkan pada tim dokter di sini sembari membantu dengan doa," timpal Devan."Tentu, kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien.""Terima kasih. Kalau begitu, kami pamit dulu, Dok. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk menghubungi saya.""Baik, Pak Devan. Terima kasih kembali."Kemudian mereka berpisah di lorong yang berbeda tujuan. Devan dan Sukoco berjalan pulang, sementara

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   227

    Suasana mendadak sunyi seakan menunggu jawaban Devan. Entah karena memang ingin mengetahui kabar Renata, atau karena bingung dengan reaksi Devan yang berubah mimik ketika ibunya bertanya, semua yang duduk lesehan di ruang tengah menatapnya.Menghembuskan napas panjang, Devan pun akhirnya menjawab setelah beberapa saat terdiam, "Renata sekarang berada di rumah sakit, Bu. Keadaannya tidak baik-baik saja.""Innalillahi ... Apa dia sakit di penjara?" Dengan keterkejutan yang tak dapat disembunyikan, Sukoco kembali bertanya."Devan juga kurang tahu, Bu. Rencananya besok Devan akan menjenguk untuk melihat keadaannya. Semoga dia baik-baik saja.""Kasihan sekali dia. Lalu, apakah Rosa tahu kalau Renata sakit?""Sepertinya belum, karena Tante Rosa sudah lama pindah dan Devan tidak tahu tempat tinggalnya yang baru."Sukoco mendesah pelan. Rasa iba seketika menghinggapi mengingat Renata pernah tinggal bersamanya. Meskipun akhir-akhir ini sikap gadis itu melewati batas, tetapi Sukoco tahu bahwa s

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   226

    "Maafkan aku, Veen. Aku gak tega menyembunyikan dari mereka, terlebih kamu harus melewatinya hanya bersama Mas Devan. Ya, meskipun aku tahu, kalian pasti bisa melewati semuanya," terang Nita menyela ucapan Syakila.Sahabatnya itu benar-benar tak tega saat menjenguknya beberapa waktu lalu di rumah sakit, sehingga keceplosan bilang pada Bamantara saat bertemu di butik. Nita pikir, dengan adanya do'a dari keluarganya, mungkin bisa mengurangi rasa sakit Syakila."Jangan salahkan Nita, Nak. Kita yang memaksanya untuk bicara," timpal Bamantara, memandang cucu angkatnya dengan sendu. Rasanya tak tega melihat wanita itu diuji terus menerus sejak dulu. Walaupun cuma cucu angkat, tapi Bamantara benar-benar menyayanginya."Lagian, kenapa kamu menyembunyikannya dari kami, hem?" tanya Amber sembari mengusap kepala Syakila.Istri dari Devan itu hanya menunduk. "Kila hanya tidak ingin terus menerus menambah beban pikiran kalian," lirihnya."Apa yang kamu katakan, Sayang. Kamu ini bukan beban, tapi k

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   225

    Devan meletakkan ponselnya di meja dengan tangan bergetar. Napasnya terasa berat, dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang membingungkan. Wajahnya pucat, membuat Syakila semakin cemas.“Mas, apa yang mereka katakan?” tanyanya dengan nada panik.Devan menghela napas panjang sebelum menjawab. “Polisi bilang... Renata dalam kondisi buruk di penjara. Dia sering membuat keributan, dan itu membuat dia harus ditempatkan di ruang isolasi dan kemungkinan akan dipindahkan ke tahanan rumah sakit kejiwaan. Mereka minta aku datang.”“Astaghfirullah. Kenapa bisa begitu, Mas?" ucap Syakila tak kalah terkejut."Mas juga gak tahu, Sayang. Mas akan telepon Pak Herman saja untuk mengurusnya."Syakila tertegun sejenak. Ia tak tega melihat suaminya dilanda banyak masalah dan tanggung jawab. Andai bisa, ia ingin sekali membantu, tetapi kondisinya yang lemah mungkin hanya akan memperburuk keadaan. Untuk itu Syakila ingin mengurangi beban pikiran suaminya dengan pulang dan istirahat di Jakarta saja supaya l

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   224

    Renata duduk di sudut ruangan. Tubuhnya yang dulu anggun kini hanya menyisakan bayang-bayang kesengsaraan dengan rambutnya yang kusut."Mas Devan... tolong aku," lirihnya, hampir tak terdengar. Namun, suara itu terus diulang-ulang, seolah menjadi satu-satunya pegangan di tengah kegelapan.Para narapidana lain di sel besar itu menatapnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang iba, tapi lebih banyak yang mencemooh. Salah satu dari mereka, wanita bertubuh kekar dengan tato di lehernya, mendekat sambil menyeringai."Kau pikir orang yang kau sebut namanya itu akan menyelamatkanmu? Hah! Kau ini cuma boneka yang sudah dibuang. Lihat dirimu sekarang!" Wanita itu meludahi tanah, matanya memandang Renata dengan jijik.Renata memejamkan matanya, mencoba mengabaikan ejekan itu. Tapi pikirannya tak bisa berhenti memutar ulang ingatan tentang Devan. Pria itu—satu-satunya yang dia anggap mampu menyelamatkannya dari tempat ini."Mas Devan pasti akan datang," gumam Renata. Suaranya nyaris tak terdengar, t

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   223

    Meski sudah berbulan-bulan tak sadarkan diri, kakak kandung almarhum Kamil itu masih sangat mengenali pria gagah di hadapannya. Pria yang dulu begitu didambanya, tetapi pada akhirnya dia harus merelakan ia berjodoh dengan yang lain meskipun awalnya penuh ketidakrelaan."Syukurlah akhirnya kamu sadar, Yum. Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa yang kamu keluhkan?" Devan memberondong Yumna dengan pertanyaan setelah dokter selesai memeriksanya.Tak menjawab, Yumna menyunggingkan senyum tipis. Dokter kemudian menjelaskan bahwa kondisi Yumna sudah lebih baik, hanya saja ada beberapa hal yang ingin dokter sampaikan pada Devan tetapi tanpa sepengetahuan Yumna. Melalui sebuah kode, dokter itu menyuruh Devan untuk ikut dengannya ke ruangan."Kamu istirahatlah, aku keluar dulu," ucap Devan. Yumna mengangguk lemah.***"Maaf sebelumnya, apakah Anda suami dari pasien?" tanya dokter ketika mereka sudah berada di ruangan konsultasi."Bukan, Dok. Saya temannya. Atas permintaan almarhum adiknya, saya ya

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   222

    Di lorong rumah sakit, Devan duduk termenung di salah satu bangku, menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Pikirannya berkelana, memikirkan dua wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya—Sundari dan Yumna. Pesan terakhir Kamil masih terngiang jelas dalam ingatannya."Tolong jaga mamaku yang sedang struk, juga Kak Yumna yang masih koma."Suara langkah kaki membuat Devan menoleh. Perawat yang tadi menangani Sundari datang menghampirinya."Pak Devan, saya sudah memeriksa keadaan Bu Sundari. Sejauh ini stabil, tapi... sepertinya beliau sangat berharap Pak Kamil datang," ujar perawat itu hati-hati.Devan mengangguk lemah. "Saya mengerti. Saya akan mencari waktu yang tepat untuk bicara dengannya."Perawat itu ragu sejenak sebelum melanjutkan. "Saya yakin Pak Kamil ingin yang terbaik untuk keluarganya. Tapi beban ini tentu tidak mudah bagi Anda. Jika butuh bantuan, kami di sini siap mendukung."Devan tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh perhatian perawat itu. "Terima kasih. Sa

  • Dikira Gadis Kampungan Ternyata Sultan   221

    Beberapa saat kemudian, perawat yang tadi berjanji kembali memasuki ruangan. Wajahnya tampak sedikit tegang, tapi dia mencoba tersenyum agar tidak menambah kecemasan pasiennya."Ibu, saya sudah coba hubungi Pak Kamil," katanya lembut.Sundari, yang terbaring di tempat tidur, berusaha menggerakkan bibirnya untuk bertanya. Namun, hanya gumaman lemah yang keluar. Perawat itu segera mendekat, menggenggam tangan Sundari dengan hati-hati."Pak Kamil sedang sibuk, Bu. Tapi beliau titip pesan bahwa beliau sangat sayang sama Ibu dan akan segera datang jika urusannya selesai," lanjutnya dengan suara penuh kebohongan yang terdengar begitu tulus.Mata Sundari sedikit berkaca-kaca. Meskipun tidak bisa berkata-kata, ia mencoba menunjukkan rasa terima kasih dengan menggenggam lemah tangan perawat tersebut."Tenang saja, Bu. Saya akan pastikan Ibu tetap sehat supaya bisa bertemu beliau nanti," ucap perawat itu sambil menyeka sudut matanya yang mulai basah.Namun di dalam hatinya, perawat itu merasa s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status